[21] Dendam Merqury

560 76 1
                                    

Rambut Alana ditarik paksa. Gadis itu diseret menuju lantai bawah. Alana menjerit dan meraung, bisa merasakan jika rambutnya banyak yang rontok. Kulit kepalanya sakit, Alana rasanya hampir pingsan saja.

Pria itu menatap rambut Alana yang ditariknya, lalu akhirnya melepaskan nya dan lebih memilih menyeret Alana dengan menarik kedua kakinya.

Tanpa perasaan pria itu terus menyeret Alana yang tangannya sudah diikat dan mulut yang di lakban. Mata Alana memerah, tidak menyangka jika terjadi perampokan di rumahnya.

Hingga akhirnya pria itu menarik Alana menuruni tangga. Masih dengan posisi yang sama, sehingga kepala Alana terhantuk-hantuk anakan tangga hingga berdarah.

Setelah sampai di lantai bawah, Alana di dudukkan di sebuah kursi di sebelah orangtuanya. Lakban di mulutnya di lepas. Alana menatap nyalang lima pria berpakaian serba hitam itu.

"Apa mau kalian? Merampok rumah kami?" Tanya Alana berani.

Salah seorang pria yang memegang pisau tampak memainkan pisaunya lalu menjawab, "Kami tidak ada niatan merampok di rumah mu tuh."

Alana merasa di permainkan. "Sebenarnya apa mau kalian ha?"

"Coba tebak," Pria yang berdiri paling ujung ikut bersuara. "Menurutmu apa tujuan kami disini?"

Alana mengeraskan rahangnya. Mereka benar-benar mempermainkan nya. "Kalau kalian memang tidak ingin merampok kami, sebaiknya pergi saja. Aku tidak kenal kalian dan kalian tidak akan pernah di terima disini."

Pria yang berjongkok di sebelah Alana pun mencengkram dagu gadis itu keras, hingga Alana meringis ngilu.

"Ha? Kau mengusir kami? Kau akan menyesal melakukannya nona."

"Apa yang kalian perbuat pada ayah dan ibuku?! Kenapa mereka pingsan?!" Tanya Alana geram.

"Hanya memukul tengkuk ayahmu dan membekap hidung ibu mu. Lalu mereka pingsan." Jawab salah seorang dari mereka, seakan itu hal yang biasa saja.

"Kaliannn..." Alana dipenuhi kebencian. "Kalian tidak merampok rumahku, kalian menyandra ku, siapa yang menyuruh kalian melakukan ini?!"

"Oh, sepertinya dia sudah mulai sadar." Kelimanya cekikikan. "Aku beritahu satu hal. Lain kali, jika ada pria melamarmu, sebaiknya diterima saja. Atau tidak kau akan merasakan akibatnya seperti ini."

"Justin..." Alana merasa benar-benar marah "Pria gila itu yang menyuruh kalian..."

"Yaps! Tapi bukan dia. Dia terlalu pengecut untuk ini. Ibu nya yang memerintahkan kami untuk sedikit membalas dendam pada orang jahat yang mempermalukan mereka."

"Aku tidak mempermalukan mereka!" Sanggah Alana, "Mereka sendiri yang mempermalukan diri mereka."

"Yah.. aku tidak peduli apa masalah kalian dan siapa yang mempermalukan siapa," Jawab pria yang berjongkok di hadapan Alana. "Intinya, kami hanya menjalankan tugas."

Alana menatap bengis ke arah pria yang daritadi berdiri di depan pintu, berjalan ke arahnya.

"Mereka memerintahkan kami untuk menyiksamu."

"Tapi itu hanya masalah sepele! Kenapa balas dendamnya harus sampai seperti ini? Tidak masuk diakal!"

"Memang, bahkan aku sendiri juga bingung. Mereka memang berlebihan." Pria yang memegang pisau menyetujui ucapan protes Alana.

"Keluarga mereka terkenal kejam dan pshyco. Ini salahmu karena mencari gara-gara dengan mereka. Kau melakukan kesalahan kecil pada mereka, dan mereka akan mencari cara untuk membunuhmu dengan sadis."

"Intinya," ucapan pria itu berlanjut, "Kalau kau melakukan satu kesalahan pada mereka, mereka akan membalas mu dengan ribuan pembalasan yang menyakitkan."

My Two Mates [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang