XII - Heavenless

159 14 0
                                    

"Cinta atau hanya ingin napsu akan penyatuan? Aku bahkan hampir tidak bisa membedakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta atau hanya ingin napsu akan penyatuan? Aku bahkan hampir tidak bisa membedakannya."

___

Jeon Jungkook seperti baru saja mendapatkan kesenangan yang baru. Ia sudah lama tidak tersenyum hingga giginya terlihat tanpa paksaan. Biasanya ia hanya akan bisa tersenyum jika bersama sahabatnya. Jika di kantor senyumnya hanyalah formalitas biasa. Ia tidak boleh kelewat misterius hingga terkesan seperti bos yang tidak bisa tergapai karyawannya sendiri. Namun, ia juga tidak boleh terlalu ramah karena mungkin saja ia jadi kehilangan keseganan dari para bawahannya. Pada intinya Jungkook harus pandai sekali membawa diri di kantor. Di depan ayah tirinya dan kakak tiri yang bisa-bisanya sekarang malah jadi serumah. Jungkook sudah menyiapkan rumah besar jauh-jauh hari untuknya setelah menikah, tetapi Jungkook jadi teringat perihal pembicaraan di meja makan tadi. Bahwa ayahnya menghendaki Jungkook dan Yerin harus menempati rumah utama. Tidak ada penolakan, lagi pula ini memang kemauan neneknya, ingin melihat seorang menantu dan katanya seorang cucu.

Jungkook terkekeh lirih sepanjang kakinya berpijak satu persatu pada anak tangga yang akan membawanya ke kamarnya. Pintu itu tertutup rapat saat Jungkook sampai.

Jujur saja ia sedikit gugup. Malam pertama. Sialan! Katanya malam pertama itu mendebarkan. Katanya juga menyenangkan. Jungkook mengambil opsi keduanya, bukan pilihan karena ia merasakan keduanya. Bahkan ada tambahan perasaan lainnya, sesak. Jungkook secara sadar mengingat bahwa semua ini hanyalah drama. Sebuah kehidupan yang dibalut dengan skenario indah buatannya yang seolah adalah rencana paling sempurna.

Jungkook membuka pintunya. Tidak mengetuk karena ia berpikir Yerin pasti sudah tertidur. Jungkook bahkan sama sekali belum berpikiran akan melakukannya malam ini. Ia tahu Yerin lelah, teramat lelah setelah seharian menjadi ratu yang sibuk dari pagi hingga malam. Namun, saat Jungkook berhasil masuk, ia bisa melihat Yerin sedang duduk bersandar. Matanya terpejam, sepertinya ketiduran.

Jungkook segera menutup pintunya, menguncinya satu kali lalu berjalan menuju ranjangnya. Ranjang besar yang lama sekali tidak ia naiki, sekarang ia malah menaikinya bersama seseorang. Seseorang yang memang Jungkook inginkan sekali. Bahkan sekarang Jungkook seperti merasakan memiliki dunia hanya dengan Yerin bersamanya dengan status kepemilikan yang sebenar-benarnya. Bukan hanya teman, tetapi istri. Terikat oleh janji dan sumpahnya.

Jungkook menikahi Yerin karena mencintainya, bukan karena alasan klasik itu saja, tetapi memang karena dirinya menginginkannya. Ia tahu hukum pernikahan yang didasari oleh kesepakatan adalah buruk di mata keyakinannya, tetapi berapa kali pun ia mencari opsi lain yang lebih masuk akal, ia tak pernah menemukannya. Ia hanya bisa berpikir bahwa pernikahan adalah jalan satu-satunya yang paling waras. Cara paling masuk akal yang bisa kepalanya simpulkan.

Jungkook membuka pakaiannya. Baju atasnya lalu mencampakannya. Jungkook terbiasa tidur tanpa pakaian. Katanya gerah dan tidak nyaman. Tetapi ia juga sering memakai kaus, dan sejenis baju tidur lainnya ketika tidur. Ia tidak bilang ia tidur tanpa baju setiap hari. Ia hanya sesekali dan malam ini adalah salah satu malamnya.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang