Hari-hari berikutnya aku masih di sibukan dengan pekerjaan seperti biasanya, yang berbeda sekarang ada Iqmal yang selalu menyempatkan untuk mengantar atau menjemputku.
Kadang kalau sedang tidak banyak kerjaan Iqmal menunggu ku sampai selesai, tidak di lokasi tapinya, kamu pasti tidak lupa kan kalau aku menjalani backstreet dengannya, jadi dia selalu menungguku di mobil. Aku sudah bilang padanya untuk pulang saja tidak perlu menunggu, tapi dia selalu memaksa untuk tinggal, aku hanya takut dia merasa bosan ketika menunggu, tapi dia selalu punya banyak alasan untuk bilang kalau menungguku menyenangkan. Padahal yang dia lakukan di mobil hanya makan, main games atau tidur saja.
Siang ini aku dan Rama ada pemotretan untuk salah satu brand pakaian yang cukup terkenal, pagi-pagi sekali ka Rima sudah menelponku untuk menanyakan akan berangkat bareng atau tidak. Padahal sebenarnya tidak bertanyapun ka Rima sudah tahu jawabannya, ya sudah pasti aku akan berangkat dengan Iqmal.
Tenang kamu tidak perlu kaget, Ka Rima tahu tentang aku dan Iqmal. Keluargaku, keluarga Iqmal, Ka Rima, Ka sendi, ka Omer, bu Dina dan Pak Jez pun tahu, juga beberapa teman dekatku dan Iqmal, oia Iqmal bilang Ziya juga tahu, syukurlah, dengan begitu dia akan lebih jaga jarak dan tahu diri kalau Iqmal sudah jadi milikku.
Tok tok tok...
Pintu kamarku di ketuk seseorang dari luar, aku sedang bersiap, sedang memoleskan beberapa make up agar tidak terlalu pucat, aku memang lebih suka make up natural, Iqmal pun sama ,katanya aku sudah cantik biarpun tanpa make up. Tentu saja saat dia bicara seperti itu wajahku sudah berubah memerah seperti tomat.
"Dek, itu Iqmal udah dateng. Aku masuk ya." terdengar suara ka Riri dari luar, belum sempat ku jawab pintu sudah terbuka lalu ka Riri masuk duduk di kasurku.
"Udah lama dia ka? Kok tumben banget ga ngabarin." ritual ku sudah selesai, aku sedang memasukan beberapa barang yang akan aku bawa.
"Lumayan, tadi aku ngobrol dulu sama dia, jadi lupa manggil kamu,dia juga lupa kayaknya ngabari Kakak seneng deh liat kamu sama Iqmal de, kakak liat kamu jadi semangat lagi, ceria lagi kaya dulu."
"Aku kan emang dari dulu ceria terus ka."
"Engga de, aku liatnya kaya ada yang kurang gitu di diri kamu. Tapi sekarang udah jadi Rara yang dulu lagi."
Aku tidak menjawab, ah suasana macam apa ini. Aku dan Ka Riri tuh sangat cengeng, gampang terharu. Buktinya sekarang saja aku sudah ingin menangis, begitupun ku lihat Ka Riri seperti susah payah menahan airmatanya.
"Maaf ya ka kalo aku buat kakak khawatir." ucapku lirih lalu menghampirinya dan memeluknya. Ka Riri membalas pelukanku dan kami sama-sama menangis.
"Baik-baik ya kamu de sama Iqmal, kakak akan selalu support apapun yang buat kamu senang." ucapnya lalu melepaskan pelukanku, dan mengusap rambutku lembut.
"Makasih ya ka."
"Yaudah yuk turun, kasian Iqmal udah nungguin."
Aku dan ka Riri bergegas keluar kamar. Menghampiri Iqmal yang setia menungguku.
"Maaf ya Mal lama. " ucapku saat sudah sampai di depan Iqmal. Dia sedang sibuk main hape lalu segera menyimpannya saat aku datang. "Kamu ga ada kerjaan hari ini?" tanyaku lalu duduk di sampingnya.
"Ada entar sorean, habis anter kamu aku langsung kesana. Omer duluan kesana nanti aku nyusul. Keburu kok. Kamu beres jam berapa ?" dia malah balik bertanya.
"Belum tau, nanti aku kabarin. Kalau ga keburu nanti aku bareng ka Rima aja."
"Yaudah nanti kabarin aku ya. Yu berangkat nanti kamu telat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpendam
FantasyTerinspirasi dari Alesha (Iqbaal dan Vanesha) dan semua ini real hanya khayalan, tapi doakan endingnya menjadi kenyataan untuk kehidupan Alesha. Nama sengaja di bedakan. selamat membaca