Cara yang tepat untuk menghilangkan keresahan adalah meminta Geralt untuk bersembunyi di tempat lain demi mendapatkan pembenaran tentang keresahannya. Tahu betul bahwa Geralt akan memilih rumah sederhana di pinggiran desa, Arlene yakin bahwa keesokan harinya ia dapat berkuda ke suatu tempat untuk membuktikan.Di sebuah tebing dengan asap hitam yang terlihat dari kejauhan, Arlene menghentikan kudanya setelah melihat dengan jelas bahwa Gregory Martyn ada di sana. Kudanya berhenti tak jauh dari api unggun Gregory. Siluet seorang gadis yang mendekatinya benar-benar asing, tanpa pendamping atau perlindungan apapun. Kening Gregory hanya berkerut dan berdiri sambil menyentuh pedangnya.
Langkah kaki Arlene lambat namun pasti ketika mendekat. Sorot mata hitamnya perlahan-lahan nampak jelas dan penuh penekanan. Pada waktu itu, Gregory mengira bahwa gadis asing yang mendekatinya saat ini adalah utusan Layla.
"Apa Layla mengutusmu kemari? Di mana dia?" Gregory akhirnya bangkit berdiri, menghentikan sarapannya dan meletakkan daging kelinci ke tanah. Melangkah dekat. "Di mana jalang itu? Dia tidak tahu seberapa lamanya aku menunggu di sini."
"Layla sudah ditangkap. Ini salahmu karena tidak membawanya pergi ke Addam."
Gregory kemudian mengerutkan dahi. Perlahan-lahan membelalak saat melihat dengan saksama penampilan Arlene yang selama ini selalu dibicarakan. Rambut pirang, mata hitam yang menatap penuh ambisi sekaligus lembut dan percaya diri. Serta bagaimana kabar tentang cara Arlene menegakkan bahu dan dagunya saat melangkah di Polly dapat menghipnotis siapa pun. Saat itu juga Gregory mengenalinya.
"Aku adalah Ratu Arlene Xeire." Arlene berhenti melangkah, memisahkan jarak dengan Gregory dengan api unggun yang sebentar lagi paddam karena desau angin kencang subuh.
Tangan Gregory gemetaran, begitu juga dengan bibirnya. Dendam yang membusung tinggi di dadanya terlihat jelas oleh Arlene maupun rumput yang bergoyang. Di balik api unggun, pria itu berdiri dengan pakaian lusuh dan wajah yang kacau sambil mengepalkan tangan. "Bagaimana kau tahu aku ada di sini?"
"Tidak penting bagaimana caranya dan kapan kita semestinya bertemu. Sesungguhnya pertemuan kita terlambat, seandainya saja bertahun-tahun yang lalu sebelum membawa Tahira pergi, aku memberanikan diri untuk membunuhmu." Arlene menyampaikan penyesalan terbesar dan dendamnya melalui desau angin. Bayangan redup api unggun terpantul di kedua mata hitamnya, tetapi tidak dengan ambisi membara yang Gregory temukan.
"Kau membicarakan penyesalan? Baiklah." Gregory tersenyum miring, berjalan memutari api.. "Penyesalan terbesarku adalah daripada mencari Tahira Quellon di Polly, aku akan meminta Greyna untuk mengirimmu ke kamar tidurku. Menyetubuhimu sekeras dan sesering mungkin sampai kau tak bisa menggerakkan kakimu, menjadikanmu milikku sehingga Landelle akan runtuh menjadi debu berkat pertempuran itu. Geralt Xeire tidak akan menaklukkan Martyn ataupun Eirys. Changreys dan Eetorey juga akan menjadi milikku."
Penyesalan Gregory menghentikan napas Arlene di kerongkongan. Ia mengepalkan tangan sebagai upaya untuk menghalau pemahaman sederhana miliknya menjadi pemahaman buruk. Napasnya kemudian berhembus, menjauh dari Gregory, dan berjalan memutari api. "Syukurlah pada saat itu pemahamanku tak seperti Geralt. Syukurlah, aku berhasil membunuh kesatriamu dan membuat permohonan kepada Geralt untuk membalaskan dendamku sebagai miliknya sembari kami menghapus perbudakan dan pelacuran. Ya, jika tidak aku tidak akan sempat melihatmu seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story
RomanceRaja yang mencintai pelayan? Geralt Xeire pasti tidak waras. Arlene memercayai cintanya tidak sebanding dengan hutang budinya kepada Geralt Xeire. Kehidupan yang usang dan memperjuangkan mimpi juga tidak cukup untuk mengurangi ketidak beruntungan. S...