VI - Raspberry

143 12 0
                                    

"Aku mengagumi semesta dan isinya, terutama salah satu yang menghuni punggungnya, salah satu yang terindah, gadis manis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mengagumi semesta dan isinya, terutama salah satu yang menghuni punggungnya, salah satu yang terindah, gadis manis itu."

___

Bumi selalu berputar pada ketetapannya. Menyaksikan bagaimana bumi selalu menunjukkan keanggunannya. Dari bagaimana buliran embun yang menjatuh dari daun-daun yang sempat menampung tetesannya sebentar, hingga hujan yang tak pernah mengeluh untuk menjatuhkan diri pada bumi gersangnya.

Sejauh hingga hari ini, tak pernah ada yang bisa melawan bagaimana cara semesta memperlakukan penghuni punggung buminya. Entah untuk yang tragis, atau pun yang manis. Selalu tidak tertebak dan tidak akan pernah bisa diterka. Siapapun ingin hidupnya sempurna, hidup hanya satu kali dan sangat mengerikan jika hanya diisi dengan isak tangisan. Pilu, linu dan terdengar tak baik di telinga siapapun. Hidup yang hanya satu kali ini harusnya diliputi dengan tawa dan kebahagiaan.

Setidaknya itulah yang sedari tadi sedang Taehyung renungkan dalam diamnya. Ia memerhatikan bagaimana ia sangat merindukan suasana malam yang seperti itu. Suasana yang sudah lama sekali tidak ia rasakan. Udara dingin yang tak ia hirup dari dedaunan kota tercintanya selama lebih dari 4 tahun. Ia terlalu menikmati hidupnya di negeri seberang. Ia menikmati sesak dan sedikit luka tanpa darah di sudut hatinya.

Kim Taehyung tidak ingin kembali lagi, tetapi takdir selalu menjadi apa yang menentukan segala. Ia harusnya sudah bisa hidup dengan damai tanpa masa lalunya, tetapi yang terjadi adalah Taehyung yang selalu terjebak oleh rasanya sendiri. Ia terlalu menikmati kekosongan yang ada dalam dirinya. Terlebih setelah ia kembali mendengar Jimin yang mengudarakan nama itu. Nama seorang gadis yang menjadi alasan dari semua yang ia lakukan. Ia pergi dan ia kembali. Taehyung pergi untuk berusaha menyembuhkan dirinya, bukan untuk lari dari semuanya. Namun, pada kenyataannya yang terjadi adalah luka dalam dirinya itu tak akan pernah sembuh. Ia butuh sentuhan yang mungkin bisa membuat lukanya sedikit mengering, tetapi jangankan sentuhan, ingin melihat dari jauh pun rasanya ia tak akan sanggup menahan air matanya agar tak jatuh.

Kim Taehyung menganggap semua yang pernah terjadi antara dirinya dan Kim Yerin adalah nyata, ia tak peduli pun jika sedari awal Yerin mengatakan bahwa semua itu hanyalah bagian dari sandiwara yang telah disusun sedemikian rupa hingga mememui ujung yang tak pernah disangka-sangka. Taehyung tidak menyangka bisa mengucapkan kalimat itu semudah mulutnya terbuka dan terkatup, lalu ia langsung bisa merasakan hatinya remuk redam saat ia tak bisa mengontrol dirinya hingga suara tamparan tangannya pada pipi sang gadis sampai sekarang masih terdengar begitu panas di telinganya sendiri. Waktu itu hening dan di dalam mobil. Hanya ada deru dari napas yang memburu, dan pekikan sakit yang terdengar dari gadis itu. Taehyung menyesal dalam diamnya, ia ingin sekali menarik paksa Yerin kala itu hanya untuk meminta maaf dan berharap dimaafkan, tetapi alhasil semuanya tidak semudah itu.

Kata maaf memang bisa memperbaiki sebuah ikatan, tetapi kata maaf tak akan pernah bisa menghapus perihnya.

Dan kini Taehyung telah kembali, menghampiri apa yang membuat hatinya perih akan penyesalan untuk kesekian kalinya. Ia tak pernah menghitung sudah berapa kali hatinya seperti teriris belati tajam setiap kali dirinya mengingat Kim Yerin dan air matanya. Itu adalah terakhir kali Taehyung melihat gadis itu secara langsung. Selebihnya Taehyung hanya bisa melihat gadis itu di dalam layar ponselnya. Seseorang telah dengan baik sekali membantunya. Dengan menjadi seseorang yang senantiasa memberikan kabar terbaru dan menyampaikan apa-apa pun yang dilakukan gadis itu padanya.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang