XXVIII - Keputusan berulang

88 8 0
                                    

Park Jimin bukan ingin menghakimi siapa pun karena itu bukanlah passionnya sejak dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Jimin bukan ingin menghakimi siapa pun karena itu bukanlah passionnya sejak dulu. Ia memang sering sekali melempar kritik pada karyawan dan ia sering turun tangan sendiri untuk membaca beberapa naskah yang terbit, tetapi ia mengkritiknya jelas dengan dasar yang valid. Seperti saat pematangan alur dan pemerataan konflik agar tidak terjadi plot hole yang memalukan.

Plot twist adalah ciri khas yang paling kental dari semua naskah terbitan publisher milik Jimin, meski tidak semua buku terbitannya adalah novel dewasa, karena ada juga novel anak-anak dan fabel untuk balita yang baru akan belajar membaca. Namun, ada satu dua hal yang sekarang membuat kepalanya agar berputar ria, telepon dari Taehyung adalah penyebabnya.

Duduk bersandar tanpa minat apa pun selain memikirkan kata-kata Taehyung tentang kondisi Jungkook yang memilukan sekali, bastard menyebalkan yang bisa-bisanya mengunci diri di dalam ruang kerja hanya karena seorang wanita. Biasanya tidak pernah, kecuali pada satu-satunya wanita dalam hidup Jungkook, Yerin. Nona Kim yang sekarang sedang ada di dalam rumah sakit untuk memeriksakan dirinya guna membuat paspor baru, atau pembaruan, entahlah Jimin tidak terlalu paham keperluan Yerin.

Jimin sengaja menunggu di dalam mobil karena Yerin katanya tidak ingin ditemani siapa pun, Jimin juga tidak sendirian di dalam mobil, ada Aletha yang mengekorinya sejak Aletha membeli unit apartemen di satu lantai yang sama dengan Jimin. Aletha itu bekerja, tapi seperti pengangguran. Tanggung jawabnya semena-mena tapi selalu saja di akhir keputusan Aletha dapat memutuskan sesuatu yang terbaik untuk sebuah Firma kecil yang ia bangun sendiri. Ia mempekerjakan sedikitnya teman-temannya yang dulu lulus bersama, sedangkan Aletha sendiri malah berkeliaran seperti bukan manusia beradab.

"Jim, aku punya rahasia tapi aku takut kau tau dulu sebelum aku mengatakannya," celetuk Aletha yang ada di belakang Jimin, yang sontak membuat Jimin menoleh ke arah di mana Aletha duduk. Menyeletuk semaunya, bahkan saat Jimin belum selesai dengan telepon Taehyung.

"Aku akan menghubungimu lagi, Tae... Dan ya untuk Jungkook? rasaku ingin menghantam rahangnya satu kali," ucap Jimin, berniat akan mengakhiri pembicaraannya dengan Taehyung dan melayani gerbang diskusi baru dengan Aletha. Perihal rahasia yang membuatnya penasaran sekali. Memangnya rahasia apa yang tidak ia tahu padahal ia sedari dulu dekat dengan Aletha. Apa sepintar itu Aletha menyembunyikan rahasia itu darinya? Tapi, sebentar, ini tentang rahasia yang mana?

"Biarkan Aletha bicara, aku akan mendengarnya," cegah Taehyung, Jimin kembali menarik tangannya yang akan menekan ikon merah, beralih ke kiri di mana ada pengeras suara dan sengaja untuk membuat Aletha tahu Taehyung ada untuk mendengarnya juga.

"Aku mendengarmu, Leth..." ucap Taehyung dari balik telepon, sedangkan Aletha sedang berusaha mengumpulkan semua kebulatan tekadnya.

Aletha tidak akan mengikuti planing awalnya sendiri yang akan mengungkap semua ini sendirian, tetapi ia akan mengikutsertakan kedua teman karibnya untuk mengetahui misinya yang sebenarnya. Aletha telah memikirkannya sejak semalam, terlebih setelah kejadian di kafe itu dan ia mengetahui segalanya. Tentang Jungkook dan perjanjiannya serta Yerin dengan kesepakatan bisnisnya. Semuanya rumit jika ia bergerak seorang diri. Tentu juga ini bukan soalan yang mudah karena melibatkan banyak pihak sekaligus.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang