XXIX - Langkah pertama

75 8 0
                                    

Memulai semuanya dari awal mungkin hanyalah angan yang tidak akan tercapai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memulai semuanya dari awal mungkin hanyalah angan yang tidak akan tercapai. Puncak kesemogaan hanyalah saat harapan tidak pernah menyerah meski semesta lebih sering menghempasnya tanpa ampun.

Hari ini Jungkook rasanya ingin melompat senang, ia bahkan sepagi ini sudah berlari mengelilingi rumahnya sebanyak tiga kali. Katanya weekend haruslah tetap beraktivitas agar kesehatan terjaga dengan baik. Jungkook meninggalkan Yerin yang masih terlelap, memegangi perutnya yang katanya tidak enak sejak semalam. Mual juga beberapa kali, sampai menangis karena rasanya sakit di tenggorokan. Sampai keluar cairan kuningnya dan itu katanya sangatlah menyakitkan. Jungkook tidak tega, bahkan sampai memeluknya tiga kali di kamar mandi, kasihan melihat Yerin yang jongkok di depan kloset sampai wajahnya memerah, lemas dan beberapa kali menangis juga.

Jungkook memeluk sepanjang malam, takut-takut Yerin akan terbangun dan berlari ke kamar mandi lagi. Jungkook menyuruhnya makan, tapi katanya tidak mau makan, kenyang. Ya, Jungkook tahu itu hanyalah kebohongan belaka karena lidahnya pasti terasa pahit dan hambar setelah muntah sebanyak itu. Jika Jungkook boleh memilih, maka bisakah ia saja yang mual dan biarkan Yerin hanya hamil saja.

Jungkook memakai hodie macannya hari ini, setelan lengan panjang dan celana pendek, bersama sepatu ketnya membuat Jungkook terlihat sangar dengan beberapa tatonya yang dibiarkan terlihat. Berkeringat sampai membuat pelipisnya basah, bahkan keringat itu sampai menetes begitu saja. Sudah cukup ia berlari untuk mengawali paginya, ia berniat juga akan melakukan gym lagi di ruangannya sendiri. Paling tidak sampai Yerin bangun dan mencarinya.

Jungkook membuka botol minumnya, minuman dingin yang sudah tidak terlalu dingin, menenggaknya hingga lima kali tegukan dan saat ia menoleh ke arah lain, tidak sengaja ia melihat Taehyung yang juga sedang melakukan lari pagi. Setelan stylishnya membuat siapa pun gadis mengaguminya tanpa ragu, Jungkook berani jamin itu.

Berniat menghindar, karena walaupun kemarin mereka terlihat akrab dan tidak saling memaki, Jungkook tetap akan menyimpan kebencian itu dalam dirinya hingga membusuk dengan sendirinya. Ia bukan tipikal orang yang hobi menyimpan dendam, tapi nyatanya ia tetap tidak suka saat Taehyung masuk ke dalam kehidupannya. Jungkook jelas bukan ingin Taehyung lenyap dari silsilah anggota keluarganya, hanya saja ia sebal saat Taehyung masuk terlalu dalam dan mencampuri urusan keluarga kecilnya. Katanya ini katanya itu, omong kosong. Meski Jungkook tahu yang Taehyung katakan adalah kebenaran yang valid, ia memiliki insting manusia, logikanya manusia, yaitu ia lebih suka mendengarkan orang yang ia sukai saja. Selebihnya, ia hanya akan mengabaikan apa pun yang dikatakan oleh orang yang tidak ia sukai. Taehyung adalah salah satunya.

Baru saja Jungkook hendak melanjutkan larinya untuk putaran terakhir, Taehyung memanggilnya dengan keras, seolah jika hanya panggilan biasa akan membuatnya abai. Ya memang benar, jika hanya panggilan kecil, Jungkook akan mengabaikannya begitu saja.

"Jungkook!" teriak Taehyung saat melihat Jungkook yang semula sudah berhenti, kini kembali melangkah untuk langkah pertama larinya setelah rehat beberapa detik.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang