Siang itu aku sedang packing untuk berangkat ke rumah mama, acara lamaran tinggal 2 hari lagi, Iqmal akan menjemput aku, Mesta dan Kala nanti malam dan mengantarku ke mama, sedangkan Ka Riri dan Ka Fatir akan menyusul besok selesai membereskan pekerjaan mereka.
Drrrtttt drrrrttt....
Ada telpon masuk dari Ka Rima, aku segera menjawabnya sambil merebahkan tubuhku ke kasur.
"Assalamualaikum Ka."
"Waalaikumsalam Ra."
"Ada apa Ka.?"
"Aduh pusing deh aku Ra." Ka Rima terdengar menggerutu.
"Kenapa Ka?" bingung sendiri aku jadinya.
"Kalian tuh kenapa ga nanti aja sih go publicnya, aku jadi di kejar-kejar media karena mereka minta klarifikasi tentang kamu dan Iqmal." Mendengar penjelasan Ka Rima,aku langsung tertawa. "Aku mau jelasin apa coba, kalian aja belum klarifikasi apa-apa.""Hehe, maaf ya Ka." aku nyengir saja karena bingung harus menjelaskan apa. Ka Rima menghela nafas panjang.
"Yasudahlah,biar aku menghindar aja sebisa mungkin. Mau gimana lagi ya. Udah kejadian."
"Ka Riri juga tadi ngabarin. Kalo dia juga sama di kejar-kejar media. Maafkan kami ya Ka." aku kembali tertawa,mengingat Ka Riri yang mengomel di telpon."Tapi aku seneng deh Ra, akhirnya ya ga lama lagi kalian akan nikah." kini suaranya mulai tenang, begitu lah Ka Rima, dia sudah seperti kakak kandungku. Dia sudah dengan sabar mengurus pekerjaanku, membantuku dalam banyak hal. Dia yang menemaniku dari awal aku terjun ke dunia ini, membuat aku sampai 'sebesar' ini sekarang.
"Iya Ka, aku juga seneng banget, plus deg-degan juga. Doain ya Ka."
"Selalu Ra. Aku doain kamu selalu bahagia sama Iqmal, di lancarin semuanya ya."
"Makasih ya Ka. Amiin. "
"Yaudah aku tutup dulu ya,ini udah sampe, aku lagi urus kerjaan Rama dan Yuri dulu."
"Iya Ka, lancar-lancar ya Ka."
"Oke Ra, assalamualikum."
"Waalaikumsalam."Aku mematikan telponnya. Ada beberapa pesan masuk dari Iqmal.
"Sayang, aku beresin kerjaan dulu. Ketemu malem ya."
"Sayang, aku di kejar-kejar wartawan. Haha. Ini resiko mencintai kamu."
"Aku sayang kamu Ra."Aku senyum-senyum sendiri membaca pesannya. Iqmalpun merasakan apa yang Ka Rima dan Ka Riri rasakan. Aku sangat yakin, semua keluargaku dan Iqmal, juga management kami pasti sudah sangat di sibukan oleh para pemburu berita itu. Hanya aku yang tenang sekarang ini, karena belum ada pekerjaan lagi sampai acara lamaran beres. Bahkan aku sengaja tidak mengaktifkan social mediaku. Aku segera membalas pesan Iqmal.
"Haha, selamat menikmati ya sayang. Aku juga sayang kamu."
....
"Onty, onty, wake up."
Terdengar suara Mesta dan Kala berteriak-teriak membangunkanku. Ya ampun ternyata aku ketiduran. Dengan berat kubuka mataku perlahan. Terlihat Mesta, Kala dan Iqmal sudah berdiri di hadapanku. Loh kok ada Iqmal, aku segera bangun karena kaget Iqmal ada di kamarku.
"Mal, kamu udah sampe.?" tanyaku lalu duduk membereskan rambutku yang berantakan.
"Baru aja Ra. Maaf ya aku jadi masuk kamar kamu, di paksa Mesta dan Kala, kata mereka ayo uncle kita kagetin onty yang lagi tidur." Iqmal terlihat meniru gaya bicara Mesta dan Kala, membuat kami semua tertawa bersama.
"Onty, kita turun dulu ya." ucap Kala kemudian di ikutin Mesta berjalan keluar kamar.
"Loh, kalo gitu aku juga tunggu di bawah deh." Iqmal terlihat bingung, karena merasa tidak enak jika berduaan saja di kamarku. Aku segera bangun dan menariknya, lalu memeluknya.
