III - Light only

168 16 0
                                    

Denting gelas yang saling bertabrakan mulai menginvasi telinga tepat setelah dua kaki yang memakai heels merah itu menapak lantai dengan gemerlap lampu yang temaram dengan beberapa meja bar khas sekali sebuah toko minuman keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Denting gelas yang saling bertabrakan mulai menginvasi telinga tepat setelah dua kaki yang memakai heels merah itu menapak lantai dengan gemerlap lampu yang temaram dengan beberapa meja bar khas sekali sebuah toko minuman keras. Itu bar, jangan berpikiran bahwa Kim Yerin pergi ke diskotik siang hari. Mana ada?!

Bar itu buka dari siang hingga pagi. Menyenangkan saat bisa bermain ke bar dan minum sepuasnya saat orang lain berkutat dengan pekerjaannya. Kim Yerin memiliki toleransi yang tinggi terhadap alkohol. Maka untuk itu sekarang dengan beraninya Yerin meminta dua beer cooler dan wine terbaik untuk dirinya sendiri. Tidak peduli pada Aletha yang sedari tadi hanya mengekorinya saja tanpa protes barang satu kata pun. Apalagi Kim Yerin sendiri yang menjemput Aletha di apartemennya.

Aletha benar-benar tak habis pikir. Temannya itu terkadang susah sekali ditebak lakunya. Bisa hari kemarin gadis itu bersedih, sekarang tertekan. Bisa juga hari kemarin senang dan bahagia sekali, hari ini memilih membolos dari kantor dan berujung pada meja bar dengan dua gelas bening dan isian merah dan kuning itu.

Aletha bahkan ingin sekali mengumpat kala Yerin benar-benar membawa dua gelas itu ke meja bundar di sisi kanan. Gadis itu duduk di sana, sedangkan dirinya hanya beberapa kali berdecak sebal namun tetap mengekori tanpa banyak kata. Aletha hafal jika Yerin telah memutuskan ke bar, berarti kepalanya sedang banyak tekanan. Atau katakanlah saja bahwa Yerin sedang dalam mode sinting kebanyakan intrik dalam kepala.

Gadis itu seperti Dewi Athena, cerdik dan pandai mengatur strategi. Namun, Aletha jelas meragukan kebijaksanaan Yerin karena Yerin bergaulnya dengan Jungkook. Pria yang tahunya hanya mendesah dan kekuasaan. Tidak ada yang lain. Setahu Aletha, Jungkook hanyalah seorang anak mayor yang dingin dan tampan. Aletha pernah menerornya untuk mendesah bersamanya setiap hari. Dan pada akhirnya semua itu berakhir bersamaan dengan kehadiran Kim Yerin dalam kehidupan Jungkook yang mengacaukan rencananya namun menyadarkan isi kepalanya.

Aletha mengakui bahwa kehadiran Yerin cukup membuatnya gentar mengejar Jungkook lagi. Ada beberapa kalimat yang langsung menusuk jantungnya. Seperti; bukan cinta jika kau masih mengejar. Bukan kasih jika kau masih meneror. Cinta adalah dua orang. Bukan hanya perihal desahan, tapi sentuhan tulus dengan senyuman.

Aletha tersenyum miris setelahnya. Ia tak pernah mendapatkan itu dari Jungkook, karena nyatanya yang sebelumnya Aletha lakukan hanyalah karena ia terobsesi pada Jungkook. Pada tubuh indah Jungkook dan kekuasaannya. Tampannya dan beberapa kali skandal gilanya yang membuat Aletha semakin jatuh dalam kubangan obsesi yang dengan naifnya Aletha sebut sebagai cinta.

Aletha sadar dirinya hanya seorang jalang. Itulah yang dilihat semua orang termasuk Yerin sekalipun. Namun, Aletha percaya bahwa semua orang adalah jalang dengan cara mereka sendiri.

Everyone is a whore, but not at the same thing.

Jalang bukan hanya dinilai dari berapa banyak orang yang telah mendesah karena jepitan selangkanganmu. Namun, sebutan jalang juga bisa dilihat dari sudah seberapa banyak orang yang termakan oleh taktik manipulasimu. Berapa banyak orang yang telah menjerit frustrasi karena tipuan mautmu. Berapa orang yang telah menangis karena kau permainkan. Mereka jalang! Namun, dengan cara mereka sendiri.

Perfect Pentagon ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang