Kehidupan ku setelah lamaran makin sibuk saja. Banyak sekali media yang ingin tahu kabar baik ini dari mulutku dan Iqmal langsung, tapi kami memang sengaja tidak menggelar prescon untuk menyampaikan berita ini.
Dm yang masuk juga ga henti-hentinya, banyak doa- doa baik dari fans, kerabat, sahabat juga keluarga yg selalu memberikan support untukku dan Iqmal.
Banyak hal yang sedang kami persiapkan, karna tanggal pernikahan sudah di tetapkan, yaitu bertepatan dengan ulangtahun Iqmal 28 Desember nanti. Jadi kami benar-benar lumayan sibuk, mengurus untuk acara pernikahan juga masih di sibukan dengan kerjaan. Sedangkan waktunya ga banyak.
Kenapa ga serahin ajah semua ke WO..?
Banyak hal yang ingin aku dan Iqmal urus sendiri, karna ini pernikahan sekali seumur hidup kami (amin) jadi kami ingin semuanya sesuai apa yang aku dan Iqmal mau.
Sebenarnya konsep kami ga ribet, cuma aku dan Iqmal ingin menikmati setiap prosesnya dari pernikahan kami ini.
Tring...
Chat dari Iqmal masuk, aku segera membacanya, siang ini aku dan Iqmal akan fitting untuk baju resepsi kami nanti, aku sudah sampai di butik sedang menunggu Iqmal yang sedang dalam perjalanan kesini.
"Sayang, macet nih. Tunggu ya.." begitu isi pesan Iqmal mengabariku.
"Ok sayang, aku juga sama Ka Rima sambil urus kerjaan disini." sempat-sempatnya ya masih sibuk ngurus kerjaan, ya mau gimana lagi, ini juga kan tanggung jawab. Hehehe
.....
Sekitar 30 menit Iqmal datang, terlihat tergesa- gesa menghampiriku.
"Yuk langsung yuk, soalnya aku abis ini masih harus langsung berangkat lagi." ucapnya lalu menyeruput kopi dingin milikku.
"Santai Mal, baru juga sampai." aku sedikit kesal, padahal dia yang lama, tapi dia yang tak sabaran.
"Kan kamu tau sendiri, aku udah bilang ga bisa hari ini kamu ga ngerti, mana di jalan macet segala, masih ada kerjaan yang lain juga. Pdhl aku ga mesti datang juga ga kenapa-kenapa sih kayanya, toh ka adji juga udah biasa jait baju aku dia pasti tau ukuran aku gimana." ucap Iqmal dengan nada agak keras.
Deg !!!
Aku langsung tidak ingin banyak bicara. Ya aku tau, dia banyak kerjaan, aku juga sama. Makanya aku atur waktunya mengikuti jadwalnya Iqmal yang agak kosong. Ya aku juga tau Ka Adji emang biasa buat baju untuk Iqmal, karna dia juga yang siapin baju untuk nikahan teh ocha, tapi emang salah kalau aku mau fitting bareng Iqmal? aku juga perlu pendapatnya untuk baju kami nanti.
Lagian dia juga udah bilang mau ikuti apapun yang aku minta, luangin waktunya sebentar aja emang susah ya?
Aku menarik nafas mencoba menenangkan diri, malu juga kalau harus berantem di butik Ka Adji. Aku segera bangun dan pergi meninggal Iqmal tanpa bicara apapun. iqmal menghentikan omelannya seperti menyadari kalau dia sudah merusak moodku.
Samar-samar aku dengar dia bertanya pa Ka Rima apa ucapannya ada yang salah, aku tak ingin menghiraukan, aku langsung masuk saja menuju ruangan yang sudah Ka Adji siapkan meninggalkan Iqmal yang tak lama mengekor di belakang.
....
Selama fitting aku tidak bicara apapun, aku tidak bertanya pendapat Iqmal sama sekali. Aku hanya bilang apa yang menurutku kurang ke asisten Ka Adji karna kebetulan Ka Adji sedang tidak ada di butik.
Iqmal mencoba mengajakku berbicara, aku hanya jawab seperlunya dan segera mengakhiri fitting ini.
"Ok nanti saya sampaikan ya ke Ka Adji. Ntr fitting lagi pokoknya udah siap. " ucap asistennya itu.
"Ok thanks ya Ka, aku langsung pulang ya." pamitku kemudian berjalan keluar setelah bersalaman.
Iqmal kembali mengikutiku di belakang, agak sedikit berlari agar bisa jalan disampingku. Dengan cepat Iqmal menyamai langkahnya lalu memegang tangan ku erat. Aku coba melepaskan tapi malah semakin kuat, aku hanya diam saja mengikuti dia yang entah akan membawaku kemana.
Sampai di Parkiran Iqmal membukakan pintu mobil nya untukku, menyuruhku untuk masuk, aku ikuti saja daripada jadi semakin ribut. Lalu ia duduk di kursi supir dan menyenderkan kepalanya sambil menatap ku.
"Maaf ya Ra. " ucapnya membuka suara, lalu kemudian meraih tanganku mengusapnya lembut.
"Maaf karna udah marah-marah. Padahal aku tau kamu juga sama cape, harus ngurusin ini sama kerjaan.." kemudian menciumi punggung tanganku berkali-kali.
Ku lepaskan lenganku perlahan, kubenarkan posisi dudukku, jadi menghadap ke Iqmal. Aku tersenyum, ku sentuh pipinya lembut menandakan aku sudah baik-baik saja.
"Maaf juga karna maksa kamu untuk fitting padahal kamu juga sibuk. "
"Engga apa-apa ko Ra. Aku tadi cuma kepanasan aja. "
Ku peluk Iqmal kemudian, sambil kuusap lembut rambutnya.
"Kita cuma cape aja, ga apa-apa kok, wajar. Tapi lain kali jangan di depan umum gitu ya ngomel-ngomel nya. " gerutunya secara halus.
Iqmal mengangguk mengiyakan, sambil terus membelai rambutku perlahan.
"Telat nanti, aku balik ke Ka Rima lagi ya. " ucapku seraya melepaskan pelukan perlahan.
"Aku anter ya. "
"Udah ga usah, entar kamu telat. "
"Engga, masih keburu. "
Bukan Iqmal namanya kalau dia mau mendengarkan apa yang aku bilang. Dia segera turun membukakan pintu, menggandeng tanganku dan berjalan menuju mobilku karna ka Rima menunggu disana.
Begitulah, saking capenya kadang hal kecil aja bikin ribut. Ini cuma cerita kecil yang terjadi padaku dan Iqmal menuju hari pernikahan kami.
Emang katanya kalau mau nikah pasti ada aja yang jadi bikin ribut. Entah itu beda pendapat dalam memilih, atau mantan yang balik lagi dan ganggu, tp smoga yang kedua ga kejadian ya di aku dan Iqmal.
......
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpendam
FantasyTerinspirasi dari Alesha (Iqbaal dan Vanesha) dan semua ini real hanya khayalan, tapi doakan endingnya menjadi kenyataan untuk kehidupan Alesha. Nama sengaja di bedakan. selamat membaca