"Kangen." ucapku singkat
"Sama sayang, aku juga." Iqmal membalas pelukanku lalu mencium keningku lembut. "Ayo cepet bersih-bersih, aku tunggu di bawah ya." Iqmal mengacak-acak rambutku, aku melepaskan pelukannya perlahan, kemudian mengantarnya sampai pintu kamar."Ini masih sore ya, aku kira udah malem. Kamu ga kabur kan dari kerjaan.?"
"Hahaha, engga lah Ra. Emang kebetulan beres cepet, yaudah aku langsung kesini aja. Aku ngabarin kamu ga di jawab."
"Hihi, maaf ya ketiduran."
"Iya ga apa-apa sayang. Yaudah sana gih mandi, aku ke bawah ya main sama anak-anak." mendengar Iqmal bicara seperti itu membuatku senyum-senyum sendiri."Sekarang anak-anak Ka Riri dulu, entar anak-anak kita ya." ucapku menggoda Iqmal, kami pun tertawa bersamaan.
"Aduh meleleh aku di godain bidadari." ujar Iqmal, membuat kami kembali tertawa.
"Yaudah,tunggu bentar ya, bidadari mau mandi dulu." jawabku kemudian menutup pintu perlahan, terlihat Iqmal yang tersenyum sebelum akhirnya pintu sudah tertutup.
"Belum mandi aja udah kaya bidadari, apalagi udah mandi." suara Iqmal terdengar di balik pintu, membuat wajahku memanas karena malu, untung dia tidak lihat.Iqmal selau bisa membuatku tersipu, aku senang.
...
Aku bergegas mandi, lalu shalat ashar, mumpung masih sempat. Setelah beres dengan segala ritualku di kamar, sudah bersih, sudah wangi, aku langsung menghampir Iqmal yang sedang asik nonton di ruang TV dengan Mesta dan Kala, yang juga sedang sibuk mengunyah pizza.
"Maaf ya Mal lama." aku langsung duduk di sampingnya.
"Its okay Ra. Mau ga ?" Iqmal menyodorkan pizza kemulutku aku segera memakannya, kemudian kembali sibuk menonton film."Mesta, Kala, udah sore. Sana mandi dulu kalian. Malem kan kita mau ke omah."
"Ah onty ganggu mulu, lagi seru nih." gerutu Kala kesal.
"Bisa di pause, mandi dulu nanti lanjut lagi." Iqmal kemudian menimpali.Dengan berat hati mereka akhirnya masuk untuk mandi, aku dan Iqmal hanya bisa ketawa melihat mereka yang pergi sambil cemberut.
"Kamu bawa ini ?" tanyaku sambil mengunyah pizza yang baru saja aku ambil.
"Iya, tapi tadi pesen online. Lumayan buat nemenin nonton sambil nunggu tuan putri mandi." Iqmal nyengir menatapku.
"Sa ae kamu." aku dan Iqmal tertawa bersamaan."Duh, wangi banget sih kamu." Iqmal menggodaku, sambil memonyongkan bibirnya mendekati wajahku dan mencium pipiku, lalu memelukku secara paksa.
"Ih kamu tuh, kebiasan deh, aku engap tau Mal." aku berusaha melepaskan diri dari pelukan Iqmal, karena masih sibuk mengunyah pizza.
"Hahaha." Iqmal malah tertawa lalu melepaskan pelukannya, kemudian meminum air putih yang sepertinya di siapkan bi Asih. "Ra, tidur dulu 15 menit ya, aku ngantuk banget. Magrib bangunin." ucapnya kemudian, lalu mengatur posisi tidur di atas pahaku, posisi favoritnya jika sedang manja.
"Harus begini.?"
"Kenapa? Ga mau ?" di tanya malah balik bertanya, dasar Iqmal.
"Engga, bukan gitu..."
"Yaudah temenin pokonya." Jika sudah begitu aku tidak boleh menolak keinginannya, aku membiarkannya saja melakukan apa yang dia minta.Tidak butuh waktu lama Iqmal sudah tertidur pulas di pangkuanku. Sedangkan aku? Aku sibuk memandanginya, mengusap rambutnya perlahan, dan demi mengusir kebosananku, aku mengambil gambar Iqmal yang sedang tidur dan menguploadnya di sosial mediaku, dengan caption,
"The sleepyhead, but i like it @iqmal.e ❤️"
....
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpendam
FantasyTerinspirasi dari Alesha (Iqbaal dan Vanesha) dan semua ini real hanya khayalan, tapi doakan endingnya menjadi kenyataan untuk kehidupan Alesha. Nama sengaja di bedakan. selamat membaca