X - Why so hurt?

127 11 0
                                    

"Memilikimu adalah apa yang pernah aku impikan, tapi nyatanya semuanya hanya menjadi angan yang tak pernah tersampaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memilikimu adalah apa yang pernah aku impikan, tapi nyatanya semuanya hanya menjadi angan yang tak pernah tersampaikan."

___

Sudah 2 hari semenjak malam itu berlalu. Sudah dua hari pula Taehyung merenungi kalimatnya yang ia ucapkan pada Jimin. Baik-baik saja, katanya. Taehyung terkekeh sinting, baik apanya? Hatinya remuk redam dan dia mengatakan baik-baik saja. Apakah ia sudah pantas menjadi aktor saja? Aktingnya sangat hebat.

Duduk sembari menonton televisi yang hanya menampilkan beberapa berita yang sama sekali tidak menarik. Menilik jam dinding besarnya yang ada di sisi kiri tubuhnya, Taehyung tersenyum lagi. Sudah jam 10 siang dan dirinya masih betah sekali berada di atas ranjangnya. Ia tidak memiliki acara ke kantor. Sedang mengambil libur untuk dua hari karena ia memiliki dua acara besar yang kemungkinan besar akan melibatkan dirinya. Pertama; pernikahan. Dan yang kedua; pertemuan dengan seseorang.

Sembari berdecak Taehyung akhirnya bangkit dari sana. Ia sudah mandi semenjak pagi, hanya saja masih terlalu malas berpakaian. Ia bahkan masih mengenakan handuk kimononya dengan rambut setengah basah yang tak kunjung mengering. Surai hitam itu lumayan tebal, terkadang untuk mempercepat proses mengeringnya, Taehyung selalu memakai pengering rambut. Tapi, kali ini Taehyung sengaja mengulur waktu. Ia tidak sedang berada dalam mood yang baik. Bagaimana bisa moodnya baik saat ia harus datang ke sebuah acara pernikahan. Jika hanya untuk menghadiri pernikahan rekan kerja, atau karyawan kantornya, atau teman artisnya, Taehyung tak akan pernah masalah dengan itu. Ia malah senang sekali. Namun, kali ini berbeda, pernikahan mewah dan jelas mengundang para petinggi bisnis seantero Abel Red. Pernikahan Jungkook, adik tirinya.

Sehari yang lalu, Taehyung harus kembali merasakan sesak saat Yerin sendirilah yang mengucapkan kalimat selamat datang sekaligus mengirimkan undangan. Kata-katanya selalu manis, tetapi maknanya tetap ganda. Rancu. Memiliki banyak arti dalam sekali tembak. Olah katanya mumpuni, sudah tidak diragukan lagi karena dia sarjana sastra Korea.

Taehyung tidak bisa tidak mengingat. Bahkan saat ia ingin sengaja lupa, ia tetap tidak bisa. Bayangan malam kemarin masih senantiasa membayangi harinya. Membayangi pikirannya. Ia bahkan tak memiliki napsu makan yang baik setelah malam itu. Yerin mengatakan terang-terangan perihal pernikahannya, luapan bahagia, lalu segaris senyum yang menyiratkan bahwa pernikahan itu bukan paksaan.

Namun, akan sepandai apa pun Yerin menyembunyikan sesuatu, Taehyung akan dengan sangat mudah mengetahuinya. Bukan karena dirinya adalah cenayang, tapi Yerin sama seperti dirinya. Tipikal gadis penuh pendominasian, yang tidak akan mengambil keputusan tanpa keuntungan. Jadi, jika pernikahan adalah sebuah trauma untuknya, maka seharusnya Yerin menolaknya. Tetapi menjadi sangat masuk akal ketika Yerin menerimanya lalu memutuskan dalam hitungan jam untuk menyelenggarakan pesta mewah.

Bukankah itu terdengar mustahil jika tidak ada keuntungan di baliknya. Taehyung tidak sedang menebak, tidak juga sedang mencoba membaca pikiran, tetapi Taehyung yakin bahwa akan ada sebuah kesepakatan yang ia tidak tahu di belakang semua ini. Mengingat Jungkook juga bukan seseorang yang menjadikan pernikahan adalah sumber bahagia. Jungkook kompetitif dalam segala hal, bisa saja Jungkook hanya membuat pernikahan dengan Kim Yerin adalah bentuk perlombaan yang akan dirinya menangkan. Taehyung memang tidak memberitahu Jungkook perihal kepulangannya, tapi Jimin atau orang tuanya jelas sudah memberitahunya. Taehyung berani jamin itu.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang