Pemandangan matahari terbenam pernah dibicarakan oleh Romana bahwa mereka hanya bisa melihatnya dari barat sedangkan pemandangan matahari terbit hanya dari timur. Beberapa hari yang lalu awan selalu kelabu, menutupi matahari sehingga tupai-tupai bersembunyi menghangatkan tubuh mereka. Arlene tidak menemukan kelabu atau mendengar tupai menyenggol ranting dan dedaunan di dalam hutan. Burung-burung memenuhi pinggiran pelabuhan Kerl, menenggelamkan paruh mereka pada bangkai lalu seseorang menyumpahi mereka sebagai burung camar pembawa sial. Pemandangan di Kerl sangat indah, samudra yang begitu luas.
Waktu yang selama ini dihabiskan untuk menghiasi bingkai lukisan dan mempertahankan kait pada dinding yang usang benar-benar berakhir sejak meninggalkan Ferun dan hutan lebat. Rencana-rencana baik diwujudkan dengan harapan bahwa janji-janji indah juga akan terjadi. Semua itu kacau selagi Arlene memperhitungkan sisa bingkai dan lukisan yang ia miliki. Entah di mana Romana berada.
Beruntunglah Arlene tidak menemukan pria atau orang-orang yang menggunakan pakaian serupa seperti pria-pria yang dibunuh oleh ibunya. Tetap saja tidak ada nasib beruntung yang dimiliki, hanya pakaian terakhir sedang digunakan. Waktu yang berlalu Arlene hadapi di bawah jembatan menunggu ibunya kembali. Meskipun matahari akan terbit hingga tenggelam.
Lantas tidak ada awan lagi yang dapat dilihat, beranjak larut tidak ada orang-orang yang berkumpul di pelabuhan Kerl untuk memindahkan barang atau menaiki kapal untuk hiburan. Hanya ada pria-pria berbadan besar dan selalu berkata kasar dan terhuyung sedang menjalani pekerjaan mereka.
Dulunya Arlene pernah berdiri terlalu lama di dalam hutan menunggu tupai masuk ke dalam jebakan, tetapi tidak pernah berdiri terlalu lama hingga kakinya sulit untuk melangkah meninggalkan jembatan. Mencari tempat duduk. Menangis. Bertanya dalam hati di mana ibunya. Tangan Arlene tidak pernah menggunakan perhiasan apapun, bahkan hanya pernah melihat satu cincin yaitu milik Romana. Punggung tangannya hanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan ringan, tetapi malam ini ia gunakan sesering mungkin untuk mengusap air mata dan meremas jemarinya dengan gemetaran. Tidak pernah diajarkan pemahaman berpisah.
Arlene kembali mencoba peruntungan di gang-gang Kerl untuk mencari Romana. Sepatunya sudah cukup jelek karena sepanjang hari selalu berlari dan menginjak kubangan air yang kotor dan bau. Air di dekat pelabuhan Kerl berkualitas buruk karena bercampur kotoran hewan dan tumpahan minyak. Hanya sepatu dan pakaian kuning usang yang membantunya bertahan hidup untuk menemukan Romana.
Kerl rupanya tidak seindah yang dibayangkan, tetapi Arlene yakin bahwa Addam adalah kota yang jauh lebih indah daripada wilayah mana pun. Di sana pastilah terdapat orang-orang dengan pakaian mewah, makanan lezat, bunga-bunga indah dengan kelopak besar yang harum, dan tabib terlatih. Suasana malam di Addam pastilah lebih mengagumkan daripada gang-gang Kerl yang bau dan gelap. Namun, saat berjalan mengelilingi gang-gang Kerl dan membandingkannya dengan imajinasi indah, Arlene dan pandangannya yang tajam menemukan sebuah bangunan seperti rumah yang begitu besar, bukan juga toko atau pub. Ada banyak lampu dan jendela. Arlene tidak pernah melihat rumah yang begitu indah sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story
RomanceRaja yang mencintai pelayan? Geralt Xeire pasti tidak waras. Arlene memercayai cintanya tidak sebanding dengan hutang budinya kepada Geralt Xeire. Kehidupan yang usang dan memperjuangkan mimpi juga tidak cukup untuk mengurangi ketidak beruntungan. S...