[15] Arion

795 95 12
                                    

[17+]

[Warn! Adegan Gore!]

Di sana sudah berdiri Axel dengan mata yang berkilat penuh amarah. Mata biru nya terfokus pada Alana yang kini sedang menangis terisak dengan baju yang robek dan darah serta luka lebar dimana-mana. Axel mengepalkan tangannya penuh amarah.

Mereka telah menyakiti Alana nya.

Preman yang menindih Alana langsung berdiri dan menatap Axel remeh. Pria itu melempar beling botol alkohol yang di pakainya u tuk melukai Alana dan meraih botol alkohol kosong yang ada di sampingnya dan meneguk isinya.

"Hei, siapa sampah ini?" Tanyanya remeh.

Dua temannya yang lain juga ikut menatap remeh Axel. "Mau jadi pahlawan kesiangan hah? Hahahaha jangan mimpi bisa mengalahkan kami." Pria tatto itu meludah lalu meneguk alkohol di tangannya.

Pria yang tadi menindih Alana langsung menunjuk Axel, "Hei kalian, cepat habisi sampah itu!" Perintahnya.

Kedua preman mabuk ini langsung mendekat ke arah Axel dan mencoba menyerangnya secara bersamaan.

Alana yang masih sadar sepenuhnya menatap Axel dengan pandangan sayu. Tubuhnya sangat lemah, punggungnya sakit. Alana tidak berdaya.

Manik gadis itu bertabrakan dengan manik Axel. Alana langsung tersentak begitu melihat bola mata Axel berubah menjadi warna merah menyala, padahal sebenarnya bola mata pria itu berwarna biru.

Pria dengan tatto itu melayangkan tinjunya ke arah Axel tapi dengan mudah pria itu menangkap tangan si pria tatto dan mematahkannya.

Bunyi tulang patah terdengar nyaring di sertai jeritan pilu si pria tatto. Tidak sampai di situ, Axel mencekik pria itu dengan tangannya yang mulai di penuhi bulu-bulu cokelat. Tangan itu membesar dan urat-urat nya semakin menonjol. Bahkan kuku-kuku Axel memanjang hingga melukai leher di pria preman itu.

Kemudian tanpa perasaan Axel mematahkan leher si preman hingga kepala itu terpisah dari lehernya. Axel melemparkan kepala itu ke tembok dengan keras hingga tembok di depannya retak dan batok kepala preman itu hancur dengan otak dan darah yang berserakan kemana-mana.

Preman dengan perut buncit yang menyaksikan temannya mati langsung melotot dan berjalan mundur.

Manik merah menyala milik Axel melirik bengis ke arah preman itu. Tubuh Axel perlahan membesar, terus membesar hingga kancing bajunya terlepas. Tubuh Axel mendadak di penuhi bulu berwarna kecoklatan.

Kemudian pria itu berjalan ke arah preman buncit itu lalu menggigit leher pria itu secara sadis dan kembali memisahkan kepala dari tubuhnya.

Dan dengan kemarahan yang menggebu-gebu, Axel mencabik-cabik perut pria itu dengan kuku panjang dan besarnya hingga isi perut pria itu berserakan di tanah.

Axel pun menatap pria terakhir, orang yang hampir memperkosa mate nya. Dengan wajah penuh darah dan tubuh separuh serigala, Axel berjalan santai menuju pria itu bak malaikat maut yang menghampiri manusianya.

Pria itu langsung bergetar ketakutan dan mencoba lari menjauh, tapi Axel berlari secepat angin hingga sudah berada di depan pria itu. Pria itu berteriak lalu terjatuh ke tanah.

"To--tolong lepaskan aku! Istri dan anakku menungguku di rumah!" Pria itu menyatukan kedua tangannya, memohon pada Axel.

Tapi seakan tuli, Axel tidak mendengarkan dan langsung mencabik-cabik tubuh preman itu tanpa ampun.

Mulai dari mencabut lengannya perlahan, lalu kedua kakinya. Axel benar-benar menyiksa pria itu. Kini pria itu tergeletak di tanah dengan kaki dan tangan yang terpisah dari tubuhnya dan perut yang tercabik.

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang