[42] Moon Goddes

295 51 0
                                    

Sesuai perkataan Hazel, mereka menyusuri langit dan menembus awan. Karena saat itu adalah malam hari, Alana tidak khawatir matanya akan sakit karena sinar matahari. Justru gadis 26 tahun itu terpesona melihat bulan yang sangat besar, diam diam bersyukur karena mendapat kesempatan melihat bulan sedekat itu selain dari teleskop.

"Indah bukan?" Hazel bertanya tanpa menoleh ke belakang, "aku dan Viselle sering berpergian melihat bulan di malam hari. Aku senang bisa mengajak kakak untuk ikut menyaksikan ini."

Alana hanya tersenyum tanpa menjawab, tapi kemudian matanya menyipit melihat sesuatu di depan sana. Seperti siluet sebuah pulau melayang di atas awan.

"Apa itu?"

"Kita sudah sampai. Kediaman Artemis, Dewi bulan." Hazel mengucapkan beberapa patah kata, meminta Viselle untuk mempercepat terbangnya. Kuda meringkik dan menukik tajam, kemudian berhasil mendarat dengan mulus di atas tanah pulau melayang.

Alana mencoba turun perlahan, hampir terpeleset jika Hazel tidak menahan tangannya. Gadis itu menatap takjub sebuah rumah di depan nya. Bukan rumah mewah atau mansion seperti yang ada di bayangannya sebelumnya, kediaman Dewi Artemis sangat sederhana.

Itu hanya sebuah rumah kayu kecil bercat cokelat muda. Sebuah taman mini tertata rapi dengan berbagai ragam bunga yang tumbuh di sana. Bahkan memiliki beberapa pot beragam warna yang terlihat baru di cat. Besar rumah itu di perkirakan tidak sampai lima meter, panjang nya hanya tujuh meter. Sangat kecil untuk sebuah rumah. Ada simbol bulan purnama di atap rumah yang berwarna silver.

Hazel nampak santai berjalan memasuki pekarangan dan mengetuk pintunya. "Ini aku."

Pintu perlahan berderit terbuka. Tapi tidak ada siapapun yang terlihat membuka pintu dari dalam, pintu itu terbuka sendiri. Hazel menggerakkan dagunya menunjuk ke dalam rumah, "ayo, Artemis di dalam."

Alana sadar dari lamunan kagumnya karena baru pertama kali mengunjungi kediaman seorang Dewata. Dia berlari kecil menghampiri Hazel dan ikut memasuki rumah.

Karena rumah itu sangat kecil, ketika masuk mereka langsung bertatapan muka dengan seorang wanita yang duduk di kursi goyang sambil asyik merajut. Wanita itu luar biasa cantik! Rambutnya panjang halus berwarna perak, kulitnya putih cenderung pucat, dengan postur wajah yang terpahat sempurna dan postur tubuh yang ideal untuk wanita dewasa. Lihat wajahnya! Benar-benar seperti Dewi Yunani dalam buku cerita, mata nya, hidung nya, bibir nya yang tipis dan seksi... Ah, dengan tambahan tahi lalat kecil di sudut bawah mata kanannya.

"Kau datang? Kali ini ada keperluan apa?"

Hazel menyeringai, dia berjalan mendekat dan memeluk lengan wanita yang tengah merajut itu, "kau tahu, di perjalanan kesini aku membereskan kekacauan yang dibuat makhluk ciptaan mu. Kau harusnya memberikan aku apresiasi. Yah... meskipun itu serigala dominan, tapi dia tetap bersalah karena mencuri!Aku bahkan menolong wanita yang diculiknya!"

Wanita itu mengangkat pandangan nya, menatap malas Hazel yang tengah memeluk lengannya manja. "Kedok. Ku tebak, kau baru saja di campakkan si Elano Archie itu."

Hazel melotot, "mana mungkin! Aku sulit mendapat kan hatinya, tidak mungkin aku membiarkan nya mencampakkan aku begitu saja!"

"Lalu sedang apa kau kesini? Kau tidak akan datang tanpa sebab." Wanita itu terlihat malas, mendorong kepala Hazel dengan jari telunjuknya.

"Aku mendapatkan perintah sialan dari tuan Hades." Gerutunya, "dia kehilangan kalung keabadiannya. Tahu kah kau, ternyata makhluk yang kau ciptakan itulah yang mencuri kalung kalung itu, bahkan mereka berani memisahkan bandul nya." Hazel menunjukkan kalung sabit itu.

Wanita itu terlihat terkejut. "Wah, itu gawat."

Hazel akhirnya menatap Alana yang masih berdiri kaku di depan pintu, "ah, hampir lupa. Perkenalkan, dia Alana Willson, wanita yang aku selamatkan sekaligus mate dari werewolf ciptaan mu. Werewolf itu berasal dari Grey Moon Pack, di sebelah Utara pulau ini."

Wanita itu akhirnya memfokuskan pandangan pada Alana, hingga Alana bisa melihat dengan jelas warna bola mata wanita itu, abu-abu berbahaya seperti kabut.

"Alana ya... Aku jarang menemukan werewolf memiliki pasangan manusia. Bukan tidak mungkin, tapi sedikit langka. Omong-omong ini pertemuan pertama kita bukan? Salam kenal, aku Artemis atau yang biasa mereka sebut moon goddes."

Alana merasa dia harus membungkuk untuk menghormati sang Dewi, karena itu dia melakukannya.

"Ah, tidak perlu seformal itu. Ini bukan pertemuan resmi. Tidak perlu menjadi begitu sopan padaku, aku bukan gila hormat. Lihat gadis ini, dia bahkan sama sekali tidak pernah menghormati ku." Artemis melirik sinis Hazel yang hanya terkekeh kecil.

"Baik, nona Artemis."

"Duduklah. Dari yang aku lihat, kau memiliki maksud tertentu menemuiku. Ada apa? Apa terjadi sesuatu dengan mate mu? Ceritakan, aku akan berusaha membantu."

Benar-benar seorang Dewi! Dia dapat mengetahui maksud Alana bahkan tanpa perlu di jelaskan.

Alana mulai menceritakan semuanya yang dia alami tanpa ada yang terlewatkan. Tapi dia lebih mendetail kan bagian Axel yang terlihat seperti iblis tanpa kesadaran.

Artemis menganggukkan kepalanya pelan. "Dari cerita mu, aku tiba-tiba teringat kenangan lama. Sudah lumayan lama, tapi aku yakin aku ingat jelas bahwa kau membicarakan orang yang sama dengan yang ada di di ingatan ku."

"Kau yakin itu sesuai dengan ingatan mu? Maksudku kau sudah berusia ribuan tahun, dan banyak bertemu ribuan orang, kau yakin benar-benar mengingat nya?" Hazel bertanya polos.

Artemis memejamkan mata menahan kesal, "kau meragukan ingatan seorang Dewi?"

"Bukan, aku hanya meragukan mu."

"Sabarlah Artemis... Gadis kurang ajar ini adalah kesayangan saudara kembar mu." Artemis mengelus dadanya, bergumam pada dirinya sendiri.

Alana tertawa kecil, interaksi Hazel dan Artemis seperti kakak dan adik perempuan yang tengah bertengkar, sangat lucu!

Artemis berdeham pelan, "baiklah, kita lanjutkan. Dahulu, ada sepasang werewolf yang datang menemuiku ketika aku sedang berburu di bumi. Mereka mengadu padaku jika mereka tidak memiliki keturunan meskipun sudah bertahun-tahun menikah. Mereka sudah menemui peramal, tabib terbaik, namun tetap tidak ada hasil. Mereka yang putus asa menemui aku, meminta saran karena aku adalah pencipta mereka. Namun, kalian tahu bukan, aku adalah Dewi perawan. Aku tidak bisa membantu masalah itu karena aku tidak pernah mengandung atau melahirkan." Artemis meletakkan rajutan nya yang setengah jadi dan mengibaskan tangannya. Kini meja di depan Alana tersedia berbagai macam kue dan teh.

Artemis menuangkan teh ke cangkir nya sendiri dan mulai meminumnya dengan anggun, "ketika aku mengatakan itu, mereka terlihat kecewa. Aku sebagai Dewi pencipta mereka merasa tidak tega dan akhirnya menyarankan mereka untuk mendatangi Hecate untuk berkonsultasi."

"Lalu apa yang terjadi? Mereka punya anak?" Hazel bertanya semangat, mulutnya sudah penuh dengan kue cokelat.

"Mereka tidak bisa langsung mempunyai anak dengan mudah. Hecate adalah Dewi yang licik, tentu dia tidak akan memberikan berkah semudah itu. Pasti ada sesuatu yang dia minta dari mereka. Dan sayangnya aku tidak tahu." []

TBC

Detik-detik terbongkarnya rahasia cerita ini wkwkwk

Ini alurnya ringan kok, gak banyak konflik, cocok di baca malam buat dongeng tidur. Soalnya aku sendiri ga pande bikin alur muter kek orang-orang :v

Maafkan soal typo nya

Tertanda
IchaSunny


My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang