XXIV - Kita diintai

74 9 0
                                    

Dua hari berlalu, suasana pagi selalu sedamai ini semenjak hari di mana Yerin ingin memulai semuanya dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua hari berlalu, suasana pagi selalu sedamai ini semenjak hari di mana Yerin ingin memulai semuanya dengan baik. Meski sulit, ia akan terus mencoba semampunya. Berbekal kemanusiaan yang masih menetap dalam dirinya dengan begitu tenang, sekarang Yerin sudah bisa lebih mengendalikan dirinya saat melihat Kim Taehyung. Seolah hanya pria biasa, yang tidak pernah menyakitinya, membuat bayangan masa lalu itu hanyalah seonggok imajinasi yang tidak pernah terjadi. Tidak sulit membuat isi kepalanya tertipu, yang sulit adalah membuat dirinya sendiri percaya bahwa ia sanggup menipu dirinya sendiri. Miris, bahkan iblis pun sekarang tertawa melihat semua tingkah Yerin yang seperti kehilangan jiwanya sendiri. Siapa Yerin sebelumnya seperti hilang ditelan badai hujan bulan Desember.

Meski paginya berbeda, diawali dengan Jungkook yang lebih manja dari biasanya, bangun dengan dekapan erat yang seolah membuatnya terkunci tidak bisa bergerak. Senyum seringan kapas itu nyatanya menyapa Yerin lebih dulu daripada mata Jungkook yang kelopaknya masih senantiasa memejam damai. Bibir yang mengucap selamat pagi itu nyatanya membuat Yerin berpikir banyak tentang banyak hal.

Obat itu, ya Yerin tentu bukan orang yang akan mengkhayal obat itu akan berefek hanya dalam dua hari. Yerin tidak sebodoh itu, tetapi nyatanya sekarang ia memilih untuk mencium bibir Jungkook dan melumatnya dalam intensitas yang lumayan membuat kedua tubuh itu memanas. Jungkook tidak pernah absen membalas ciuman Yerin, mengingat kembali di masa lalu betapa ia harus menahan diri saat Yerin menggigit bibir bawahnya sendiri dan ia harus meringis memperhatikan tanpa boleh menyentuh, apalagi menyentuh, sekadar berfantasi tentang Yerin saja dulu Jungkook hampir kehilangan kewarasannya sendiri.

"Maaf..." ucap Jungkook, di sela-sela bibir itu memberi jeda untuk Yerin mengambil napasnya.

Mendengar itu pun Yerin seketika memberikan ciuman yang lebih dominan, menaiki tubuh Jungkook tanpa ragu dan melucuti Jungkook di pagi yang sungguh mendukung semua aktivitas panasnya. Gerimis yang menjatuh, awan yang sedikit hitam dengan cahaya matahari yang tidak seterang hari sebelumnya. Tirai yang belum sempat disingkapkan nyatanya menjadi pendukung utama sekarang Yerin telah menurunkan celana bahan Jungkook dan melepas baju tidur panjangnya sendiri. Namun, belum sempat bajunya terlepas semua, ia melepaskan ciumannya, memandang Jungkook yang tiba-tiba matanya basah dan alasan Yerin menarik bibirnya sendiri adalah karena ia mencecap rasa asing yang menimbrung ke lidahnya. Rasa asin, seperti garam tapi tidak lebih dari sekadar air mata yang menganak sungai di bawah matanya.

"Kenapa?" tanya Yerin, sedangkan tangannya sibuk mengusap pipi yang basah itu dengan jemari kecilnya. Menghapus semua jejak kesedihan, kalau bisa semua kesedihan Jungkook. Ia memang bisa menahan semua kesaratan, tapi ia tidak pernah sanggup melihat orang terdekatnya menangis. Ia membenci itu. Seolah hanya ingin semesta cukup menyakitinya saja, tidak boleh menyakiti orang-orang terdekatnya.

"Aku tidak bisa punya anak," ucap Jungkook, terdengar lirih dan putus asa. Seperti seorang serigala yang kehilangan taringnya sendiri. Bahkan sekarang Jungkook tidak bereaksi lebih saat terang-terangan Yerin menggugah sisi kejantanannya.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang