[05] Kencan Penuh Kesialan

1.1K 111 1
                                    

"Axel Axel, bagaimana jika mereka memutuskan kerja sama yang sudah terjalin bertahun-tahun dengan pack kita?" Tanya Aaron begitu mereka sudah tiba di kamar sang Alpha.

Axel mengangkat bahu acuh. "Tidak masalah. Pack kita bukanlah Pack kecil. Kita masih bisa berdiri sendiri dengan memulai dari awal tanpa para sampah yang hanya bisa merendahkan orang lain itu."

Aaron menatap Axel dengan penuh kekaguman. Aaron benar-benar sangat menyayangi dan mengagumi Axel karena pria itu akan rela melakukan apapun untuk melindunginya, bahkan dia rela mengabaikan harga dirinya sendiri.

Aaron memeluk Axel tiba-tiba, membuat Beta itu terkejut dengan apa yang di lakukan sahabatnya sejak kecil itu.

"Apa-apaan--"

"Aaron sangat berterimakasih pada Axel, Aaron menyayangi Axel seperti kakak kandung Aaron sendiri. Berjanjilah untuk tidak pernah meninggalkan Aaron."

Axel tersenyum tipis mendengarnya, lalu mulai membalas pelukan hangat Aaron. "Tentu, kita akan bersama selamanya."

//*MTM*//

Alana memutar bola matanya malas ketika melihat si sialan itu, Justin, sudah duduk manis di ruang keluarga Wilson sambil mengobrol ringan dengan sang kakak.

Alana menggigit bibir bawahnya, menahan diri agar tidak kelepasan menyerang Justin dan membenturkan kepala itu ke dinding.

Alana mulai bergumam menyerukan mantra-mantra pemanggil hujan yang sudah dihapalnya tadi malam. Berharap cuaca mendadak menjadi buruk, sangat buruk, sehingga kencan tidak berguna itu batal.

Sumpah demi kerang ajaib, Alana sangat ingin berpura-pura sakit dan sekarat agar dihindarkan dari kencan ini.

Tapi sang ibu terlalu pintar dan dengan cepat mengetahui kebohongan yang sudah dirancangnya semalaman.

Alana sungguh berharap dia bisa menghilang agar pernikahan tidak berguna ini batal. Atau setidaknya dia mendapatkan pria idaman nya dan melamarnya saat itu juga.

Tapi harapan hanya sekedar harapan. Hal itu tampaknya tidak akan terjadi.

"Sedang apa?"

"Astaga kaget!" Alana langsung melompat kaget dan ternyata yang menepuk bahunya adalah kakak iparnya sendiri.

Sarah mengerutkan keningnya heran. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?"

Alana menggeleng cepat. "Tidak ada."

Sarah terlihat tidak percaya. "Ada apa? Kau tidak ingin pergi berkencan dengan calon suamimu?" Tanyanya menebak. Tingkat kepekaan Sarah itu sangat tinggi. Tidak banyak orang yang bisa membohonginya. Mungkin dia pernah mendalami ilmu psikologi ketika berkuliah dulu.

Alana mengangguk, tidak ada gunanya berbohong atau menghindar. Semuanya memang benar adanya, Alana memang benar-benar tidak ingin melakukan kencan ini.

Sarah mengangguk paham lalu menatap mata Alana dalam. Alana paham, sang kakak ipar berusaha membaca dirinya.

Sarah mengangkat bahunya. "Tidak ada yang bisa di lakukan lagi. Kau benar-benar harus melakukan kencan hari ini."

"Benarkah?" Tanya Alana kecewa.

"Tapi..." Sarah menunjukkan raut serius. "Sepertinya akan terjadi kesialan pada kencan kalian hari ini."

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang