"Assalamualaikum, bunda mantunya datang nih." teriak Iqmal ketika masuk kedalam rumah.
"Ih apaan sih kamu Mal bikin malu aja." gerutuku mencubit tangannya yang sedang aku genggam.
"Hahaha. Biar kamu ga tegang."
"Waalaikumsalam. Rara apa kabar ?" terdengar suara teh Ocha menghampiriku,aku menyalaminya lalu memeluknya.
"Baik teh, teteh gimana.?"
"Baik Ra. Naya onty Raranya datang nih." Teh Ocha berteriak memanggil Naya, terlihat anak cantik itu berlari dari dalam rumah.
"Onty lala." Ucapnya cadel, aku segera memeluknya, rindu sekali pada anak cantik ini.
"Naya sayang makin gede makin cantik, udah sekola ya teh.?"
"Udah Ra, tk.""Onty ayok main." ajak Naya manja padaku.
"Bentar dulu dek, ontynya masih capek. Mending masuk dulu yu." ucap teh Ocha mengajakku duduk."Kamu tunggu aja dulu, bunda lagi di dapur. Aku ganti baju dulu ya." ucap Iqmal lalu bergegas menuju kamarnya, di ikutin Naya yang berlarian mengejar Iqmal.
"Oia teh, ini sedikit oleh-oleh." kuberikan bungkusan kue yang tadi ku beli pada Teh Ocha.
"Repot-repot kamu Ra. Bunda juga udah masak banyak padahal."
"Ga apa-apa teh buat nyemil. "
"Yaudah aku ke dapur dulu ya, kamu tunggu aja."
"Ikut boleh teh?"
"Ke dapur ?" teteh malah balik bertanya. Aku hanya mengangguk mengiyakan. "Ya boleh, ayok."Kamipun berjalan menuju dapur, terlihat bunda masih sibuk menyiapkan makan untuk kami.
"Bun, ini Rara segala repot-repot bawa kue buat bunda." ucap teteh meletakan bungkusannya di meja makan.
"Ga repot kok bun, cuma sedikit." aku menghampiri bunda, menyalaminya lalu memeluknya. "Bunda aku kangen." ucapku tanpa malu .
"Kamu datang aja bunda udah senang Ra, bunda juga kangen sama kamu. Tenang, nanti juga kamu bakal sering main ke sini. Kita bakal sering ketemu." ucap bunda lembut, sambil mengusap rambutku.
Aku melepaskan pelukannya perlahan, meski sudah semakin berumur bunda terlihat masih cantik, dan hangat, sikapnya tidak berubah sedikitpun dari pertama kami kenal.
"Kamu tunggu aja di depan, ini bentar lagi juga beres. Ayah lagi shalat ashar kayanya, bentar juga keluar dari kamar. " ucap bunda lalu melanjutkan masaknya.
"Yu Ra, tunggu di ruang TV aja, bunda kalo lagi masak malah ga mau di ganggu."
"Bun aku kedepan dulu ya. "
"Iya Ra, tunggu sebentar lagi ya, kita makan. Kamu pasti laper baru pulang kerja langsung nemenin Iqmal latihan."
"Iya bunda."Aku dan teteh menunggu di ruang TV, mengobrol banyak hal. Tak lama Iqmal kembali dari kamarnya bersama Naya yang masih membuntutinya. Lalu mereka duduk di sampingku.
"Udah ketemu bunda?" tanya Iqmal aku hanya mengangguk, sambil sibuk meladenin Naya yang mengajakku main. "Ayah ?" tanya kemudian.
Belum sempat menjawab ayah terlihat jalan menghampiri kami. Aku segera bangun dan menyalaminya.
"Rara, apa kabar kamu nak? Sudah lama kita ga ketemu."
"Alhamdulillah baik yah, ayah sehat?"
"Syukurlah, alhamdulillah ayah juga sehat. Ayo Ra duduk."Kamipun duduk kembali, membicarakan banyak hal, melepas rinduku pada keluarga ini. .
"Oia, kata Iqmal kamu sebentar lagi wisuda ya Ra." tanya ayah di tengah obrolan kami.
"Iya yah, sekitar 2 minggu lagi."
"Selamat ya Ra." ucap teteh memelukku hangat.
"Makasih teh." aku membalas pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpendam
FantasyTerinspirasi dari Alesha (Iqbaal dan Vanesha) dan semua ini real hanya khayalan, tapi doakan endingnya menjadi kenyataan untuk kehidupan Alesha. Nama sengaja di bedakan. selamat membaca