BAB 13

61 8 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sinar matahari terasa sejuk menerpa wajah Arlene. Senyumannya tidak pernah begitu lebar sekalipun mendapatkan sayur, buah-buahan segar, atau tangkapan yang banyak. Siapa yang akan mengira bahwa bangunan dapat memiliki banyak lantai dan pemandangan tidak berujung yang memperlihatkan seluruh dunia? Istana Quellon memiliki dua balkon yang berada di sayap utara dan sayap selatan, menjadi penghubung aula utama dengan lorong pengantar ruang makan dan ruangan kerja Rodrik.

Subuh, Arlene bersiap lebih dulu daripada Romana. Langit biru seolah berada dalam jangkauan tangannya. Pelayan-pelayan menggunakan gaun sederhana berwarna krem, bahkan belum bangun saat Arlene sudah tersenyum lebar di pembatas balkon menjadi saksi langit gelap menjadi terang.

Saat gerbang kastil dibuka, pekerja-pekerja membawa gerobak keluar dari kastil untuk memanen hasil kebun. Para wanita bergantian menggunakan sumur mempersiapkan air untuk memasak. Mereka sukarela menjalani kehidupan. Pemahaman itu menjadi semakin besar saat matahari hangat bersinar, Arlene mempersiapkan diri untuk menjalankan tugas yang Rodrik pinta.

Entah bagaimana caranya, tidak ada pengalaman apa pun menjadi pelayan bangsawan. Pengalaman sederhana hanyalah sebagai budak yang mengantarkan minuman. Sementara itu pelayan istana sedang berlarian dari sumur, dapur, dan gudang. Koki membuat roti, teh, dan sup, budak menyiapkan ruang makan. Cekatan sekali, seolah nyawa mereka didedikasikan untuk melayani Tahira dan Rodrik.

Arlene hendak melangkah pergi dari balkon sebelum melihat Ibunya berjalan dari ujung lorong menempelkan tangannya pada dinding. "Kau bangun pagi sekali, Arlene."

Arlene mengangguk, merangkul tangan Romana. "Udara di Landelle jauh lebih sejuk. Aku menyukainya."

"Angin selalu berhembus dari Sisle. Itulah mengapa sayuran dan buah-buahan di Landelle tumbuh subur. Hewan ternak bisa mendapatkan makanan dari mana saja." Romana menepuk punggung tangan Arlene saat mereka meninggalkan balkon.

Arlene menghela napas. "Rodrik memintaku untuk menjadi kepercayaan Tahira, Ibu. Aku tak yakin dapat melakukannya...."

Romana tertawa, menunjukkan arah kamar tidur Tahira di sayap selatan istana. "Kau menghabiskan waktu di hutan jauh lebih lama dari mereka. Ketulusan dan kesederhanaanmu merupakan hal yang sempurna untuk menjadi anggota dewan—kau bisa mempelajari tentang politik kelak. Tahira dapat memilih siapa pun yang berpengalaman di bidang itu, tetapi dia membutuhkan kejujuran dan kesederhanaan untuk dipercayai. Itulah alasan utama mengapa mereka memilihmu. Tak seorang pun, hanya kau yang duduk di kursi itu, Arlene."

Romana tidak dapat melihat wajah Arlene dengan jelas, tetapi Arlene mengangguk.

Pintu kamar tidur Tahira terbuat dari kayu mahoni berwarna cokelat, Romana mengetuk dan senyuman Corrine menyambutnya. "Selamat pagi, Arlene. Tidur dengan nyenyak, tentu saja?"

Arlene tertawa membenarkan. Namun, senyumannya semakin lebar. Kamar tidur Tahira rupanya begitu luas, indah, memiliki banyak lilin, jendela, dan bunga bermekaran di dalam vas. Lebih lagi dengan ranjang yang begitu besar. Seumur hidup, Arlene kira ranjangnya di Ferun sudah cukup besar. Corrine berada di kamar Tahira lebih dulu daripada pelayan-pelayan yang menghangatkan air dari sumur. Sebuah gaun hijau menggantung di dekat jendela, sementara Tahira masih menggunakan gaun tidurnya tersenyum dan memeluk Arlene.

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang