[03] Grey Moon Pack

1.9K 157 34
                                    

Seorang pria dengan rambut cokelat terang sedang terfokus pada laptopnya. Jemari pria itu bergerak lihai di atas keyboard laptop hitam nya. Ditemani segelas kopi panas di malam hari, pria itu terus melanjutkan aktivitasnya.

Senyuman tipis terbit di bibirnya. Pria itu berdiri dan mendekat ke arah proyektor yang di letakkan tidak jauh darinya lalu menyalakannya.

Tampaklah sebuah potongan film di dinding kosong depan proyektor. Pria itu tersenyum lebar sambil bertepuk tangan. Pria itu lantas segera kembali ke mejanya dan menarik laptopnya lalu kembali mengetikkan beberapa kata disana. Perpotongan film dokumenter itu pun berganti dengan sebuah film anime kesukaannya. Pria itu berjalan menuju saklar lampu dan mematikannya, membuat ruangan itu menjadi gelap. Satu-satunya penerangan yang tersisa adalah pantulan proyektor itu yang kini sedang menayangkan sebuah film anime yang terkenal.

My Hero Academia. Pria itu tersenyum lebar lalu berlari kecil ke arah kulkas yang terletak di ruangan itu dan mengambil camilannya, tiga potong cokelat lalu kembali lagi ke hadapan proyektor.

Setelah mengotak-atik sedikit, pria itu mendudukkan tubuhnya di sofa dan meletakkan camilannya dan juga kopinya ke atas meja lalu dengan mata penuh binar kegembiraan, pria itu menatap film anime yang terputar di depannya.

"Yeyyy... Akhirnya bisa nonton juga! Semoga Axel nggak tahu." Pria itu memejamkan matanya penuh harap.

Setelahnya dengan penuh kebahagiaan, pria itu meraih cokelat di atas meja dan membuka bungkusnya. Kemudian mulai menggigit cokelat itu, tidak peduli dengan rimahan cokelatnya yang berjatuhan di bajunya, berserakan. Baginya tontonan di hadapannya lebih penting.

"Huwaaaa pengen jadi kayak Deku..." Pria itu terus bergumam sambil mengemut cokelatnya. Sekitaran bibirnya penuh dengan cokelat. Memang terkesan menjijikkan, tapi percayalah, jika kalian melihatnya langsung, pria itu malah akan terkesan imut dengan wajah lugu dan polos serta cokelat yang penuh di sekitaran bibirnya.

"Woahhhh keren banget!" Pria itu menatap Hero kesukaannya dengan mata berbinar.

"Pengen punya kekuatan kayak gitu!" Katanya kencang. Tingkah kekanakan nya itu memang terlihat menggemaskan.

"Pengen kuat juga kayak Deku!"

"Makanya latihan keras kayak Deku."

"Eh copot copot!" Teriak pria itu latah.

Sosok lain yang tadi menyahuti ucapannya kini berdiri berkacak pinggang di depannya. "Nonton anime diam-diam lagi ha? Kamu pikir aku tidak tahu?"

Pria yang baru saja ketahuan itu hanya bisa terkekeh malu. Kelakuannya ternyata ketahuan. "Hehehe... Axel, sejak kapan ada disana?"

"Ckck. Saking seriusnya kamu bahkan tidak sadar ketika aku masuk kesini." Pria yang di panggil Axel itu semakin memelototi pria yang kini sedang sibuk memainkan ujung lengan bajunya sendiri.

"Axel Axel, maafin Aaron ya. Aaron janji gak bakal bohongi Axel lagi." Pria berambut cokelat yang ternyata bernama Aaron itu mengadahkan kepalanya, menatap Axel dengan ekspresi penuh permohonan maaf.

Axel hanya menatap Aaron datar. "Kamu selalu mengatakan hal yang sama berulang-ulang kali. Terus kamu pikir aku bakal percaya kali ini?"

Aaron menggeleng. Matanya mulai berkaca-kaca. "Aaron penasaran sama animenya. Banyak omega yang merekomendasikan anime ini buat Aaron tonton."

Axel memijat keningnya yang mulai berdenyut melihat tingkah Alpha nya ini.

Ya, Aaron Grey adalah Alpha dari Grey moon pack. Dan dirinya, Axello Nikson adalah Beta dari pack besar ini.

Memang aneh karena pack besar ini memiliki alpha yang kekanakan seperti Aaron. Dan untungnya ada Axel, yang bersedia mengambil alih banyak pekerjaan Aaron di kala pria itu sibuk dengan aktivitasnya menonton film kartun dan anime.

Axel menarik cokelat yang dipegang Aaron lalu mengambil sapu tangan di dalam kantong bajunya dan mulai membersihkan bibir dan seputaran pipinya dari noda cokelat.

Lalu pria gagah dengan rambut hitam legam itu berjalan ke arah proyektor dan mematikannya. Mengabaikan seruan kecewa Aaron di belakang nya.

Axel berjalan menuju Aaron lagi dan menarik telinganya. "Aww aww! Axel jangan tarik telinga Aaron! Nanti putus huhuhu."

Axel mengabaikan itu dan terus menyeret Aaron menuju kamar mandi yang ada di ruangan itu juga. Axel akhirnya melepaskan tangannya dari telinga Aaron begitu sudah sampai di depan wastafel.

Pria berambut hitam itu mengambil sikat gigi dan mengolesinya dengan odol gigi lalu menyerahkannya pada Aaron.

"Sikat gigi kamu Aaron. Kamu biasanya tidak pernah sikat gigi setelah makan cokelat! Nanti gigi kamu bolong. Jangan salahkan aku jika harus menyeret mu lagi ke dokter gigi." Axel memelototi Aaron.

"Aaron benci dokter gigi!" Pekik Aaron sambil mulai menyikat giginya sendiri.

Axel masih memperhatikan Aaron dengan pandangan teduh. "Kamu itu sudah berusia 28 tahun Aaron. Kenapa masih bertingkah kekanakan sih?"

"Memangnya kenapa? Axel gak suka ya?" Tanya Aaron dengan sorot terluka, memperhatikan Axel dengan kedua matanya yang mulai berkaca-kaca dan mulut serta bibir yang masih penuh busa. "Axel gak nyerah jadi Beta Aaron kan?"

Melihat sahabat kecilnya itu menahan tangis, Axel menghembuskan nafas kasar dan menepuk-nepuk pelan kepala Aaron, persis seperti ayah kepada anaknya.

"Jangan nangis. Aku nggak mungkin nyerah jadi Beta kamu. Kalo aku nyerah, mau jadi apa kamu. Kamu tidak bisa hidup sendiri tanpa aku." Axel mengangkat bahu acuh.

Sebuah senyuman lebar terbit di wajah Aaron. "Hehehe Axel memang terbaik!" Aaron memberikan dua jempol pada Axel dan lanjut menyikat giginya dengan penuh semangat.

"Kalau kamu bertingkah kekanakan begini, bagaimana ketika kamu bertemu dengan mate mu nanti? Tidak mungkin aku yang harus mengurusnya karena kamu sibuk dengan kartun mu kan?"

"Memangnya kenapa? Apa salah jika seorang Beta membantu Alpha nya merawat Luna nya?" Tanya Aaron tanpa rasa bersalah.

"Tentu saja. Alpha itu adalah pemimpin, bagi pack maupun Luna nya. Selama ini aku sudah membantumu memimpin pack, mengerjakan semua pekerjaan yang ada di pack. Tidak mungkin aku juga yang harus membantumu merawat Luna mu." Axel mencoba menjelaskan kepada pria yang selalu bersikap seperti bocah berusia lima tahun.

Aaron menampung air di tangannya dan mulai berkumur-kumur. Setelah bersih dari busa, Aaron menunjukkan hasil pekerjaannya itu ke Axel yang sedari tadi masih betah menunggu nya untuk melihat hasil menggosok gigi Aaron.

Aaron memamerkan gigi putih bersih nya ke Axel. "Aaron sudah menyikat hingga bersih kan Axel?"

Axel mengangguk lalu meraih handuk dan mengusap pipi dan bibir basah Aaron. Saat ini situasi keduanya terlihat seperti ayah dan anak. Menggemaskan sekali.

"Ini sudah malam. Sebaiknya kau tidur saja. Agar besok kau tidak telat rapat antar Alpha."

Aaron yang mendengarnya langsung menggenggam tangan Axel. Wajahnya tampak pucat. "Axel akan ikut Aaron masuk kan?"

Axel menggeleng. "Tidak. Itu rapat para Alpha. Beta seperti ku tidak mungkin ikut masuk."

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Aaron. "Aaron takut. Aaron gak mau ketemu sama mereka."

Axel menghembuskan nafasnya sambil menatap wajah Aaron yang memang benar tengah cemas dan ketakutan. Aaron itu memang selalu tidak bisa apa-apa tanpanya. Karena itu Axel selalu cemas jika Aaron mendapatkan mate nanti.

Bagaimana pria manja itu menjaga dan merawat mate nya sendiri? []

TBC

Alpha nya aku buat berbeda dari yang lain ^^

Alpha nya kekanakan, malah Beta nya yang tegas dan berwibawa...

Tapi gapapa, aku tetap sayang Aaron (づ ̄ ³ ̄)づ

Bagaimana pendapat kalian tentang chapter ini?

Kalau suka vote dan komen yaaa

See youuu

Tertanda
Ichasunny

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang