Bag 23

1K 60 4
                                    

Iqmal benar-benar sibuk akhir-akhir ini. Sudah beberapa hari ini aku tidak bertemu dengannya, hanya berkabar lewat telpon atau chat,dan paling vidio call, itupun sudah malam, ketika akan tidur.

Aku juga ada beberapa pekerjaan yang harus di bereskan, tapi tidak sesibuk Iqmal, aku masih punya banyak waktu senggang yang terkadang aku isi dengan kumpul bersama keluarga atau sekedar ke mall sama teman-teman.

Melihat Iqmal sesibuk itu membuatku sedikit khawatir, karena dia harus berangkat pagi-pagi dan pulang ketika malam sudah larut. Aku semakin bawel mengingatkannya agar tetap menyempatkan tidur saat sedang break, jangan sampai telat makan dan minum vitamin.

Kemarin Iqmal bilang hari ini dia libur syuting. Kulihat jam sudah menunjukan pukul 10, tapi Iqmal belum juga membalas chatku. Mungkin dia masih tidur, fikirku positif.

Selesai mandi aku mencoba menelponnya, tapi tidak aktif. Aku jadi penasaran kemana dia sebenarnya. Aku coba menelpon bunda saja untuk menanyakannya. Belum sempat ku telpon, bunda sudah lebih dulu menelponku, aku segera menjawabnya.

"Assalamualaikum bunda."
"Waalaikumsalam Ra." suara bunda terdengar lembut.
"Baru aja aku mau nelpon, mau nanyain Iqmal. Aku telpon ga aktif. Dia libur kan bun.?"
"Bisa pas gini Ra. Bunda mau ngabarin kamu, Iqmal kurang enak badan."
"Yang bener bun ?" aku terkejut mendengarnya .
"Iya Ra, tadi bunda masuk kamarnya untuk ngebangunin, pas bunda pegang badannya panas, Iqmal demam. Sekarang dia masih tidur, hpnya lowbat Ra sedang bunda cas. "
"Yaudah bunda, aku kesitu ya."
"Ga perlu Ra, nanti kamu repot."
"Engga kok bun. Aku siap-siap dulu ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam nak, hati2 ya Ra."
"Iya bunda."

Aku menutup telponnya, ganti baju dan bergegas berangkat. Di perjalanan aku mampir sebentar ke minimarket, membeli beberapa vitamin, buah, cemilan dan susu untuk Iqmal. Aku juga beli bubur untuk Iqmal makan.

Beruntungnya aku, jalanan Jakarta tidak terlalu padat hari ini. Jadi tidak butuh waktu lama aku sudah tiba di rumah Iqmal.

Tok tok..

Aku mengetuk pintu rumah Iqmal yang sedikit terbuka.

"Assalamualaikum." ucapku sedikit berteriak, agar terdengar oleh yang di dalam rumah.
"Waalaikumsalam." bunda menyahut dari dalam. "Rara, masuk sayang." bunda menghampiri, aku menyalami dan memeluknya.
"Bunda... Udah lama ga ketemu." ucapku melepaskan rindu, aku memang jarang ke rumah Iqmal, karena Iqmal yang lebih sering main di rumahku, aku hanya sesekali menelpon untuk menanyain kabar, atau hanya sekedar mengirim makanan untuk bunda dan ayah.
"Iya Ra, ga apa-apa kamu kan juga banyak kerjaan."
"Iya bun. Oia ini aku tadi beli makan sma vitamin untuk Iqmal."
"Repot-repot Ra. Kamu antar aja ya langsung ke kamar Iqmal, yuk bunda tunjukin kamarnya."
"Ga repot kok bun."

Akupun berjalan mengikutin bunda, baru kali ini aku ke kamar Iqmal. Setelah sampai di depan kamarnya bunda meninggalkanku.

"Masuk aja Ra, dia lagi tidur. Tadi bunda suruh makan susah banget, dia kalo kurang enak badan lebih suka tidur."
"Lagi sehat juga sukanya tidur bun, dia tuh pelor kan." aku tertawa mengingat kebiasaan buruk Iqmal.
"Iya juga sih ya, bunda bru inget." bundapun ikut tertawa.
"Bentar aku suruh dia makan bun."
"Iya, mungkin kalo sama kamu mau. Yasudah masuklah Ra, bunda turun dulu ya. Mau masak dulu untuk makan siang."
"Ini ga apa-apa bun aku masuk sendiri.?"
"Ya ga apa-apa nak."
"Makasih ya bunda."

Kemudian bunda meninggalkanku, aku masuk pelan-pelan tidak ingin mengganggu Iqmal istirahat. Pintu ku biarkan terbuka, jujur saja aku tidak enak harus berduaan di kamar Iqmal.

Kamar Iqmal terlihat rapih, maksudku dia tidak menyimpang barang-barang dengan sembarangan. Sepertinya Iqmal tipe orang yang tidak suka berantakan, karena untuk ukuran kamar cowok ini lumayan enak di lihat.

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang