[01] Calon tunangan

3.9K 251 16
                                    

Alana tahu kalau di usianya yang sudah menginjak dua puluh enam tahun itu adalah hal yang tabu jika belum memiliki pasangan.

Alana paham jika dirinya akan sering dijadikan bahan guyonan oleh para tetangga.

Alana mengerti jika ibunya mulai resah dengan orientasi seksual nya karena sejak dulu, Alana tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta.

Alana maklum jika sang ayah mulai terus menerus mengenal kan dirinya pada putera- putera para rekan bisnisnya.

Alana bisa menerima. Tapi, jika tidak kelewatan. Seperti katanya, sang ayah selalu mengenalkannya pada putera-putera rekan bisnisnya. Dan semuanya menyukainya pada pandangan pertama. Dan sudah banyak pula yang Alana tolak.

Tapi kali ini, sang ayah sepertinya sudah terlalu frustasi hingga tidak mengijinkan Alana menolak pilihannya kali ini. Alana tidak diijinkan berpendapat dan harus menerima keputusan final sang ayah.

Ayahnya memutuskan akan menjodohkannya dengan putera keluarga Merqury.

Justin Merqury.

Putera tunggal keluarga Merqury. Sosok yang akan menggantikan ayahnya dan menjadi pewaris tunggal perusahaan Merqury.

Kenapa sang ayah bersikeras menikahkan keduanya?

Alasannya simpel. Karena perusahaan Merqury sudah menginvestasikan separuh sahamnya di perusahaan keluarga Alana.

Dengan menikahkan Justin dan Alana, maka hubungan keduanya juga akan semakin erat.

Itu keinginan ayahnya. Tapi tidak dengan Alana.

Gadis itu bahkan sudah terpikir untuk bunuh diri ketika mendengar kabar final sang ayah dari ibunya.

"Bu, Lana mati aja ya."

"Hah?!"

"Lana nggak mau menikah dengan Justin. Ibu tahu sendiri kan Justin itu orangnya bagaimana."

Malam itu, Alana dan ibunya, Nyonya Friska sedang makan malam berdua. Alana mulai menyampaikan segala keresahannya.

"Tapi jangan juga berpikir untuk mati! Kalo kamu mati ibu juga akan ikut!" Tegas sang ibu menatap Alana tidak suka.

"Lana bakalan menderita kalau menikah sama Justin! Lana gak bakalan bahagia!" Alana menunduk, menatap piring nya sendiri.

"Coba saja waktu itu kamu nggak menolak banyak lamaran dari pria pria tampan itu, pastinya ayahmu tidak akan melakukan ini. Dia terpaksa. Banyak skandal buruk yang mempertanyakan orientasi seksual mu. Itu juga akan mencemari nama baik perusahaan. Kamu sudah dewasa, ibu harap kamu bisa memahami ini." Nyonya Friska mulai memotong daging di piringnya.

Alana berdecak. "Ibu sama saja dengan ayah! Lebih mementingkan perusahaan daripada kebahagiaan anaknya." Alana menatap piringnya tidak berselera.

"Kami berbeda. Aku jauh lebih baik darinya dalam membujukmu untuk menikah."

Alana memejamkan matanya. Merutuki takdir yang membuatnya terlahir dalam keluarga penuh drama seperti ini.

"Sebegitu takutnya kah kalian jika aku benar-benar menyukai sesama wanita? Kalian takut jika orientasi seksual ku menyimpang?" Tanya Alana telak.

Dan siapa sangka, dengan wajah tanpa dosa dan bebannya nyonya Friska mengangguk mengiyakan.

"Lagipula selama ini kau hanya berteman dengan perempuan. Seluruh ibu di dunia ini jelas akan berpikiran serupa dengan ku."

Mendengar jawaban cemerlang itu Alana rasanya ingin menangis saja. Apakah wajahnya tampak seperti pendosa hingga keluarganya sendiri menuduhnya yang tidak-tidak.

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang