31

770 265 59
                                    

Minho tertawa tepat di depan wajah Bangchan, sembari mengayunkan flashdisk yang berada di tangannya.

"Gue udah tau perusahaan lo. Wah, perusahaan lo udah lumayan besar loh," ujar Minho disela tawanya, "Bahkan mungkin sebentar lagi punya cabang, perusahaan lo berkembangnya pesat juga ya, cuman dalam kurun waktu beberapa tahun. Yah, gimana enggak? Lo kan emang pinter masalah bisnis. Kerennya lo gak terima investor, biar perusahaan lo aman, ya? Padahal lumayan banget kalau ada investor loh, bisa lebih besar lagi perusahaan lo,"

Bangchan hanya diam, memilih tidak menanggapi ocehan Minho.

Minho mengambil kursi, meletakkannya di depan Bangchan dengan posisi terbalik, kemudian ia duduk di sana dengan menghadap ke arah Bangchan, sambil meletakkan kedua tangannya yang dilipat di atas sandaran kursi.

"Gimana kalau kakek dan ayah tau, lo udah punya perusahaan sendiri, ya?" gumam Minho.

"Apa masalahnya?"

"Yah, hal itu kayaknya gak masalah sih, selama perusahaan lo gak bersaing sama perusahaan keluarga lo sendiri. Tapi gimana kalau tau lo juga mau memisahkan diri sama keluarga?"

Bangchan melirik Minho sinis.

"Terus mau lo apa? Lo mau ngancurin perusahaan gue, atau mau ngaduin rencana gue? Sekalipun lo ngelakuin itu, gue gak akan dibunuh, karena kakek dan ayah lebih mengandalkan gue dari pada lo,"

Rahang Minho seketika mengeras.

"Lo sekarang gak mau ambil banyak proyekkan? Jadi itu kesempatan gue buat liatin gue jauh lebih baik dari lo. Kalau itu terjadi, lo bakal bayar nyawa mertua gue," tutur Minho.

Bangchan tertawa kecil, "Gue bahkan bisa bunuh kakek dan ayah lebih dulu, sebelum mereka bunuh gue."

Bangchan kemudian bangkit berdiri, dan lekas keluar dari kafe, meninggalkan Minho sendiri di sana.

Karena Minho masih mau bicara dengannya, ia terpaksa tetap tinggal di kafe, dan membiarkan Kenna pergi ke kantornya dengan Julia.

Sekarang yang harus ia pikirkan, adalah membereskan Julia atau Minho lebih dulu?

Julia mungkin sudah memberitahu tentangnya pada Kenna, sehingga Kenna akan melindunginya. Tetapi sekalipun ia menyukai Kenna, bukan berarti ia akan melunak.

Kalau memang ia harus membunuh Kenna karena sudah menghalanginya, ia akan melakukannya.

°°°

Julia menghela napas, "Mbak bisa nebak gak, pak Christ itu sebenernya apa?"

Kenna mengusap dagunya, "Yang jelas bukan pebisnis biasa,"

"Iya, dia mafia, apapun bakal dia lakuin buat keuntungan materi. Ditambah pak Christ juga bakal selalu menjaga reputasinya yang selama ini udah dia bangun, dia gak akan biarin namanya tercoreng sedikitpun. Jadi sekalipun dia cinta sama Mbak, gak menutup kemungkinan dia bisa ngebunuh Mbak. Asal namanya tetap terjaga dengan baik,"

Kenna mengurut keningnya.

"Terus gimana dengan kamu?" tanya Kenna.

Julia terdiam, ia selama ini juga sedang membohongi Kenna. Kenna jauh lebih mudah dicelakai, dibanding dirinya yang bisa menyewa banyak pengawal.

Meskipun ini kesempatan yang bagus untuk bisa dekat dengan Kenna, tapi sekarang bukan saatnya mementingkan perihal hal seperti itu.

Butterfly ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang