Bag 26

1K 77 15
                                    

Selesai shalat magrib aku sudah bersiap untuk berangkat, Iqmal juga sudah mengabari kalau dia sudah di jalan.

"Ka, keluar dulu ya sebentar." pamit ke Ka Riri, Ka Fatir, Mesta dan Kala yang sedang berkumpul di ruang tv.
"Sama Iqmal.?" tanya Ka Riri, aku mengangguk mengiyakan.
"Hati-hati Ra." Ka Fatir menimpali.
"Iya Ka."

Ka Riri bangun menghampiriku. Dia mengusap pipiku lembut sambil memperhatikan wajahku .

"Are you okay dek.?" tanyanya cemas.
"I'm fine Ka." aku tersenyum agar Kakak tidak khawatir lagi.
"Kalo ada yang perlu di ceritain cerita aja Ra."
"Aku pasti cerita kok kak kalo ada apa-apa."
"Yasudah hati-hati ya Ra. Kalo ada masalah jangan di biarkan berlarut Ra, cepat obrolin dan cari solusinya." ia mengusap rambutku lembut.
"Iya ka, makasih ya."

Aku bergegas meninggalkan ruang tv. Menunggu Iqmal di teras rumah. Tidak sampai 10 menit mobilnya sudah terlihat masuk ke halaman rumahku.

Aku segera menghampiri dan masuk saat mobil sudah tiba tepat di depan pintu. Aku tidak berbicara sepatah katapun, begitupun Iqmal. Kami masih saling diam sampai mobil akhirnya keluar meninggalkan rumah.

...

"Jadi mau beli es krim dimana.?" Iqmal memecah keheningan, dia memberanikan diri berbicara meski masih tidak berani menatapku.
"Drive thru aja." jawabku singkat.
"Siap nyonya."

Iqmalpun melajukan mobilnya menuju restoran cepat saji yang biasa kami datangi yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahku.

Sampai disana, Iqmal memesankan eskrim untukku, di tambah kentang goreng, soft drink dan burger. Kamipun parkir di restoran itu seperti biasa.

"Nih eskrimnya." Iqmal menyodorkan eskrim vanila dengan strawberry favorit ku, akupun mengambilnya tanpa berkata apapun. "Ra, apa aku udah boleh ngomong.?" tanyanya kemudian, kini posisi duduknya sudah menghadap ke arahku.

Aku tidak menjawab, hanya mengangguk, sambil sesekali menyendokan eskrim kemulutku.

"Aku minta maaf Ra. Sumpah, itu ga seperti keliatannya." Iqmal terdengar putus asa. "aku sebenernya berangkat sama Omer, Ziya itu nyusul karena di suruh bu Dina gantiin dia yang mendadak ga bisa datang. Dia ga ikut ke lokasi syuting kok. Makanya aku ga ngabarin kamu kalo ada Ziya. Karena dia datangpun pas meeting sama eo itu udah mulai, dan aku baru tahu kalo dia yang gantiin bu Dina, karena dia ngabarinnya ke Omer ga ke aku."

Aku masih tidak merespon, aku hanya mau mendengarkan saja.

"Dan yang di vidio itu, kita tuh cuma lagi ngobrol biasa aja Ra, ketawa- ketawa biasa, bahkan disitu masih ada eonya juga kok. Cuma aja yang di rekam itu aku dan Ziya doang, kalo kamu ga percaya kamu boleh tanya Omer langsung. Aku bisa jamin dia ga akan berani bohong apapun ke kamu. Maafin aku Ra, berani sumpah Ra, aku udah ga ada perasaan dikitpun sama Ziya."

"Tapi kan kita ga tau Mal perasaan Ziya gimana ke kamu." akhirnya aku buka suara.
"Aku ga peduli Ra, mau Ziya kaya gimana ke aku, dan pasti aku ga ladenin. Yang aku tau, aku cuma mau kamu aja Ra, ga mau yang lain." suara Iqmal terdengar lirih, seperti menahan airmatanya. "Apa perlu Ra aku minta dia berhenti dari managementku ? Kalo itu mau kamu aku akan atur Ra, asal kamu ga marah lagi."

Meski ingin sekali mengiyakan tawaran Iqmal tapi tidak ku lakukan, sangat jahat sekali jika sampai aku melakukan itu, hanya demi perasaanku, aku memutuskan rezeki orang. Aku bukan orang yang seperti itu, lagipula aku tidak mau ikut campur di dalam pekerjaan Iqmal.

Ku simpan es krimku, kini ku beranikan diri menatap Iqmal.

"Jadi minimarket mana yang mau kamu beli buat aku.?" ucapku tersenyum mencairkan suasana, Iqmal dengan cepat memelukku, aku balas pelukannya.

"Kamu mau yang mana.? Aku nabung dulu takut uangnya ga cukup." aku dan Iqmal tertawa bersama, masih berpelukan, seakan tak ingin lepas. Tapi perlahan ku lepaskan pelukanku.

"Maaf ya Mal."
"Aku yang salah Ra udah bikin kamu kesel."
"Maaf, aku ga dengerin penjelasan kamu dulu, aku cepet marah, cepet ngambil kesimpulan sendiri. Aku cuma ga suka Mal. Aku cuma cemburu."
"Ga Ra, wajar kok, cemburu kan sayang." Iqmal menggenggam tanganku erat. "Jadi, ga akan di undurkan acara minggu ini.?"
"Jadilah."
"Jadi di undur.?"
"Jadi d majuin aja, biar ga usah nunggu weekend. Bilang bunda aku udah ga sabar." ledekku pada Iqmal, mendengar itu dia kembali memelukku, aku hanya tertawa melihat tingkahnya.
"Aku juga udah ga sabar Ra, udah ga tahan."
"Ga tahan apa.?" aku lepaskan lagi pelukannya.
"Haha, ga tahan mau makan burger. Eh es krim kamu cair tuh." menujuk es krimku yang sudah jadi air.
"Yaah, kelamaan ngobrolnya sih jadi leleh."
"Beli lagi yuk, mau beli sama mesinnya juga boleh, aku beliin."
"Ga usah, uangnya buat halalin aku aja." ucapku sambil nyengir.
"Hahaha, makin ga tahan deh ah." Iqmal gemas sendiri mendengar ucapanku, akupun ikut tertawa.

"Sini tangan kirinya." pinta Iqmal kemudian, membuat aku bingung.
"Mau apa .?"

Iqmal kemudian menggenggam tangan kiriku, yang dijari manisnya sudah bertengger cincin pemberiannya. Dia mengambil ponselnya lalu mengambil gambar dua tangan kami yang saling menggenggam. Aku diam saja menurutin kemauannya.

"Mau go public." ucapnya sambil nyengir.

Iqmal kemudian sibuk dengan ponselnya, tak lama ponselku yang berbunyi, ada notifikasi dari instagram yang isinya "Iqmal.e tagged you in a post." aku segera membukanya.

Terlihat di ponselku, foto yang baru saja Iqmal ambil tadi, dengan caption yang pasti akan membuat seluruh wanita di indonesia patah hati, aku tersenyum membacanya.

"And my heart falling love with you. I will make you mine, forever."

Kini tidak perlu lagi sembunyi, semua orang sudah tahu aku milik Iqmal, begitupun sebaliknya. Ku beri tiga emoticon love di foto itu, sudah pasti semua ini akan menjadi berita menghebohkan, aku tidak peduli, selama Iqmal bersamaku semua pasti akan baik-baik saja.

Iqmal menatapku, aku balas menatapnya, tanpa ragu kupeluk dia erat.

"Mal, ayok beli eskrim lagi." Iqmal tertawa mendengar permintaanku, dia kemudian melepas pelukanku dan keluar dari mobil.
"Ayok, kita makan di dalem aja."
"Tapi kan.."
"Kan sekarang udah ga perlu backstreet lg Ra." Iqmal tersenyum, ia lalu menutup pintunya kemudian berjalan kearah ku dan membukakan pintu. "Ayok sayang, katanya mau beli eskrim."

Akupun keluar, berjalan beriringan dengan Iqmal yang terus menggenggam tangaku erat. Aku tidak peduli jika jadi bahan tontonan di restoran itu, yang penting aku bisa beli eskrim dan terus bersama Iqmal.

....

Haii...
selama #dirumahaja kalian ngapain?
Jaga kesehatan ya buat semua. Kita doakan semoga bumi cepat membaik. 😇

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang