BAB 7

79 11 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Bulan dan matahari silih berganti menerangi langit selama satu minggu. Selama itulah Arlene menjalani kehidupan barunya di Polly.

Pada ruangan di mana Eliez mengatakan kepada Arlene kakinya sedang berpijak di rumah bordil, ruangan tersebut menjadi kamar tidur paling besar yang Arlene miliki selama hidup. Ada tujuh pelacur di Polly, masing-masing memiliki kamar tidur yang lebih besar. Polly hanya mempekerjakan seorang bartender pria dan tak pernah memiliki budak, sehingga hanya Arlene, budak yang memiliki kamar tidur miliknya sendiri.

Kenyataan bahwa Layla menyerahkan Arlene ke Polly untuk kelak menjadikannya pelacur adalah menggeser pemahaman baik yang Arlene miliki untuk orang asing. Romana akan selalu benar, kehidupan dan kepribadian pelacur menjadi nyata sejak Arlene mengenal Layla dan Polly selama satu minggu.

Kabur dari Ferun sambil membawa rencana-rencana baik, benda berharga, dan keranjang rotan satu-satunya, ditukar untuk hidup menjadi budak. Membantu peracik minuman untuk mengantarkan makanan, gelas-gelas bir, dan wiski ke setiap meja, atau membantu seorang pria mabuk memanggil Greyna, membersihkan meja yang kotor penuh dengan tumpahan makanan, cairan tubuh, dan hal-hal menjijikkan melebihi kotoran hewan, setidaknya jauh lebih baik daripada menjadi pelacur kedelapan. Pun, apabila dibandingkan dengan pengalaman yang Layla gunakan saat ini untuk bercinta dengan seorang pria tua dan gemuk di salah satu meja bar sambil mendesah kencang. Arlene mendapatkan banyak pengalaman seperti keinginannya dengan cara yang tidak pernah dipikirkan.

Suara Romana berdentang keras seperti bel yang selalu berbunyi di Kerl saat tengah hari dan tengah malam untuk memalingkan wajah atau membalikkan tubuh setiap pemandangan terlarang selalu berada di hadapan Arlene. Seringkali ia memejamkan mata atau menutupi telinga dengan tangan. Napasnya berhenti setiap kali melihat Eliez melayani banyak pria di bar atau pada malam hari atau mendengarnya dari balik dinding kamar.

Satu minggu, Layla terus menerus berselisih dengan Eliez tentang keputusan Greyna menjadikan Arlene sebagai budak, pelacur baru di Polly, atau meloloskannya. Berkali-kali pula, Arlene menutup telinga dan diam-diam membasahi bantalnya dengan tangisan. Tidak pernah diberi pilihan atau membuat keputusan tanpa perlu khawatir apakah keputusannya benar. Satu keputusan ceroboh telah merubah seluruh kehidupannya saat mengekori Layla alih-alih terus mencari ibunya di jalanan meski kelaparan dan tidak memiliki tempat untuk berteduh.

"Gadis kecil, Sayang, sudah berapa lama kau bekerja untuk Polly? Kemarilah." Seorang pria dari seberang meja tempat Arlene mengantarkan minuman, sedang melambaikan tangan. Arlene menatap ragu, tetapi ia dipaksa untuk menjadi budak yang berpengalaman, tidak boleh membantah, atau memalingkan wajah.

"Satu minggu, Tuan." Arlene berdiri tegap dengan kedua tangannya di depan paha.

Pria itu tersenyum lebar, mendekatkan wajahnya pada telinga Arlene. "Dadamu tidak sebesar gadis-gadis lain, tapi wajahmu jauh lebih cantik dan manis—bahkan dari kekasihku. Kau pasti cocok sekali dengan ranjangku. Aku bisa membelikanmu riasan, pakaian yang lebih bagus, dan hiasan rambut."

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang