Bag 18

1K 71 4
                                    

Sore ini aku akan main ke rumah Iqmal untuk pertama kalinya setelah status kami berpacaran. Tapi pagi-pagi sekali aku harus pergi untuk menyelesaikan pekerjaanku dulu. Iqmal sudah mengabari kalau dia tidak bisa mengantarku pagi ini, jadi kita akan ketemu siang setelah pekerjaanku beres.

"Ga apa-apa kan aku ga anter dulu.?" tanyanya di telpon tadi pagi, kedengaran dari cara bicarnya dia pasti masih setengah tertidur.

"Iya ga apa-apa, aku bareng Ka Rima."
"Yaudah hati-hati ya kamu, ketemu siang. Jadi kan ikut aku latihan dulu?"
"Iya sayang jadi. Yaudah aku sarapan dulu ya, takut Ka Rima keburu sampe."
"Oke sayang, bye assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."

Telponpun terputus, aku bergegas keluar kamar untuk sarapan sebelum Ka Rima datang, karena dia pasti bawel menyuruhku agar buru-buru berangkat.

Pekerjaan hari ini adalah tapping untuk salah satu acara talkshow di TV. Syuting di mulai pukul 9, paling- paling sebelum dzuhur sudah beres acaranya.

Benar saja kan, jam 11 syuting pun selesai. Aku sudah mengabari Iqmal agar dia bersiap menjemputku. Akupun bergegas mengganti baju dan siap-siap untuk pulang.

"Kamu di jemput Ra .?" tanya Ka Rima saat kami sedang berjalan menuju lobby .

"Iya ka, udah ga ada kerjaan lagi kan? Soalnya hari ini aku mau ke rumah Iqmal."
"Udah beres kok, oke deh have fun ya kamu ."

Aku hanya nyengir, senang sekaligus malu. Ka Rima salah satu orang yang sangat mengetahui apapun tentang Iqmal, dia sudah seperti kakakku sendiri. Jadi kalau tidak ke Ka Riri aku pasti akan cerita masalah Iqmal ke Ka Rima.

Sampai di lobby Ka Rima pamit pulang lebih dulu, aku masih menunggu Iqmal yang tadi mengabari kalau dia sudah jalan. Sekitar 20 menit kemudian mobil Iqmal terlihat datang menghampiri, dan aku segera naik. Aku sudah hafal betul mobilnya, jadi tanpa perlu dia membukakan pintu aku akan bergegas naik.

"Maaf ya lama. Macet." ucapnya saat aku sudah masuk dan duduk.

"Iya ga apa-apa Mal, baru 20 menit, 20 tahun juga aku tunggu. Hahaha." jawabku meledek Iqmal, sudah tidak aneh kalau dia itu tidak tepat waktu. "Eh aku perlu bawa apa ya buat ke studio?"

"Ga usah, aku udah beli tadi di minimarket deket rumah." sambil melirik ke bangku belakang ada beberapa kantong belanja berisi cemilan disana.

"Waah kamu anaknya inisiatif banget ya Mal." Rara lalu memeluk tangan kiri Iqmal, manja.

"Iya biar ga perlu repot lagi turun ke minimarket. Kasian kesayangan aku cape abis pulang kerja, masih harus di repotin juga nemenin aku latihan." ucapnya sembari mengusap pipiku lembut.

"Ga ngerepotin kok Mal, aku malah seneng."
"Makasih ya Ra." lalu mencium ujung kepalaku lembut. Aku tidak menjawab hanya tersenyum dan makin bertingkah manja kepadanya, semoga dia tidak kerepotin karena harus sambil menyetir.

Perjalan dari tempatku syuting ke studio tidak memakan waktu lama, jaraknya lumayan dekat, sekitar 45 menit kami sudah sampai di studio tempat biasa Iqmal dan bandnya latihan.

Tempatnya tidak terlalu ramai, meski begitu aku tetap berjaga agar tidak ada yang mengenali, sebelum turun aku menggunakan jaket hodie supaya wajahku sedikit tertutup. Iqmal sedang sibuk menurunkan kantong berisi cemilan yang tadi sudah di belinya.

"Yuk Ra. " ajaknya lalu menggandeng tanganku. Tangan satunya lagi repot membawa kantong belanjaan.

Akupun mengikuti langkah Iqmal, tetapi sempat berhenti sebentar, ada sesuatu yang mengganjal bagiku.

"Kenapa?" tanya Iqmal bingung karena aku berhenti mendadak.

"Malu ga sih Mal. ? Aku kan baru kali ini ikut kamu latihan."
"Yaelah segala malu, kamu kan udah kenal omer, Bu Dina, Pak Jez, sama Tarin dan Abin pun kamu kenal kan? Entar yang belum kenal aku kenalin sama kamu. Entar aku bilang ke mereka, kenalin ini calon istri gua." ucap Iqmal meledekku, tapi sedikit membuatku tenang.

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang