BAB 33

44 8 10
                                    

Nasihat Romana adalah hal terakhir yang dulunya pernah Geralt renungi, kali ini Alton melakukannya dengan pemahaman pelik tentang cinta dan membuat Geralt melamun di ruang kerja, berpatroli, atau mendengar keluh kesah para rakyat di aula utama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nasihat Romana adalah hal terakhir yang dulunya pernah Geralt renungi, kali ini Alton melakukannya dengan pemahaman pelik tentang cinta dan membuat Geralt melamun di ruang kerja, berpatroli, atau mendengar keluh kesah para rakyat di aula utama.

Bulan masih menyisakan sorot di langit fajar, Geralt membawa kudanya ke halaman istana, mengencangkan pelana dan seringkali memanggil memori. Syukurlah Arlene selalu bangun di waktu itu, ia termangu terhadap apa yang dilihatnya di halaman istana. Senyumannya bersama gaun kuning lebih cerah daripada matahari yang belum terbit saat menghampiri.

"Apa kau tidak tidur karena tak sabar ingin berkuda?" Geralt mendengus, tapi tertegun saat menatap Arlene mendekat padanya.

"A–aku selalu bangun saat fajar, tapi tidak tahu kalau kita akan berkuda sepagi ini. Apa kamu tidak tidur?" Arlene tidak pernah tahu mengapa kalimatnya membuat Geralt berpaling, hanya mengerti Geralt akan menunjukkan cara memenuhi permintaan terakhir Romana.

Namun, pemahaman sederhana Geralt hanyalah mengulurkan tangannya. "Ini pelajaran pertamamu sebaiknya berkuda dengan kudaku—angkat sedikit gaunmu. Naikkan kaki kirimu dan pegang tanganku."

"Ah, kemarin aku melakukannya bersama Tyrgen." Arlene kemudian berbangga hati menaiki kuda.

"Oh." Geralt berwajah masam, berjalan pergi. "Mari kita lihat sejauh apa kau belajar dari orang lain."

"Eh?" Arlene mengerjap saat Geralt berjalan 10 langkah di depannya. Memahami Geralt rupanya lebih sulit daripada berkuda. Satu, dua, dan banyak langkah dilalui bersama hingga gerbang istana. "Tampaknya kuda Tyrgen tak menyukaiku."

Geralt mengernyit, tak menoleh.

"Karena sepertinya aku berkuda lebih baik hari ini."

Kalimat itu rupanya diucapkan bersama senyuman. Menoleh, kedua kalinya Geralt hampir tertegun. Tak seorang pun khawatir akan makna senyumannya. "Mari kita lihat apa kau juga bisa membawa kudamu berlari hingga ke sana."

"B–berlari?" Arlene gemetar mengenggam kekang, matanya dipantulkan cahaya fajar menatap pohon yang Geralt tunjuk.

Itu hanya pemahaman sederhana tentang rasa takut, Geralt pernah memilikinya. Lantas pelana dipegang erat, Geralt menaiki kuda tepat di balik punggung Arlene. Perbuatan itu mengejutkan hati dan darah yang berdesir luar biasa. Arlene menyentuh pipinya yang tergelitik.

"Kau hampir melakukannya." Geralt menatap bahu dan sisi wajah Arlene. "Kuda adalah hewan yang cerdas, mereka akan tahu apabila kau ragu. Itu sebabnya kemarin kau hampir celaka."

"Bagaimana caranya?" Arlene hampir melepaskan kekang, tetapi Geralt memastikannya tetap menggenggam bersamanya.

"Kau mengendarai kuda dengan pinggulmu. Jangan terlalu kaku, percayalah bahwa kau dapat mengendalikannya. Gunakan kekangnya dengan percaya diri."

Maka dengan cara yang lebih baik, Geralt menunjukkan sebaik apa dirinya memberi pemahaman. Genggamannya yang kuat menuntun punggung tangan Arlene untuk menggenggam kekang. Lantas bersama-sama menghentak kekang dan berlari. Tawa halus Arlene lalu terdengar merayakan bersama rona merah di wajahnya sebab punggungnya pun merasakan dada bidang Geralt.

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang