Bag 22

1K 56 7
                                    

Sudah sejak subuh Iqmal menelponiku, dia bilang dia akan menjemputku pagi-pagi sekali, entah dia akan membawaku kemana. Aku ikuti saja maunya.

Oia, hari ini tepat 2 tahun hubunganku dengan Iqmal. Aku sengaja tidak menceritakan terlalu banyak isi hari-hari ku dengan Iqmal kepada kalian, aku khawatir kalian jadi iri kepadaku. Haha Bohong aku bercanda.

Jika kalian ingin tahu, selama bersama Iqmal ya seperti biasa, hariku selalu menyenangkan. Tidak jarang kami bertengkar, hanya karena hal sepele dan kadang tidak penting, jadi kalian tidak perlu terlalu khawatir, itu hanya sebagai pelengkap saja di hubungan kami. Kalian perlu tahu, kami akan mudah sekali berbaikan, bertengkar dengan Iqmal hanya membuat aku semakin ingin selalu dekat dengannya, bukan malah membuatku membencinya. Dan selebihnya Iqmal selalu membawa banyak kebahagian untukku, dia selalu berusaha membuatku senang.

Jam 6 pagi Iqmal sudah datang menjemput. Aku bahkan tidak sempat sarapan, jadi ku bawa saja roti dan susu yang sudah di siapkan Ka Riri agar aku bisa makan di perjalanan.

"Mesti jam segini banget ya.? mau kemana coba kita pagi-pagi gini." gerutuku saat sudah masuk dan duduk di mobil Iqmal.

"Udah jangan bawel. Ikut aja deh."
"Aku sampe ga sempet sarapan. Kamu udah makan?"
"Belum, baru ngopi doang tadi habis shalat subuh."
"Ngopi mulu Mal, makan dulu baru ngopi. Yaudah ini roti barengan aja deh ya, lumayan lah buat ganjel. Nanti kita makan dulu ah kalo nemu tukang bubur ato apa gitu."
"Iya sayang, pagi-pagi udah nyerocos mulu kamu."

Aku tidak menjawab, sibuk menyeruput susu hangat dan memakan roti yang ku bawa. Juga sambil menyuapi Iqmal, biar dia tidak masuk angin karena belum sarapan.

Di perjalanan aku sepertinya tahu akan di bawa kemana. Seperti sudah hafal dengan jalanan menuju tempat yang Iqmal maksud.

Dan benar saja, mobil berhenti di parkiran taman pemakaman umum di daerah Jakarta, tempat papaku di makamkan. Untuk apa Iqmal membawaku kesini, buat aku bingung saja.

"Mau apa Mal kesini.? Kamu mau ziarah ke sodara kamu .?" tanyaku penasaran.
"Engga."
"Terus."
"Kita ke makam papa kamu ya."
"Tumben."
"Tadinya aku ga akan ajak kamu, tapi aku cuma di kasih tau tempatnya aja sama Ka Riri, aku ga tau makam papa kamu yang mana."

Aku memang belum pernah mengajak Iqmal kesini, karena jujur saja akupun jarang menengok makam papa, maafkan aku ya pah.

"Yaudah yuk turun."

Iqmal kemudian turun, akupun mengikuti. Sebelum masuk kami membeli beberapa bunga dulu untuk papa.

Aku berjalan duluan, kini Iqmal yang mengikuti langkahku dari belakang. Masih sepagi ini belum terlalu ramai disini, hanya ada beberapa petugas yang sedang bekerja.

Sampailah aku di makam papa. Rindu rasanya, tidak banyak waktu yang aku habiskan dengan papa. Papa sudah lebih dulu pergi tanpa sempat melihat aku tumbuh menjadi gadis yang bisa membanggakannya.

"Assalamualaikum pah."

Kamipun duduk, Iqmal mulai membacakan doa untuk papa dan aku mengamini. Setelah selesai aku taburkan bunga yang sudah kami beli tadi.

"Pah, ini Iqmal. Dia baik, dia sayang sama Rara pah, Rara juga sayang sama dia. Menurut papa gimana.?" ucapku seolah sedang berbicara dengan papa, Iqmal hanya tersenyum melihatku.

"Halo om, saya Iqmal, maaf ya kalo terkadang saya suka bikin Rara kesel." kini aku yang terkekeh mendengar ucapan Iqmal. "Om, hari ini tepat 2 tahun sudah saya bersama Rara. Maaf ya Om, saya sudah membuat Rara menunggu terlalu lama."

"Minta maafnya ke aku dong, masa ke papa." protes ku sebal mendengar ucapan Iqmal, Iqmal tidak menghiraukan aku diapun melanjutkan pembicaraannya dengan papa.
"Jadi Om, saya kesini mau minta restu. Jika om mengizinkan tidak lama lagi saya akan menjadikan Rara milik saya seutuhnya, saya rasa saya sudah siap untuk membawa hubungan ini lebih serius lagi."

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang