[02] Pria Gila

2.1K 199 28
                                    

Dan disinilah keluarga Willson saat ini. Di sebuah restoran bintang lima yang sangat terkenal di kota itu. Alana duduk di sebelah nyonya Friska, sibuk memainkan jari jarinya dengan gugup. Hujan deras di luar menjadi saksi ketidakadilan hidupnya malam ini.

Alana memejamkan matanya, mencoba menerima takdir. Apa boleh buat? Dia dilahirkan ke dunia juga tujuannya untuk dinikahkan dan menghasilkan keturunan yang akan meneruskan perusahaan. Itu kegunaannya hidup di dunia. Jadi pendapat nya tidak akan di butuhkan.

Dan tidak lama setelahnya, keluarga Merqury datang. Setelah saling sapa dan bertukar candaan ringan, mereka akhirnya duduk manis di kursi masing-masing. Alana melirik ngeri ke arah Justin yang sedari tadi terus menatapinya tanpa henti dengan pandangan menggelikan. Antara terpesona, atau justru pandangan melecehkan. Alana benar-benar tidak tahan dan ingin pergi saja dari sana.

"Wahhh Alana cantik ya malam ini." Puji nyonya Merqury senang. Wajah dan kualitas calon menantunya sesuai dengan yang dia harapkan.

Alana mencibir dalam hati. "Tentu saja aku cantik. Putera mu saja yang jelek dan gila." Dan tentu demi apapun Alana tidak akan berani mengatakannya secara langsung.

Nyonya Merqury menatap Alana lama. "Nona cantik, kamu ingin memesan apa?"

Alana yang merasa terpanggil langsung menatap Nyonya Merqury. "Ah itu... Anu..."

Otak Alana mendadak blank ketika tanpa sengaja melihat Justin yang mengembangkan seringaian tipis di bibirnya. Benar-benar seperti psikopat.

Bulu kuduknya mendadak berdiri. Alana mulai ketakutan. Benarkah dia harus hidup bersama pria seperti itu? Menjalani sisa hidupnya dengan penuh ketakutan?

Nyonya Friska tampak menyadari perubahan mood putrinya. Karena itu, dengan wajah malaikat, Nyonya Friska memberikan saran yang benar-benar luar biasa bijak.

"Lana dan Justin belum berkenalan secara resmi bukan? Mari kita biarkan mereka berbicara berdua untuk lebih mengenal satu sama lain."

Alana mengumpat dan mengutuk di dalam hati. Jiwanya bergetar. Untuk apa ibunya yang luar biasa pintar itu mengatakan hal seperti itu?!

"Ah... Itu... Ibu..."

"Baiklah nyonya Willson. Ayo ikut aku calon." Justin mengedipkan sebelah matanya manja.

Alana bersumpah jika dia ingin muntah ketika melihat kedipan mata itu. Tapi kakinya tetap bergerak untuk berdiri dari kursi, lalu membungkuk hormat ke pada para orangtua itu dan berjalan mengikuti 'calon suaminya'.

Ternyata Justin membawanya ke sebuah kolam renang hotel yang berada di belakang gedung. Kolam itu sepi, hanya ada mereka berdua disana.

Justin berjalan semakin mendekat ke arah kolam. Alana mulai berdoa agar lelaki itu jatuh terpeleset genangan air dan membentur lantai sehingga keesokan harinya lelaki itu mengalami amnesia dan pernikahan mereka akan batal.

Atau setidaknya penyakit gila nya bisa sembuh hingga menjadi sedikit waras dan bisa memilih wanita lain yang lebih cantik dari Alana untuk di nikahi.

Tapi nyatanya itu semua hanya sebatas angan-angan karena nyatanya, lelaki itu malah tersenyum lebar dan melambai kepadanya, menyuruhnya mendekat.

Alana terpaksa memasang senyuman manisnya lalu berjalan mendekat. Justin semakin melebarkan senyumannya.

"Aku pernah mendengar satu kalimat, bahwa bidadari itu berasal dari surga dan jatuh ke bumi. Dan sekarang, dia sudah ada di hadapanku." Katanya sambil mengedipkan matanya, lagi.

Wajah Alana berubah masam. "Halah basi!" Pekiknya dalam hati.

"Kamu cantik sekali malam ini, bidadari ku. Calon pendamping hidupku. Tidak sia-sia aku memilihmu menjadi pasangan sehidup semati ku."

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang