Bag 5

1.1K 73 0
                                    

Ku hirup udara pagi melbourne, sangat sejuk. Masih sama seperti terakhir kali aku kesini. Iqmal balik lagi kedalam, mau buat cokelat panas untukku katanya. Aku iyakan saja, menunggunya di balkon sambil berfikir, menyusun kata-kata yang akan aku jelaskan padanya.

Dia kembali membawa segelas cokelat panas dan memberikannya padaku. "Ini minum, biar seger." ucapnya lalu duduk di sampingku. Ku seruput cokelat panas buatannya, manis . Seperti Iqmal. Tidak berubah sedikitpun.

"Jadi mau mulai ceritanya darimana?" tanyanya menagih janji. Masih penasaran dia rupanya. Hehehe

"Maaf ya karna bikin kaget tiba-tiba ada disini." ucapku memulai pembicaraan. "Aku kefikiran aja pengen kesini, pengen datang pas wisudaan kamu. Itung-itung bayar janji aku dulu. "

"Udahalah itu ga usah di bahas. Kamu ga ada kerjaan emank? Bukannya film kamu baru rilis kemarin ?"

"Promo udah di beresin kemarin,dan aku udah izin ke Ka Rima, ke semua keluarga juga udah." jelasku lalu kembali menyeruput cokelat panasku, menghilangkan kegugupan.

"Emmm gitu. Kesini cuma buat bayar janji itu.? Repot-repot banget Ra, padahal sih ga apa-apa. Lagian itu udah lama banget,aku aja udah lupa lagi."

"Ga kok, ada tujuan lain .tapi nanti aja deh yaa. Besok setelah kamu wisuda aku jelasin. Sekarang aku rebahan dulu boleh ?" sengaja aku bikin dia penasaran, lagipula aku benar-benar cape pengen istirahat.

"Iyah boleh. Tapi Ra, jujur ya aku tadi curiga banget deh, kok ada 1 koper kecil warna pink. Aku fikir itu koper siapa,ya bisa aja punya Naya sih, tapi rasanya bukan deh. Aku tuh kaya ga asing sama koper itu . Eh ternyata bener kan bukan punya Naya. Dan baru inget sekarang, suka liat koper itu di bawa2 ka Sendi." jelas Iqmal panjang lebar. Dia masih ingat koper itu suka aku bawa kalau syuting, dan memang benar di pegang Ka Sendi, asistenku.

"Hehe, ya udah , entar lagi ya ngobrolnya. Aku pengen rebahan .di kursi aja boleh ga ?"

"Ga mau d kamar aja sama teteh ?"

"Disini aja deh, cuma rebahan doang kok."

Akupun merebahkan tubuhku di sofa apartement Iqmal. Sangat nyaman. Dan tanpa sadar akupun terlelap.

...

"Ra, bangun nak ud siang. Makan dulu yuk." suara lembut bunda membangunkanku.

"Ya ampun aku malah ketiduran disini. Maaf ya bunda." aku langsung bangun, sambil mengucek mataku yang masih sangat ingin tidur.

"Ga apa-apa kok, kamu mau lanjut tidur di kamar atau mau makan ?"

"Aku mandi dulu deh bun, trus dzuhur, baru makan. Loh Iqmal mana ?" tanyaku karena tidak melihat Iqmal.

"Iqmal lagi keluar dulu, ada janji sama temennya katanya. Yaudah sana kamu mandi dulu terus makan yaa."

Aku hanya mengangguk lalu bergegas mandi, sebelumnya ke kamar mengambil baju dan perlengkapan mandi.

Setelah mandi, aku langsung menuju meja makan. Ayah,bunda, teteh dan Naya sudah makan disana.

Apartemrnt Iqmal tidak terlalu besar,tapi isinya sangat lengkap, seperti rumah sendiri dan sangat nyaman.

Kamipun makan, sambil ngobrol ngalor ngidul. Bunda juga bilang kalau mama menelpon tadi. Ya ampun aku sampai lupa ngabarin mama karena capek. Setelah makan aku menelpon mama untuk memberi kabar.

....

Malamnya Iqmal pulang, langsung mandi dan makan. Dia sudah sangat rindu masakan bunda pasti. Kelihatan dari cara makannya dan juga porsi makannya yang banyak. Gemas sekali, sudah 24 tahunpun tingkahnya masih sama.

Setelah makan dan isya ayah, bunda dan teteh pamit tidur. Aku masih diam di balkon menikmati angin malam melbourne. Iqmal datang membawa 2 gelas cokelat panas, pas sekali sama udara malam ini.

"Ga mau sekarang aja kasih taunya?" Iqmal benar-benar ga sabaran. Aku hanya terkekeh lalu meminum cokelat panasku. "Ah kamu mah Ra bikin aku penasaran." gerutunya kesal.

Aku tidak menjawab, menyimpan cokelat panasku lalu masuk kedalam, tak lama keluar lagi membawa paperbag berukuran sedang berwrna biru.

"Ini aja dulu, yang itu besok." ucapku menyodorkan paperbag biru itu kepada Iqmal. Lalu kembali duduk.

"Apaan nih?" Iqmal segera mengeluarkan isi dari paparbag itu , ada sebuah kotak berwarna biru dongker berbahan beludru. Kotak yang tadi aku pesen di toko sebelum ke apartemen Iqmal,  aku sengaja pesan disini supaya ga repot bawa dari Jakarta.

Lalu iya membukanya. "Ra..." dia terkagum melihat mianatur gitar bass berwarna putih di dalam kotak itu, persis seperti bass miliknya.

"Itu mau aku kasih waktu kamu selesai tour pertama kamu di Jakarta. Tapi ga jadi. Dan baru bisa kasih sekarang. Semoga kamu suka." ucapku sambil tersenyum.

"Kenapa ga jadi ? Ini udah dari 4 tahun lalu donk berarti ?

"Iya, tapi tenang itu udah di bersihin dan di rapihin ulang .jd tetep masih bagus kok. Sengaja custom ini buat kamu, karna dulu bingung mau kasih apa, kamu bisa beli apa aja yang kamu mau, makanya aku mau kasih yang beda. Bass kamu itu pasti repot kalau di bawa-bawa, tapi kalau yang ini ga akan repot." jelasku membanggakan hadiah yang spesial ini.

"Thanks banget loh Ra, aku suka." matanya berbinar dan tersenyum kepadaku, ya ampun jantung jangan loncat ya pliss.

"Iya sama-sama."

"Tapi kenapa ga pas 4 tahun lalu aja di kasihnya?" ulangnya, seperti tidak puas karena belum aku jawab.

"4 tahun lalu, aku mau samperin kamu ke backstage setelah acara itu.tapi ga jadi. Soalnya..." aku menggantungkan kalimatku.

"Soalnya kenapa ?"

Aku ragu , haruskah kujawab dan beritahu alasannya? Apa ini penting untuk Iqmal ? Tapi akhirnya...

"Soalnya aku liat kamu sama Ziya."

Iqmal tak menjawab, begitupun aku. Tak ada pembahasan apa-apa lagi setelah itu. Sampai akhirnya aku pamit untuk tidur.

Maaf membuatmu tak enak...

Selamat malam Iqmal...

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang