PROLOGUE : MARRIAGE IS BIG DRAMA (?)

282 22 0
                                    

"Berhentilah bersilat lidah, sialan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berhentilah bersilat lidah, sialan!"

Kim Yerin kembali menggeram penuh kekesalan. Hatinya sedang remuk redam lantaran bos sialannya telah mencari masalah dengannya.

Yerin tahu itu tidak sengaja, namun jelas sedang bercokol dalam kepala apa yang terjadi siang tadi. Park Jimin telah menghilangkan naskahnya yang akan diterbitkan bulan depan. Hampir separuh dan Yerin tidak memiliki salinannya. Ia hanya berharap bahwa komputer di kantor Jimin lebih pintar dari pemiliknya. Atau ia bisa mengakses recycle bin, walaupun mustahil juga ada disana. Namun, Yerin tak pernah kehilangan harapannya. Harapan selalu ada jika masih berpegang pada keyakinan.

Niat hati malamnya akan dirinya habiskan bersama sahabat tercintanya. Setidaknya mungkin dengan berbincang dengan orang yang paling dekat dengannya akan sedikit membuat kepalanya dingin.

Jeon Jungkook. Apapun yang terjadi keduanya akan selalu menjadi partner dalam hal apapun. Termasuk sekarang, dalam hal saling memberi afeksi didalam satu kolam renang yang sama. Dinginnya malam beradu dengan dinginnya air kolam, berbalut kehangatan antara keduanya yang saling menciprat air. Bagi Kim Yerin itu adalah momen terbaik untuk setidaknya membuat kepalanya sedikit lupa pada kejadian menyebalkan dikantornya. Kantor penerbitan milik Park Jimin. Pria itu.

Namun, sialan semua itu berakhir menjadi sebuah tanya dari benak terdalam. Mengajukan pertanyaan yang dirasa retorik pun sepertinya menyebalkan. Jungkook dan kalimat sialannya. Menjadi momok mengerikan lagi, bersyukurlah bahwa ia sudah lebih dewasa dari 3 tahun yang lalu. Ia tidak sebedebah dulu. Sekarang ia tidak pucat pasi saat mendengar kata menikah, dan bagi Yerin sekarang Jungkook adalah lebih dari bajingan karena mengajaknya menikah. Hal yang paling Yerin hindari semenjak dulu.

"Menikah. Aku akan menikahimu," ujar Jungkook. Kepala Yerin serasa ingin meledak sekarang. Kepeningannya bertambah secara tidak semestinya.

Keduanya sedang saling memeluk, Jungkook merengkuh pinggang Yerin dan kedua lengan Yerin mengalung indah dileher Jungkook. Masih ditengah kolam renang yang dingin pada jam tak lazim untuk berkecimpung didalam kubangan air. Pukul 9 malam. Keduanya masih berbincang sembari bercanda. Namun, sekarang jangankan bercanda, bahkan hanya sekedar mengulas senyum simpul pun Yerin merasa begitu berat.

Yerin menatap mata Jungkook. Sedalam yang bisa ia selami dari dua galaksi indah milik sahabatnya itu. Menilik bagaimana bisa Jungkook mengatakan hal itu disaat tidak ada angin dan petir sebelumnya, Jungkook lalu mengajaknya menikah.

Yerin tertawa sinting setelahnya. Mendapati sudut bibir Jungkook mengulas smirk yang tak terbantahkan semakin seksi kala sedang basah-basahan. Rambutnya yang basah, serta tubuh atletisnya yang entah kenapa selalu membuat Yerin rasanya ingin menceburkan diri dalam kubangan dosa bernama Jeon Jungkook itu. Seksi dan terlihat seperti seorang pemuas. Nakal!

"Kau gila!" umpat Yerin sembari mencoba untuk melepaskan diri dengan menyelam. Menenggelamkan diri hingga ia bisa melihat dibawah sana, milik Jungkook yang tercetak begitu jelas didalam air. Padahal ia hanya berniat melepaskan diri dari kedua lengan Jungkook dipinggangnya, namun yang ia lihat sukses membuatnya langsung keluar dari air sembari terbatuk.

Yerin mengusak wajahnya kasar setelah berhasil keluar dari air, matanya sempat perih karena kemasukan air terlalu banyak. Hidungnya juga memerah karena tidak sengaja menyedot airnya hingga ada sensasi panas menyiksa dipangkal hidung. Jujur saja ia seperti melihat sesuatu yang luar biasa. Padahal dulu ia pernah mengisapnya, namun sekarang semuanya asing. Bahkan yang seperti ini juga asing. Sedangkan didepannya Jungkook terkekeh lucu. Ini bukan hal baik karena selanjutnya pasti Jungkook hanya akan mengejeknya.

"Besar ya?" tanya Jungkook, sengaja sekali membuat kuping sahabatnya panas. Isi kepalanya berkeliaran bahkan saat Yerin terang-terangan sedang melangkah menjauh.

Yerin memilih diam, berbalik, melangkah mendekati tepian. Ia tidak ingin mendengar aneh-aneh lagi dari mulut Jungkook. Muak rasanya!

"Ayo melakukannya. Kita akan menikah. Aku akan bertanggung jawab jika kau hamil anakku."

Yerin terang-terangan berhenti dipijakan terakhirnya. Ia melangkah dengan susah payah menjauh, tetapi sekarang ia malah kembali memutar tungkai dan mendekat kembali ketempat dimana Jungkook berdiri begitu pongah setelah mengatakan hal gila yang membuat Yerin kembali hampir merebakkan air matanya. Namun, berkat air kolam yang menghuni wajahnya, ia tak terlihat sedang menangis. Bersama pongahnya senyum yang terkembang begitu miris, Yerin meraih tengkuk Jungkook. Mengelusnya seperti benar-benar sedang memberikan afeksi ingin dengan kelewat seduktif.

"Buat aku lupa dengan caramu perihal kebencianku pada seorang pria, Jeon Jungkook!"

Detik berikutnya Yerin telah membuat Jungkook berada dibawah kendalinya, Yerin sungguhan mencium bibir sahabatnya. Meraup serta mengulum seperti tidak ada hari esok. Menempelkan tubuhnya begitu rapat hingga ia bisa merasakan miliknya digesek oleh sesuatu yang sempat ia lihat dengan matanya beberapa saat yang lalu.

Kim Yerin tidak bohong bahwa ia menikmati bagaimana bibir Jungkook yang tak pernah menyia-nyiakan kesempatan. Karena nyatanya Jungkook langsung membalasnya. Mengulum lebih panas hingga menggigit lembut bibir bawah Yerin sampai terbuka guna menusupkan lidahnya. Bermain, berperang dengan lidah yang selama ini Jungkook inginkan. Jungkook telah mendamba hal ini terjadi selama bertahun-tahun lamanya. Ternyata benar, Jungkook bisa kalap hanya karena Yerin mencium bibirnya lebih dulu.

Yerin kehabisan napas. Jelas saja, Jungkook menciumnya seperti akan memakan bibirnya. Menggebu. Panas oleh gairah. Nikmat sekali. Yerin setuju Jungkook adalah good kisser. Sialan! Bibir tipis itu lihai sekali memanjakannya, batin Yerin meronta ingin lagi. Namun urung, lantaran ia merasakan ada yang bereaksi lain dalam tubuhnya.

Yerin mendorong dada Jungkook saat jemarinya gencar meremas dada dan rambut Jungkook secara seduktif. Seperti ingin menjauh tapi enggan terlepas.

"Jung...Ah...Mundur... Aku turn on," ujar Yerin sembari masih berusaha mengatur kembali napasnya.

Sementara disisi lain Jungkook sama saja. Ada bagian tubuhnya yang bereaksi berlebihan. Apalagi setelah digesek panas disela ciuman dan desahan yang begitu merdu ditelinganya. Senikmat itu bibir dan seluruh yang Yerin miliki. Tubuhnya dan desahannya. Semuanya adalah candu untuk Jungkook. Candu yang baru. Ia ingin setiap saat. Pusing. Pening sekali, terlebih setelah Yerin mengatakan sedang turn on secara terang-terangan sembari meremas dadanya yang telanjang.

Pusing sekali rasanya. Jadi ingin sungguhan. Ingin puas. Mendamba sekali akan pelepasan bersama orang yang sangat Jungkook cintai. Ingin mendesah bersama. Didalam kolam renang pun tidak apa-apa. Sensasi bercinta yang baru. Dingin yang melebur bersama hangat.

Napasnya masih menderu, saling menyapu wajah masing-masing, karena sebelum Yerin sempat menjauh, Jungkook sudah menariknya lebih dulu. Keduanya menempel satu sama lain. Dua kulit yang saling bersentuhan menunjang afeksi lain. Semakin ingin. Yerin semakin ingin dihentak dalam. Ingin mendesah. Namun, ia kembali teringat bahwa itu sahabatnya. Jungkook adalah sahabatnya.

"Lepas, Jung. Aku bisa mengatasinya," tolak Yerin masih bersikeras. Benci mengakui tapi sekarang bawahnya telah basah berkedut. Ingin dimanjakan sekali.

Terlihat satu tarikan senyum dibibir Jungkook. Tetapi hanya sebelah, smirk penuh intrik. Jungkook sedang menebar jaring.

"Kalau begitu, biar aku saja yang mengatasinya."

Yerin diam. Otaknya perlu mencerna yang Jungkook katakan. Namun, belum sempat Yerin mengucap, Jungkook lebih dulu menenggelamkan dirinya, sampai akhirnya Yerin menengadah sembari menahan desah dengan menggigit bibir bawahnya sambil memejam. Nikmat. Jungkook menjilat, mengecup, memasuki miliknya dengan satu atau dua jemari panjangnya.

"Ah. Jungk-koook...."

[]

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang