BAB 19

50 7 6
                                    


Atas nama kepala yang tertunduk, semua orang memberikan penghormatan untuk Tahira sebagai ratu serta penghormatan untuk Geralt sebagai raja menggantikan Rodrik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Atas nama kepala yang tertunduk, semua orang memberikan penghormatan untuk Tahira sebagai ratu serta penghormatan untuk Geralt sebagai raja menggantikan Rodrik. Senyuman terbit setinggi langit. Berita bahagia disebarkan ke seluruh Landelle dan penjuru dunia. Di antara sisa reruntuhan bangunan yang ditegakkan kembali, rakyat membutuhkan kepercayaan akan nasib baik di tangan yang tepat. Semua orang merayakan, menari, dan tertawa di atas tanah yang berlumpur dan pernah basah karena darah Rodrik dan para pahlawan.

Lonceng yang berdentang membawa banyak perbincangan menyenangkan. Namun, lonceng yang berdentang seperti sedang menghantam kepala Driss yang tertunduk di ruang makan. Terkepal gemetar. Lonceng yang berdentang beriringan dengan denyut jantung Arlene sembari tersenyum kepada Tahira yang tampak bahagia. Arlene memeluknya erat setelah orang-orang pergi berbaik hati memberi Tahira waktu.

"Aku tidak pernah melihatmu seperti ini, Tahira. Aku ingin terus melihatnya selagi aku di sampingmu." Arlene mengusap air matanya begitu cepat sebelum menggenggam tangan Tahira lebih erat daripada Geralt.

Tahira lantas menatap sahabatnya dengan senyuman yang sudah lama sekali tak terbit menyinari Landelle. "Kau bahagia untukku, Arlene?"

Namun, Arlene menggeleng, tersenyum pedih. "Sampai saat ini aku berduka... seumur hidup untuk ibuku seperti dukamu untuk Rodrik. Namun, aku akan selalu bahagia apabila kau juga. Kita melarikan diri dari Polly, berteduh di hutan, berbagi makanan, pakaian, dan senyuman, sehingga kita akan selalu berbagi kebahagiaan."

Tahira menangis di balik senyuman, membalas genggaman Arlene. "Terima kasih."

Arlene masih mempertahankan senyuman saat menggeleng. "Inilah yang semestinya aku lakukan, Tahira. Aku berhutang budi."

"Aku bahkan belum membayar hutang budiku setelah kau menyelamatkanku di Polly. Aku pernah berjanji akan membantumu mencari tabib terlatih untuk menyembuhkan Romana, tetapi sekarang, dengan apa aku harus membayar hutang budiku?"

"Kau ikhlas dan tulus membagi rencana baikmu padaku dengan pergi ke Landelle bersama. Berkat itu, aku dan ibuku bersatu kembali." Arlene kemudian mengusap air mata Tahira lalu pipinya. "Kini menjadi milikku karena kau menyambut ibuku dengan baik, mengajariku banyak hal, dan sampai hari ini menjalani hidup yang selama ini aku inginkan walau ibuku sudah meninggal."

Kemudian Tahira terisak, memalingkan wajahnya. "Seandainya aku tetap berada di Polly bersamamu dan Eliez, aku dapat membunuh Greyna sehingga perbudakan dan pelacuran ini dapat berakhir. Aku juga akan membunuh Gregory sekalipun harus memberi tubuhku, sehingga Romana dan ayah masih hidup."

"Aku tetap akan membawamu pergi dari Polly dan mencari ibuku." Arlene tertunduk, membasahi punggung tangan Tahira dengan air matanya.

Namun, Tahira menatap Arlene dengan dahi berkerut. "Bagaimana bisa kau memaafkanku dan justru berhutang budi padaku? Akulah yang membuat ibumu terbunuh dan sejak meninggalkan Polly memaksamu untuk menyamakan takdir. Kali ini juga menjadikanmu yatim piatu sepertiku. Kenapa? Semestinya kau membenciku—larilah sekencang mungkin meninggalkan Landelle dan selamatkan dirimu sendiri. Apa yang ayahku katakan tidak berarti sekarang karena aku memiliki Corrine yang membantuku, Jon dan Alton akan menjadi kesatriaku, dan kini... aku juga memiliki suami yang sangat kucintai. Aku tidak membutuhkanmu lagi."

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang