[33] Sakit demam

418 58 8
                                    

Axel mengerutkan keningnya bingung. Alana tidak ada di manapun. Dia bahkan sudah bertanya kepada para omega, namun tidak ada yang bisa menjawab, mereka hanya berkata tidak tahu. Kecemasan menguasai pikiran Beta tampan itu, dia sangat khawatir pada mate nya. Dia tidak bisa merasakan keberadaan sang mate karena belum melalui proses 'menandai', sehingga dia hanya bisa menunggu dengan kecemasan di mansion.

Setelah berjalan mondar mandir di kamar, dia ingat akan Aaron, bergegas menuju kamar alpha nya itu, mengetuk pelan sebelum membukanya. Namun yang dia lihat hanyalah kamar berantakan yang kosong. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Aaron disana.

Tampaknya Axel mulai memahami situasi yang terjadi saat ini. Dia mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Aaron pasti membawa Alana entah kemana.

Axel berusaha menguasai diri agar tidak meledak-ledak. Jika bersama Aaron Alana pasti baik-baik saja. Namun kecemburuan yang saat ini menguasai dirinya.

Dia cemburu, tidak rela Alana pergi berdua dengan Aaron. Entah apa yang mereka akan lakukan, dia mulai berpikir macam-macam yang membuat nya semakin cemburu.

Axel masih belum bisa menerima harus berbagi dengan Aaron. Dia sudah berbagi segalanya dengan Alpha itu sejak kecil, namun untuk kasus gadisnya dia masih tidak rela berbagi.

"Aku harus menyusul." Axel tidak tahan, dia hendak bergerak pergi, namun kembali terdiam ketika menyadari tidak tahu harus pergi kemana.

"Sial!" Umpatnya.

Sementara itu Aaron yang baru saja di kecup terdiam membeku, wajahnya cengo dan tidak bisa menutup mulutnya yang terbuka dan matanya yang membelalak. Aaron terus linglung hingga mereka selesai mandi. Alana bahkan harus menyeret Aaron agar keluar dari kolam di karenakan sang alpha hanya terdiam cengo dan tak bersuara.

Aaron tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Alana...

Mencium nya...

Di bibir...

Bluusshhh

Wajah putih pucat itu memerah sempurna. Khas anak muda yang tengah kasmaran. Ya, omong-omong Aaron juga masih muda, jadi itu bukan hal aneh.

Alana terkekeh pelan melihat apa yang telah dia perbuat. Dia mengecup pria paling polos di dunia dan sekarang pria itu seperti kehilangan jiwa karena terkejut.

"Aaron, ayo pulang, disini dingin." Alana menggigil dan memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya sendiri, berusaha menyadarkan Alpha nya itu.

Ketika Alana mengatakan dingin barulah Aaron tersadar. Dia tergagap lalu berusaha mengeluarkan suara, "A--alana kedinginan? Ayo ki--kita pulang." Aaron dengan ragu-ragu dan malu-malu mendekat, dia terlihat sangat ragu, wajahnya masih memerah dan matanya tidak fokus, menatap kemanapun selain wajah Alana, "uhmm... Lana... Aaron..."

"Ya?"

Wajah itu semakin memerah hingga Alana khawatir akan meledak. "Aaron akan menggendong Lana lagi."

Alana tertawa mendengarnya. Pria dewasa ini begitu gugup saat ini hanya karena di kecup! Bahkan menggendong saja harus meminta izin seperti itu!

Rasanya menyenangkan juga menggoda si polos satu ini.

Alana nyengir nakal. Dia maju dan memeluk tubuh Aaron yang membeku di tempat. Alana mengalungkan tangannya di leher Aaron dan menarik dirinya ke atas, hingga Aaron yang kaget langsung menahan tubuh itu menggendong tubuh Alana.

"Tidak perlu minta izin, kau mate ku, jika ingin melakukan sesuatu lakukan saja." Alana memberikan senyuman nakal.

Aaron mungkin benar-benar sudah sekarat, jika dia bisa mimisan sekarang maka itu akan dia lakukan.

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang