Malam-malam yang sama.
Susunan batu walaupun telah usang, masih menjadi tempat tinggal satu-satunya yang dapat melindungi Arlene dan ibunya dari berbagai macam hal. Malam-malam sebelumnya Arlene memahami bahwa susunan batu akan melindungi mereka dari hal-hal buruk, tetapi pemahaman itu berubah sejak mencuri dengar pembicaraan terlarang. Arlene terlalu lama menatap atap rumah saat larut malam, hanya berbaring di atas ranjangnya yang tipis dengan satu lembar selimut yang tak layak. Hatinya berdegup kencang atas susunan batu dan atap tanah liat itu, mempertimbangkan rencana-rencana baik, imajinasi indah, dan lukisan mewah.
Akan jadi seperti apa jika atap tanah liat yang ditatap saat ini memiliki banyak cahaya lilin? Mungkin seperti sedang memandang bintang di dalam rumah, mewah sekali. Arlene tidak mengerjap tiga kali di dalam kegelapan, tidak ingin membohongi dirinya akan sebuah keinginan untuk pergi ke Addam sehingga ia dapat membeli lilin di toko sebanyak yang ia mau tanpa perlu mengkhawatirkan persediaan yang menipis serta mengabaikan aturan hanya dua lilin yang diperbolehkan hidup saat cuaca dingin yang ekstrim.
Akan jadi seperti apa jika warna putih dapat terlihat jelas, rambut-rambut pirang menjadi berkilau, tidak mengkhawatirkan daun-daun liar yang habis dimakan kuda, atau meresahkan daging tupai? Arlene tidak berkedip ketika membayangkan kebiasaan-kebiasaan itu tidak terjadi lagi apabila Romana menyetujui rencana-rencana baik miliknya. Keyakinan kecil yang dimiliki gadis berusia 12 tahun tidak memiliki tempat khusus di sebuah lukisan. Sama halnya mematuhi aturan. Tidak ada alasan untuk mengabaikan perintah Romana, karena Arlene hanya memiliki satu keluarga, satu kehidupan, satu rumah sederhana yang dapat melindungi mereka, dan kebiasaan-kebiasaan sederhana. Satu lukisan, satu bingkai, satu kait rapuh, terlalu sederhana untuk mengalahkan rencana-rencana baik sekalipun.
Gadis 12 tahun seperti Arlene belum dapat menuliskan rencana-rencana baik, itulah yang diyakini oleh Romana. Seperti dongeng pengantar tidur, rencana-rencana baik yang bisikkan dalam hati dan disaksikan oleh sorot cahaya bulan merayu kelopak mata Arlene tertutup rapat di samping ibunya.
Pandangan Romana yang samar menatap susunan batu, seperti cermin besar yang memperlihatkan padanya bahwa Arlene sedang menatap langit-langit rumah. Dia mendengar Arlene akhirnya merapatkan selimut dan memiringkan tubuh, tanpa tahu bahwa malam itu Romana juga tidak bisa terpejam. Tanpa tahu, bahwa sesungguhnya susunan batu mereka terkadang terlihat jauh lebih usang dalam pandangan Romana. Ingin sekali menyalahkan sayuran-sayuran liar, mungkin saja beracun, mungkin saja daging tupai yang selama ini mereka makan memiliki penyakit serius, mungkin saja kualitas melihat Romana semakin buruk karena debu-debu yang dibawa oleh angin kencang Laut Vegreryn dari timur.
Atap tanah liat beberapa diantaranya berlubang, Romana selalu meletakkan ember di bawahnya dan membiarkan air sampai memenuhi lalu memasaknya di atas perapian sebelum meminumnya. Mungkin saja atap tanah liat itu membawa debu, kotoran, dan nasib yang buruk sehingga berdampak pada penglihatannya. Lebih tepatnya, Romana ingin menyalahkan hal-hal usang, walaupun tahu tidak ada pilihan lain selain meneguk air tersebut untuk membasahi tenggorokan saat tidak bisa tidur. Tidak ada gunanya mengeluh setelah sekian lamanya sepakat bahwa jalan tersebut sudah menjadi kehidupannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story
RomantizmRaja yang mencintai pelayan? Geralt Xeire pasti tidak waras. Arlene memercayai cintanya tidak sebanding dengan hutang budinya kepada Geralt Xeire. Kehidupan yang usang dan memperjuangkan mimpi juga tidak cukup untuk mengurangi ketidak beruntungan. S...