[31] Kucing Di Atas Pohon

405 56 1
                                    

Sudah dua bulan Alana tinggal di mansion sebagai mate dari alpha Aaron Grey. Para penghuni pack juga semakin akrab dengannya, karena Alana juga tipe yang mudah bergaul. Selama dua bulan itu Alana melakukan pendekatan pada Aaron, yang awalnya malu-malu, tapi lama kelamaan lengket juga padanya.

Untuk Axel sendiri dia masih dalam mode cemburuan, tapi mulai bisa menerima bahwa Alana bukan lah miliknya seorang.

Alana tidak pandai memasak. Tapi belajar memasak bukanlah hal yang sulit. Dia adalah tipe orang yang mudah belajar, karenanya, untuk memberi makan mate nya kekanakan, Aaron, Alana akan menggunakan cara simpel ini. Jika tidak berhasil, dia akan menggunakan cara lain, terus menerus hingga berhasil.

Aaron selalu suka makan kue dan makanan manis lainnya, misalnya permen. Dan lagi Alana belum terlalu mengenal Aaron. Karenanya Alana merasa harus melalukan pendekatan dengan sang Alpha, lalu setelah mengetahui sifat keduanya dengan mendalam, barulah dia akan menyusun rencana agar dapat menyatukan keduanya kembali sedekat dulu lagi.

Alana membuka buku resep dan mulai menguleni tepung. Koki di mansion memperhatikan sambil memberikan arahan arahan. Alana tidka mengijinkan nya membantu sedikit pun, katanya dia hanya memberi arahan seperti,

"Luna, kocok telur itu lalu tambahkan susu."

"Campurkan semua bahan lalu aduk menjadi satu."

"Luna, jangan terlalu tebal!"

"Hias lah dengan buah sesuka anda. Saya sarankan pakai strawberry dan Cherry."

Lalu akhirnya pie buah buatan Alana selesai. Alana tersenyum kecut ketika melihat ujung pie itu sedikit gosong. Alana mengangkat bahunya, yang penting penampilannya bagus.

Alana mengambil sepotong pie dan menyerahkan nya kepada koki yang bernama tuan Ragil. Ragil menerima pie buatan luna nya dan mulai mencicipi. Wajahnya seketika berubah kecut. Alana yang melihat itu juga bisa menebak bagaimana nikmatnya rasa dari pie buatannya.

"Luna ini..."

"Aku tahu, itu menjijikkan. Tidak perlu di lanjutkan." Alana memandang pie buatannya. "Harus ku apakan ini? Ini jelas tidak bisa dimakan.

"Rasanya kurang sesuai, bukan berarti pie anda tidak bisa di makan." Ucapnya dengan cepat, tidak ingin membuat Alana tersinggung.

Alana tertawa keras, "jangan ragu mengakatan yang sebenarnya, lagipula aku juga baru belajar." Alana memasukkan pie itu ke lemari es, lalu menutup pintunya. "Aku akan membuat yang baru besok. Pastikan kau mengajariku lagi paman koki."

Ragil mengangguk patuh, "baiklah Luna. Serahkan saja pada saya."

Alana mengangguk lalu berjalan pergi dari dapur. Alana menghembuskan nafasnya, membuat kue ternyata sesulit itu. "Wanita yang tidak bisa memasak... Bukannya itu memalukan? Kurasa mulai sekarang aku harus latihan memasak tiap pagi." Alana bergumam sendiri. "Toh Tuan Ragil tidak keberatan. Lagipula dia kan seseorang yang mengabdi pada pack ini, dia tidak akan sulit untuk dimintai tolong."

Alana berjalan malas melewati lorong panjang. Dia bisa melihat banyak foto tergantung di dinding, kebanyakan foto Aaron. Alana tertawa kecil, "Aaron mendominasi dinding. Apa dia senarsis itu sebenarnya?"

"Ughhh! Turunlah Miel!"

Sebuah suara mengagetkan Alana. Gadis berjalan cepat menuju jendela terdekat dan dapat melihat dengan jelas Aaron yang mendongakkan kepalanya ke arah dahan pohon besar di depannya.

Alana mengenali sosok itu, siapa lagi kalo bukan alpha sekaligus mate nya, Aaron. Pria itu menatap cemas, membuat Alana ikut menatap ke sosok bulu yang berdiam ketakutan di salah satu dahan.

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang