IX - Welcome to some more pain

131 12 0
                                    

"Aku menggila untukmu yang begitu dekat, namun tak tersentuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku menggila untukmu yang begitu dekat, namun tak tersentuh."

___

Malam tak selalu berarti pekat tenang tanpa gelisah. Karena nyatanya Jungkook tak pernah tenang kendati tengah malam sudah lewat dua jam. Pukul dua dini hari yang sama sekali tidak membuat Jungkook ingin terlelap. Ia memang terbiasa tidak tidur malam, namun sekarang apa yang membuatnya terjaga adalah apa yang selalu membuatnya pergi tidur dengan indahnya. Ia menghampiri mimpi dengan satu nama yang mengantar hingga pikiran bawah sadarnya tersenyum. Gadis yang sekarang masih betah sekali tertidur adalah apa yang membuat Jungkook terjaga tanpa berniat pergi menyusul tidur.

Sudah berulang kali Jungkook mencoba merebahkan dirinya di atas sofa yang langsung menghadap keranjang di mana seorang gadis berbaring miring menghadap sofanya. Air muka yang tenang bak seorang dewi yang sedang terlelap. Bibir memerah serta kelopak yang terlelap itu terasa begitu menawan. Ingin rasanya Jungkook melangkah mendekat, mengecup pipi seperti biasa saat Yerin tertidur. Namun, malam ini rasanya begitu berat kendati hanya ingin memandang dari dekat.

Bukan karena membenci, melainkan ia terlalu takut tak bisa menjaga dirinya sendiri. Saat dekat dengan Yerin, tubuhnya selalu bereaksi berlebihan. Entah untuk sentuhan atau hanya sekedar suara napas tertahan. Seperti apa pun yang Yerin lakukan selalu membuat Jungkook terkesima lagi dan lagi. Kagum dari masa ke masa, tanpa adanya rasa ingin menggantikan posisinya. Semuanya terlalu indah. Kehadiran gadis itu terlalu tepat menetap dalam benak terdalamnya. Rasa sepinya tak lagi ada dalam dirinya. Penuh dan akan selalu penuh meskipun ia tak pernah tahu akhir kisah persahabatan gilanya. Perihal perpisahan Jungkook memang selalu siap, karena bagaimanapun juga pertemuan pasti akan selalu berakhir dengan perpisahan. Entah untuk pergi jauh, atau pergi selamanya.

Namun, Jungkook selalu enggan untuk opsi kehilangan apa pun macamnya, apa pun jalannya, apa pun caranya. Ia selalu membenci semesta yang membuatnya terkadang merasa bahwa ia terlalu lemah untuk takdir yang tak bisa dibantah. Tetapi, untuk kali ini saja, Jungkook ingin takdirnya ia lukis sendiri. Dengan jemarinya yang gemetar memegang kuas beserta colekan warna gelap dan terang kontras dalam lembar buku kisahnya. Jikapun Yerin bukan takdirnya, ingin sekali Jungkook memaksakan bahwa Yerin adalah ketetapan semesta untuknya.

Jungkook tak pernah bosan memandang untuk waktu yang lama, asal obsidiannya hanya memandang Yerin, Jungkook tak pernah merasa harus mengalihkan pandangnya. Kendati terkadang panas yang menjalari retinanya, Jungkook akan tetap memakukan tatap pada gadis yang selalu menjadi alasan untuknya tetap bertahan pada statusnya yang tak pernah mau mencari kekasih. Alibi yang terkadang tak masuk akal saat Jimin meledeknya untuk segera mencari seseorang, Jungkook akan selalu dengan senang hati menjawab; "Aku cukup dengan diriku sendiri."

Tidak hanya satu kali Jungkook rasanya ingin menertawai jawaban itu kala mengingatnya. Jawaban yang hanya alasan konyol perihal ia yang tak ingin bersama orang lain. Mustahil seorang manusia bisa hidup tanpa orang yang dicintai, tetapi Jungkook memang sudah mencintai seseorang. Ia tidak pernah menyangkal bahwa ia mencintai Kim Yerin. Mencintai hingga rasanya akan gila sendiri jika sampai kehilangannya. Jangankan kehilangan, jauh sebentar saja ia sudah kelabakan. Seperti seorang alpha yang membutuhkan omeganya kala sedang rut.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang