Gregory Martyn selalu menggunakan sepatu dari kulit yang dibuat lebih mahal daripada koin untuk membeli pelacur dan budak. Pakaiannya dijahit dari kain yang didapatkan susah payah sehingga tidak ada seorang pun yang memiliki pakaian serupa. Namun, saat ini tidak ada kemewahan sama sekali.
Dulu, perintah yang Gregory turunkan selalu dipatuhi oleh siapa pun. Keruntuhan Martyn pertanda bahwa peraturan mungkin tidak akan mudah untuk dipatuhi siapa pun. Gregory menyerang prajurit-prajurit yang menjaga penjara Greyna Polly dengan anak panah.
"Saat Xeire datang, kau juga yakin bahwa aku tidak akan menyelamatkanmu, bukankah begitu?" Gregory tersenyum miring di depan jeruji besi yang mengurung Greyna. Penampilannya sungguh buruk, tidak ada kemewahan dengan linen krem, rambut dan wajah yang lusuh, kelaparan, serta udara yang bau karena lembab dan kotorannya sendiri.
Wanita itu merangkak, mendekati Gregory dengan bibir gemetar. "Di mana Layla? Si jalang itu."
"Menunggu di luar." Gregory mengangjat dagu tinggi-tinggi. "Aku tak ajan menyelamatkanmu dengan cuma-cuma. Kali ini kaulah yang harus memberi imbalan padaku."
"Dengan apa?" Greyna hampir menangis, tak yakin harus marah atau bahagia.
Kemudian Gregory memutar kunci pada jeruji dan membantu Greyna menaiki kuda yang dijaga dengan baik. Layla menyambut, kabur bersama mereka sejauh mungkin dari Tellshire menuju perbatasan Landelle. Mereka berkemah di tebing, merampok budak dan pelacur, lalu bersembunyi di rumah pinggiran kota Addam usai membunuh keluarga miskin yang menempatinya.
"Apa rencanamu? Kupikir Xeire sudah membunuhmu saat mereka melumpuhkan Eirys." Greyna menyobek roti yang hampir basi.
Perbincangan tentang rencana-rencana Gregory dimukai di meja kayu yang lapuk.
Gregory Martyn memiliki bekas luka di dagu kirinya karena pelarian dari Tellshire. Dendam memenuhi relung, dia mengangkat wajahnya di bawah temaram lilin. "Ini bagian dari rencanaku dan Nettles karena Eirys tidak akan pernah membantu Martyn. Satu-satunya yang Xeire tidak ketahui, 23 tahun yang lalu kakakku bersama Luthor Eirys III menyaksikan Sillian memotong lehernya sendiri dengan pisau. Sebagai imbalan, Luthor membiarkan kakakku menyimpan pisau itu dan tidak tahu sama sekali bahwa senjata itu terbuat dari campuran perak dan darah penyihir. Berkat sinar bulan purnama, Nettles sempat merasakan energi Sillian dan kewalahan saat berkali-kali mencoba menyentuhnya."
"Apa kau membohongiku, bajingan? Tidak pernah ada kisah tentang Nettles membantu Luthor Eirys III meruntuhkan seluruh Torrhen." Greyna menggeleng atas sorot dendam kepada Gregory dan Layla. "Dan apa hubungan Xeire dengan pisau itu?"
"Nettles mencoba menggunakan pisau itu untuk membunuh Xeire." Layla menelan ludah. "Mencari tahu siapa Xeire sebenarnya."
Greyna mendengus sinis. "Apa Nettles begitu payah hingga gagal membunuhnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story
RomanceRaja yang mencintai pelayan? Geralt Xeire pasti tidak waras. Arlene memercayai cintanya tidak sebanding dengan hutang budinya kepada Geralt Xeire. Kehidupan yang usang dan memperjuangkan mimpi juga tidak cukup untuk mengurangi ketidak beruntungan. S...