Prolog

12.9K 781 10
                                    

Halooooo, ini akan update setiap Jumat, jadi silakan add to library kalian ya.

***

Dua garis merah terlihat jelas di alat uji kehamilan yang Arabella pegang. Ini sudah ketiga kalinya dia mencoba dan hasilnya tetap sama, positif. Kepalanya terasa berdenyut membayangkan apa yang akan terjadi setelah ini. Dia pun mengeluarkan ponselnya, menelepon Digo, Ayah dari bayi yang dia kandung.

"Yes, Beb?"

"Kamu di mana?" tanya Arabella datar.

"Aku lagi di jalan. Mau jemput kamu."

"Ya udah aku tunggu, buruan." Arabella mematikan telepon, memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.

Dia berdiri dan membuka pintu toilet, sontak terkejut melihat Shinta berdiri di sana sembari melipat tangan.

"Ngapain sih lo di dalem lama banget?" Shinta menatap Arabella curiga.

Arabella mengabaikannya dan langsung pergi. Dia sedang malas meladeni mulut cabai Shinta yang bisa membuatnya mulas. Mereka bukanlah teman yang bisa berbagi cerita, karena persaingan di dunia ini sangatlah mengerikan. Kawan bisa jadi lawan.

"Cih, sok banget!"

Arabella mendengarnya, tapi dia tetap melangkah. Diayunnya kaki menuju lobi, sembari melirik arloji di tangan. Dia hanya tersenyum tipis pada semua orang yang menyapa, mood-nya sedang tidak baik sekarang.

"Halo, sayang!" Digo datang dan langsung mencium pipi Arabella. Sudah jadi rahasia umum kalau mereka punya hubungan spesial, malah telah dijuluki couple goals saking mesranya.

"Kita ngopi di tempat biasa, yuk! Ada yang mau aku omongin," ajak Arabella.

"What's wrong, Beb? Wajah kamu pucat  banget. Kamu sakit?" Digo memegang kening Arabella. "Kamu demam!" pekiknya.

"Nanti aja di Coffee Shop aku cerita." Arabella menarik Digo agar lebih cepat.

Digo mengesah dan menurut.

Sesampainya di Coffee Shop langganan mereka, Arabella lebih dulu bengong. Dia terlihat sangat banyak pikiran.

"Beb, kamu kenapa?" Digo memegang tangan Arabella.

"Aku hamil."

Digo diam beberapa detik, lalu tertawa. "Kamu pengen ngerjain aku, ya?" Lalu menggeleng.

"Aku serius. Aku hamil." Arabella dengan tegas mengucapkannya, tidak terlihat sedang bercanda sama sekali.

"Mana mungkin, Beb. Kita cuma lakuin itu sekali. Masa iya langsung jadi?"

"Maksud kamu, aku hamil sama cowok lain?" Arabella jelas tersinggung. Bukan pernyataan seperti ini yang dia harapkan dari Digo.

"Bukan. Maksud aku nggak gitu." Digo langsung meralat. "Kamu yakin? Udah test pack?"

"Udah tiga kali, Go. Hasilnya positif. Aku juga udah telat dua minggu."

Digo tampak kebingungan. Dia melepas tangan Arabella, ganti meremas rambut pirangnya itu. "This is a big problem," ucapnya frustasi.

"Maksud kamu apa? Kamu nggak mau tanggung jawab?" Nada Arabella kian tajam.

"Beb, jangan salah paham. Aku mana mungkin nggak tanggung jawab. Aku cinta banget sama kamu." Digo meyakinkan. "Tapi masalahnya, gimana dengan karir kamu? Kontrak kerja yang kamu tanda tangani, menuntut kamu untuk nggak menikah apalagi punya anak. Selama masa kontrak itu masih ada."

Secret and the Boss (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang