V - We'll see

169 11 0
                                    

"Berbekal tanya akan sebuah jawab, tak semua harap berujung capai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berbekal tanya akan sebuah jawab, tak semua harap berujung capai."

___

Kehidupan seringkali menipu walau terlihat begitu nyata. Ada kalanya apa yang teringin dengan begitu pada akhirnya hanyalah hanya sekedar angan. Berkuasa di tengah asa lalu menjadikan apa yang pernah tercapai menjadi sebuah pelajaran untuk pertimbangan pengambilan keputusan di kemudian hari. Park Jimin tentu saja tidak sedang menjadi istilahnya drona dalam hidupnya. Ia tidak memihak dua pihak sekaligus. Ia bahkan memilih untuk tidak memihak siapa pun selama ini. Namun, hari ini kesetiaannya pada dirinya sendiri diuji. Janjinya yang pernah ia katakan sendiri dalam hening 2 tahun yang lalu, pada akhirnya ia ingkari sendiri.

Bukan berniat menjadi seorang penjilat janji sendiri, melainkan ingin sekali menjadi teman yang baik setidaknya untuk dua bersaudara yang bukan sedarah itu akur pada akhirnya seperti dulu. Tepatnya setelah Kim Yerin hadir dalam hidup mereka, tetapi sebelum Kim Yerin memutuskan untuk pergi dari mereka.

Kim Yerin adalah apa yang selama ini coba Jimin terka. Gadis manis yang tak lain adalah apa yang selama ini ia coba selami. Namun, seperti halnya air laut yang semakin biru pekat warnanya, maka akan semakin dalam dasarnya. Bagi Jimin, Kim Yerin adalah sepekat lautan yang tak terjamah barang sejengkal. Terlalu kelam, terlalu manis, terlalu mati, namun jelas bukan pilihan yang baik jika mencoba menyelam. Seperti yang telah Jungkook lakukan dan sekarang ia bahkan sulit untuk kembali menepi. Jungkook sudah terlalu dalam menyelam hingga lupa bahwa dirinya sedang tercekik menahan napas di dalam kelamnya lautan milik gadis yang katanya Jungkook cintai dengan teramat.

Jimin tidak berniat sama sekali untuk menyelami dunia kelam milik Kim Yerin. Dengan membaca setiap naskah yang datang padanya saja sudah membuatnya bisa menebak bahwa isi kepala Kim Yerin lebih gelap dibandingkan gua terdalam sekali pun. Perihal naskah terbaru yang hilang, itu adalah siasatnya. Ia tidak bisa membiarkan naskah seindah itu terbit di bawah naungan penerbitannya.

Jimin memang akan berani menjamin bahwa ia akan untung besar jika sampai menerbitkan novel garapan Kim Yerin itu, tetapi ia juga sadar bahwa tak semua pembaca sepintar dirinya. Terkadang akan ada pembaca yang hanya menelan lamat-lamat apa yang mereka baca, meskipun banyak juga yang menelaahnya dulu baru ditelan.

Jimin tidak bisa sembarangan menerbitkan novel dengan genre anti mainstream seperti itu, lagipula Kim Yerin itu penulis terkenal, novelnya sudah wara-wiri di pajangan sebagai 10 terbaik edisi novel dewasa misteri. Rasa-rasanya Jimin memiliki kebanggaan tersendiri jika melihat novel terbitannya berada di rak itu.

Namun, jelas Jimin merasa bahwa untuk yang satu ini Yerin terlalu kelam menggambarkan setiap jalan ceritanya dan pesan di baliknya. Dia seperti menggambarkan kehidupannya. Tentang silsilah dirinya dan tentang apa yang membuatnya pernah terluka sedalam apa yang sekarang membuatnya sekuat itu. Gadis itu tak mungkin akan berjalan sampai hari ini jika mentalnya tidak sekuat dan setahan banting besi beton. Jimin mengakui bahwa Yerin itu salah satu anugerah semesta yang paling indah, tetapi Jimin juga mengerti bahwa seindah apa pun bunga yang mekar di sekitar air limbah, pasti bunga itu tak akan semurni bunga yang memang mekar di pekarangan istana.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang