BAB 16

60 7 4
                                    



Malam-malam yang sama.

Mencari penjelasan dan mendapatkan pemahaman tertentu dari membaca buku adalah kegiatan yang melelahkan. Arlene menghibur dirinya dengan mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru tentang politik, bertani, berkebun, dan kesehatan melalui buku yang Tahira pinjamkan. Ia juga menghabiskan banyak buku dalam sehari untuk membaca kisah romansa para pendahulu Quellon yang rupanya dituliskan oleh mendiang Ibu Tahira. Mempelajari tentang cinta, kepemimpinan, kesetiaan, mimpi, dan perjuangan sangat menyenangkan.

Satu-satunya tempat yang tidak pernah Arlene kunjungi adalah menara pengawas. Bangunannya begitu tinggi, siapa pun yang membangunnya pastilah memiliki semangat yang begitu besar agar mereka dapat berlindung dari musuh maupun melesatkan anak panah. Tempat itu sempurna untuk bertempur dan bertahan dari serangan musuh. Namun, untuk Arlene menara adalah tempat yang paling tepat untuk melihat pemandangan karena ia dapat menjangkau wilayah kekuasaan Quellon yang begitu luas bahkan samar-samar melihat keberadaan laut.

Subuh dan senja adalah waktu yang paling tepat untuk menyaksikan pemandangan terindah sehingga dapat menjadikannya sebagai lukisan untuk dikenang. Sore itu Arlene berjalan menyebrangi jembatan, balkon, dan teras, menaiki anak tangga dan melihat seberapa jauh jaraknya dengan halaman istana. Senyumannya seindah matahari yang akan tenggelam.

Kaki Arlene melangkah tak lagi penuh semangat saat menemukan letak sinar hangat matahari telah terisi oleh Geralt. Lelaki itu mendahuluinya untuk menyaksikan matahari tenggelam dengan penuh lamunan sambil menumpu siku di dinding pembatas.

Geralt dan Arlene saling menyadari kehadiran masing-masing. Sempat saling melemparkan pandangan, berdiri tak jauh dan menyaksikan matahari tenggelam dan detik-detik yang berlalu. Selanjutnya menatap arah yang sama dan memikirkan hal yang sama pula. Saling mengatupkan bibir, sulit sekali berusaha mengabaikan.

Tidak ada sisa pedih yang hinggap di hati Arlene sejak keegoisannya dilampaui. Tidak ada lagi wajah yang menunduk penuh penyesalan, Arlene menatap Geralt dengan benar atas rencana-rencana yang buruk sekali untuk Romana. Senyumannya segera terbit menggantikan matahari.

"Aku selalu menemukan pemandangan indah ini setiap senja atau pemandangan indah lainnya sepanjang hari. Aku memiliki banyak waktu, tetapi, Geralt... aku tidak pernah meminta maaf dan berterima kasih kepada ibuku dengan benar sejak tiba.... Aku juga tidak pernah meminta maaf dan berterima kasih padamu dengan benar. Maka aku harus mengatakannya kali ini...." Arlene meluruskan punggungnya sementara Geralt masih memperhatikan matahari terbenam.

Arlene memutuskan untuk mempertahankan senyuman dan sorot penuh arti. "Ibuku mendapatkan banyak kesulitan karena keegoisan dan kecerobohanku, terima kasih sudah menjadi seseorang yang suka rela membayarnya dengan pertolonganmu yang tulus. Aku harus mengatakannya berulang kali dan memanfaatkan kesempatan ini dengan baik... berterima kasih padamu karena aku bahagia sekali dapat melihat ibuku selamat...."

Punggung Geralt akhirnya tegap saat mendengar kalimat tersebut. Kalimat-kalimat Romana terdengar seperti lonceng bel yang merdu, Geralt menyimpan anggukan dalam hati. Menatap Arlene dengan benar kali ini sembari ia mengakui bahwa Romana memiliki seorang putri dengan mata hitam yang indah. Namun, pemahaman Geralt jauh lebih rumit dan terlalu banyak sehingga Arlene pun tidak akan mengerti.

"Addam tidak memiliki kehidupan indah seperti apa yang kau bayangkan atau kau dengar selama dari orang lain. Aku yakin orang-orang tidak pernah mengatakan tentang Luthor Eirys III padamu." Geralt memberi sorot lurus pada senyuman Arlene yang redup. "Luthor Eirys III membunuh kakaknya sendiri untuk merebut tahta dan menyisakan istri Luthor Eirys II-Aisha Torrhen untuk dia nikahi. Menunjukkan kepada dunia bahwa Torrhen benar-benar jatuh di bawah kakinya. Menunjukkan pula kepada siapa pun bahwa perbudakan dan pelacuran berada di bawah kakinya sehingga dunia selalu ada dalam kekuasaannya. Pergi ke Addam tidak akan jauh berbeda, kau akan membawa Romana kepada kehidupan yang jauh lebih buruk karena orang-orang terpelajar akan menjadikannya sebagai budak. Di dunia ini, wanita tua dengan penglihatan buruk tidak memiliki tempat. Termasuk istana ini."

Untuk kedua kalinya, Arlene menelan ludah dan matanya bergetar atas hati yang mendapatkan rasa pedih untuk kesekian kalinya pula. Mata hitamnya menatap Geralt dengan perasaan serupa, tidak pernah menyangka permintaan maaf dan terima kasihnya sulit melampaui pemahaman rumit Geralt.

Namun, ketika punggung Arlene hendak berpaling, Geralt melangkah. Lelaki itu mendekatinya dengan sorot kesungguhan. "Tetapi kau dan aku dapat menciptakan tempat terbaik agar Romana hidup dengan nyaman di sisa hidupnya. Untuk saat ini Landelle adalah tempat yang tepat untuk melakukannya."

Itulah yang berusaha Geralt ungkapkan dari pemahaman rumitnya. Lalu yang berusaha Geralt ungkapkan melalui sorot matanya saat Arlene membalikkan tubuh, adalah hutang budi yang jauh lebih besar karena Romana menjadi sosok berarti untuk menggantikan seluruh luka yang didapatkan dari julukan menyedihkan. Maka sekalipun senyuman Arlene tidak terbit kembali dan hatinya berulang kali terluka lalu disembuhkan berulang kali, ia hanya menatap Geralt dengan lekat. Untuk pertama kalinya saling berpandangan dengan jarak yang lebih dekat, saling memberikan pemahaman masing-masing untuk diresapi.

Arlene mengerjap beberapa saat, disaksikan oleh sisa langit senja selagi memperhatikan mata biru dan wajah Geralt dengan seksama. Ia akhirnya mengangguk, tersenyum kecil. "Terima kasih."

"Apa pun yang Driss katakan padamu, tidak sepantasnya kau mempercayainya."

Arlene menggeleng, kali ini senyumannya terbit lebih tinggi. "Apabila ibuku mempercayaimu atas nyawanya, maka semestinya aku mencoba mempercayai apa pun rencana baikmu, Geralt."

Malam itu, Geralt mengangguk. Sekalipun melakukannya dengan samar, tetapi kesungguhan itu sedang berdegup kencang di dada bidangnya dan tangan Geralt terkepal atas senyuman, tatapan, dan kepercayaan seorang gadis atas kesungguhannya. Itu adalah bayaran yang setimpal, Geralt berterima kasih pada pemahaman yang Romana berikan atas nama seorang ibu yang menyayangi anaknya.

Matahari tidak dapat menjadi saksi terlalu lama, tetapi sorot cahaya bulan selamanya akan menjadi saksi apa yang terjadi di bawah langit malam sekalipun bersembunyi di balik awan atau tidak lagi purnama. Sampai kapan pun, akan ada lukisan indah di mana Arlene dan Geralt saling menatap penuh kesungguhan saat sepakat akan mempercayai satu sama lain dan diam-diam saling berdegup atas hal yang sama.

Sorot cahaya bulan juga menjadi saksi ketika Ryte melajukan kudanya dengan cepat dan berdegup tidak karuan. Keringat membanjiri tubuhnya, berteriak susah payah dari kejauhan. "Buka gerbangnya! Buka gerbangnya!"

Geralt mengernyit keras, memalingkan wajah dari Arlene. Kesatria yang bertugas di bawah sana membuka gerbang selebar mungkin untuk Ryte yang datang dengan kepayahan. Geralt berteriak dari menara, "Ryte! Apa yang terjadi?"

"Geralt! Mereka dalam perjalanan!"

Geralt sungguh tidak mengerti, menggeleng dengan wajah bingung terhadap wajah pucat Ryte yang kepanikan. "Siapa?"

"Pasukan Martyn datang!"

Mata biru Geralt membulat sempurna seperti bulan purnama yang tidak sempat hadir malam itu untuk menyaksikan. Namun, sampai kapan pun akan terus bersinar menyaksikan ketika kemudian lonceng berbunyi dari perbatasan Quellon, Geralt segera berlari pula untuk membunyikan lonceng besar di menara kastil sehingga semua orang di penjuru Landelle dapat mendengar tanda peringatan bahaya yang bertubi-tubi. Lelaki itu berharap bahwa Rodrik di dalam istana beserta Romana dapat mendengarnya.














To Be Continued....


Apabila kalian menjadi Arlene atau Geralt, memandang langit di atas menara, apa yang akan kalian ucapkan kepada satu sama lain?


The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang