BAB 24

47 7 1
                                    

Tangisan Tahira pernah terdengar kencang saat kematian Rodrik atau saat Alton mengayunkan pedang pada kaki kanannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangisan Tahira pernah terdengar kencang saat kematian Rodrik atau saat Alton mengayunkan pedang pada kaki kanannya. Tangisan Tahira pernah melengking karena rindu, jatuh cinta, dan putus asa begitu Geralt mengisahkan rencananya. Tangisan-tangisan itu menjadi lagu bibirnya yang tidak pernah terdengar sejak Geralt pergi. Berlangsung selama berminggu-minggu. Berbulan-bulan.

Tidak pernah pula bibir Tahira berbicara banyak hal atau melengkung. Sikap diam kini menjadi miliknya dan melampaui empat bulan kepergian Geralt dari Quellon. Bahkan bibirnya tidak tersenyum ketika Corrine justru tersenyum sumringah mengumumkan berita kehamilannya.

Tangis Tahira pernah diharapkan di sebuah malam sebagai lambang kerinduan suaminya yang tidak memberi kabar melalui surat. Pernah didoakan agar setidaknya melengking sehingga terdengar oleh Geralt di perbatasan atau di manapun lelaki itu berada dengan seluruh harapan Tahira mengharapkan kepulangannya sebelum bayi mereka lahir. Sayang sekali tidak pernah terjadi selama berbulan-bulan.

"Ini sudah berlangsung selama berbulan-bulan dan sebentar lagi ratu akan melahirkan. Apa kalian tidak bisa pergi mencari di mana raja kalian berada?!" Corrine selalu berseru selama hampir sembilan bulan kepada prajurit-prajurit di halaman istana. Wajahnya yang keibuan setengah mati menyayangkan nasib malang Tahira dengan perut yang besar, tetapi tubuh yang kurus. Corrine tidak pernah mengumpat, kali ini melakukannya karena berulang kali tahu bahwa tidak akan mendapatkan surat dari Geralt. Corrine mengunjungi Tahira jauh lebih sering sejak Geralt pergi. Di kamar tidur itu pula Arlene dan Driss berada, menemani dan merayu Tahira hanya untuk makan dan menjaga diri.

"Kau terlalu kurus. Bagaimana bisa kau akan melahirkan penerus yang sehat?" Driss berkacak pinggang dan menghela napas besar.

Baginya Driss menyebalkan, tetapi Arlene memilih untuk berada di samping Tahira yang berbaring sekalipun tidak mau menatapnya. "Semalam saljunya turun sangat indah. Driss bisa menggendongmu duduk di kursi dan melihat ke luar sana. "

Tidak ada tangisan, anggukan, dan gerak bibir. Tahira mensejajarkan tangannya dan memalingkan wajah pada tirai jendela tanpa kaca. Tetap melakukan hal yang sama ketika Corrine memijat keningnya pada Arlene dan Driss tentang cara mereka membantu Tahira melahirkan bayinya dengan selamat.

"Asalkan bayi ini sehat, Tahira dapat melahirkan bayinya tanpa Geralt." Arlene memberi anggukan untuk Corrine dan Driss yang berdecak sebal serta ketenangan untuk para pelayan di sana.

Namun, kalimat Arlene akhirnya membasahi wajah Tahira. Kesedihannya menyakiti Corrine saat bersimpuh dan menangis bersamaan. "Nak, kau harus makan. Dengarkan aku, apa kau tak sayang dengan anakmu? Bukankah selama ini kau ingin menggendong bayi yang memiliki ketampanan Geralt atau kecantikanmu? Tersenyumlah, sebentar lagi akan terwujudkan."

Driss mengeraskan rahangnya saat isak Tahira terdengar menyakitkan. Kesabarannya tidak setinggi dan seluas langit, maka sikap Tahira melebihi kemampuannya. Lantas dia menjauhkan Corrine dan menggoyangkan bahu Tahira dengan kencang. "Hentikan! Hentikan sikap kekanakanmu ini dan sadarlah! Bajingan itu hanya mengirimkan surat tanpa menyebutkan kekhawatiran padamu dan bayi yang ada di dalam perutmu! Persetan dengan raja yang bijaksana!"

The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang