Bag 34

1.2K 85 12
                                    

Jika ada kata lain di atas bahagia yang bisa gambarin perasaan ini aku akan pakai itu. Pipiku rasanya sampai pegal karena tidak berhenti tersenyum. Senang mendengar banyak ucapan dan doa baik dari keluarga juga sahabat, meskipun akan banyak hal yang harus di siapkan setelah ini, tapi aku dan Iqmal sepakat akan mengurusnya bersama. Kami ingin semuanya sesuai dengan apa yang kami mau. Doakan ya teman-teman.
Sekitar pukul 3 sore rumah mama sudah mulai sepi, Iqmal dan keluarga pamit untuk pulang. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar.

"Cil, aku balik duluan ya." ucap Ka Riri pamit seperti terburu-buru.
"Loh ga bareng aja ka.? Tunggu aku ganti baju dulu."
"Kamu minta anter Pak Iman aja ya,aku buru-buru nih ada janji." Pak Iman supirnya mama.
"Yaudah Ra kamu bentaran aja, istirahat dulu." sambung mama mengusulkan.
"Iya juga, aku masih agak cape sih. Yaudah ka hati-hati ya."
"Mah, maaf ya aku ga bantu-bantu." ucap Ka Riri pada mama sambil mencium pipinya.
"Ga apa-apa masih banyak yang bantu kok."

Kemudian Ka Riri, Ka Fatir Mesta dan Kala bergegas pergi. Ka Kevin dan Ka Wulan juga sudah pamit duluan tadi. Aku kemudian kembali ke kamar untuk rebahan dan ganti baju.

....

Drrrrttttt

Ya ampun aku ketiduran, ponselku berbunyi ada telpon masuk dari Iqmal. Segera ku jawab meski masih setengah sadar.

"Maaf aku ketiduran." mataku masih sulit terbuka, benar-benar mengantuk.
"Salam dulu kek non."
"Hehe iya, assalamualaikum calon suami."
"Waalaikumsalam calon ibu dari anak-anakku." aku nyengir mendengar ucapan Iqmal.
"Maaf ya aku ketiduran. Jam berapa sih sekarang .?" ku cek jam di ponselku sudah pukul 6.15, sudah magrib.
"Ga apa-apa sayang. Kamu masih di mama ?"
"Iya masih, bentar magriban dulu terus siap-siap pulang."
"Yaudah kalo gitu,kabarin ya, aku mau ngobrol dulu sama omer ngurusin kerjaan."
"Oke."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."

Ku tutup telpon ku. Aku merasa ada yang aneh, biasanya Iqmal akan sangat bawel menanyakan aku akan pulang dengan siapa, tapi ini kok dia biasa saja. Ah, mungkin aku lupa kalau tadi sudah bilang akan pulang di antar Pak Iman. Tanpa curiga lagi aku bergegas mandi, shalat magrib dan bersiap untuk pulang.

....

Setelah pamit ke Mama dan Om Adnan aku di antar pulang oleh Pak Iman. Aku sudah mengabari Iqmal kalau aku dalam perjalan pulang.

"Non sudah sampai." Pak Iman berbisik sambil menepuk lenganku dengan halus. Ternyata aku ketiduran lagi.
"Eh, iy pak, ya ampun maaf pak ketiduran."
"Ga apa-apa non, saya langsung pamit ya."
"Makasih ya pak, hati-hati."
"Iya non."

Aku turunkan tas bawaanku yang tidak terlalu banyak, karena sebagian sudah di bawa Ka Riri.

"Loh, ini kok gelap banget. Belum pada sampe rumah apa ya.? Tapi kan si mba pada ada di rumah, masa ga pada nyalain lampu." gumamku heran, berbicara sendiri.

Aku jalan perlahan, membuka pintu dan ternyata tidak di kunci. Sudah masuk aku segera menyalakan lampu, jujur saja aku sedikit takut karena benar-benar gelap.

Klik...

Lampu menyala, betapa terkejutnya aku, di ruang tamu sudah banyak sekali bunga-bunga bertebaran, bunga itu seperti membentuk jalan yang menuju ruangan dalam. Aku berjalan perlahan, melewati ruang tamu, ruang keluarga dan naik ke lantai dua menuju kamarku.

Aku sudah berdiri di depan kamar, aku tersenyum perlahan membayangkan apa yang kira-kira akan terjadi saat aku membuka pintu.

Ku pegang gagang pintunya perlahan dan...

"Surprise..."

Ada Iqmal disana, juga ada mama, om Adnan, ka Riri, Ka Fatir, Mesta, Kala, Ka Kevin dan Ka Wulan.

"Happy birthday Rara." kembali mereka meneriakiku, mama terlihat membawa kue di tangannya, dan Iqmal menghampiriku.

"Selamat ulang tahun ya sayang." ucapnya memberikan bucket bunga mawar putih kepadaku, lalu mencium keningku lembut.

"Makasih ya Mal, pantes aja kamu ga bawel hari ini." ku peluk Iqmal gemas, dia hanya tertawa.

Mama dan kakak-kakakku menyalami dan memanjatkan doa-doa baik untukku.

"Loh kok mama sampe sini duluan.?" tanyaku heran, karena mama tadi masih di rumah ketika aku pulang.
"Ada untungnya juga kamu tidur di jalan, mama jadi bisa buru-buru sampai sini, Pak Iman bawa kamu muter-muter dulu sambil nunggu mama sampe."
"Hahaha, jadi tadi aku di bawa muter-muter, dan aku ga sadar saking ngantuknya. Waah, bisa pas gitu ya. "
"Iya kalo ga gitu kamu pasti banyak tanya. " celetuk Ka Kevin sambil kemudian memelukku. "Happy birthday ya bungsuku."
"Thanks ya Ka."
"Ini semua Iqmal yang siapin, kita cuma ikut rencana dia aja." jelas Ka Fatir.
"Makasih ya Mal, makasih ya semuanya."
"Iya sama-sama. Mal, jangan lupa di beresin lagi ya ini udahnya." Ka Riri memperingati.
"Haha siap ka, bantuin aku ya Ra."
"Ih, kok aku yang ulang tahun malah suruh beresin juga."

Semua orang tertawa berbarengan.

"Kita langsung pulang ya, udah malem." pamit Ka Wulan terburu-buru. "Itu kado dari kita disitu ya Ra, semoga kamu suka."
"Yaah ga entaran aja, makasih loh ka."
"Besok lagi kita main, cape nih aku." Ka Kevin menimpali.

Mama dan Om Adnan pun pamit, Ka Riri dan Ka Fatir juga turun, Mesta dan Kala juga kembali ke kamarnya.

"Mal, beresin dulu sebelum pulang." teriak Ka Riri sambil berjalan keluar.
"Iya Ka."

Tinggallah aku dan Iqmal di kamarku, aku tersenyum melihatnya yang mulai membereskan bunga-bunga yang tadi ia siapkan. Aku hampiri dia dan ku peluk dia dari belakang.

"Makasih ya Mal." Iqmal terdiam seperti menikmati pelukanku, tapi tidak lama kemudian berbalik, lalu memelukku.
"Udah ah, makasih terus. Aku seneng kok kalo kamu seneng." dia mengusap rambutku lembut, sangat hangat berada di pelukanannya. "Oia, kelupaan hadiahnya." Iqmal kemudian melepaskan pelukannya, dan menarikku untuk duduk di kursi yang ada di kamarku. Aku duduk dengan Iqmal yang juga duduk di hadapanku.

"Tutup matanya."
"Mau apa.?"
"Mau kasih hadiah lah."
"Kenapa mesti tutup mata.?"
"Kan biar surprise cerita."
"Tapikan..." belum beres kalimatku, bibir Iqmal sudah mengunci bibirku dengan lembut, Iqmal memeluk tubuhku menariknya agar merapat, nafasnya terasa hangat di wajahku, kemudian perlahan dia melepaskannya.
"Bawel." ucapnya meledekku.
"Jadi hadiahnya itu.?"
"Bukan, itu bonus. Hahahha." dasar Iqmal, tidak bisa saja tidak menggangguku bila bertemu. "Ini hadiahnya." ucapnya kemudian sambil menyerahkan kotak kecil berwarna merah muda, entah apa isinya. "Jujur aku bingung mau beliin kamu apa, karena aku juga ga tau kamu lagi kepengen beli apa, jadi aku cuma beli yang menurut aku bagus aja di pake sama kamu."
"Aku emang ga lagi kepengen apa-apa, hadiah ulang tahun aku tahun ini kan kamu." ucapku sambil menunjukan cincin yang sudah melingkar di jari manisku.
"Haha bisa aja kamu, tapi kan tetep aja ini hari special kamu, masa aku ga kasih apa-apa."

Aku tersenyum mendengar ucapannya, kemudian mengecup bibir Iqmal dengan cepat, Iqmal sedikit kaget dan tersenyum.
"Aku cuma mau kamu Mal." ucapku sedikit berbisik, malu, tapi entah kenapa aku ingin mengucapkan itu.
"Gemes banget si Ra, bikin makin ga sabar aja aku bawa kamu pulang." ucap Iqmal lalu memelukku erat, aku tertawa melihat tingkahnya itu.

Kebahagaian yang berlimpah ini semoga akan selalu datang di kehidupanku dan Iqmal nantinya, semoga apa yang kami rencanakan di beri kemudahan.

"Makasih ya Mal buat hari ini. Love you."
"Love you to Ra."

....




Halo hai..
Part ini di buat langsung malam ini dan langsung d up,  khusus buat para shiper Alesha, plis jngn potek cuma karena berita malem ini, doa aja makin kenceng, apapun yang terbaik untuk ale dan Sasha. 

Sehat-sehat ya kalian.
Selamat membaca

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang