Bag 31

1.4K 94 19
                                    

Tut...tut...tut....

Sudah sedari tadi aku menelpon Iqmal belum juga ada jawaban. Entah sudah berapa kali aku coba menghubunginya, aku yakin dia pasti belum bangun. Aku mendengus kesal menyimpan ponselku dengan sembarang.

Aku tarik nafasku dalam-dalam, mencoba menenangkan diriku sendiri. Jangan sampai moodku hancur di hari yang paling aku tunggu ini.

Aku baru saja beres mandi pagi ini, bergegas turun menuju kamar mama, karena Ka Riri mengabari kalau make up artis yang akan mendandaniku hari ini sudah datang.

Rumah mama juga sudah di sulap menjadi sangat cantik, banyak bunga-bunga yang menghiasi setiap sudutnya. Harum. Dekorasi berwarna lembut sesuai keinginanku pun sudah tertata dengan rapih.

Semua keluarga sudah berkumpul sejak kemarin sore, ada beberapa yang baru datang pagi ini.

Aku sendiri masih tidak percaya, satu langkah di mulainya kehidupan baruku, akan berlangsung hari ini. Perasaanku saat ini sudah sangat campur aduk, senang sudah pasti, bahagia bukan main, haru juga tentunya, karena banyak hal akan berubah di kehidupanku setelah ini.

"Pagi semua." sapaku saat tiba di kamar mama, di sana sudah ramai sekali, ada mama, Ka Riri, Ka Wulan, juga beberapa kerabat yang sudah hadir, yang sudah mulai bersiap berdandan.

Om Adnan, Ka Fatir, Ka Kevin dan anak-anak pasti ada di halaman belakang sedang menikmati sarapan.

"Pagi tuan putri. Aduh yang happy banget mau di lamar pangeran." ledek Ka Riri,di susul tawa oleh semua yang ada di ruangan ini, seketika wajahku panas karena malu.

"Ih rese." rengekku kesal.

"Udah jangan bete bete, nanti ga keluar loh auranya." ucap Ka Wulan menenangkan. "Eh,aku kebelakang dulu ya liat Noah."

"Iya ka." kemudian Ka Wulan meninggalkan kamar. "Hai Ka apa kabar.? Maaf ya lama." ucapku pada Ka Egha yang akan merubahku jadi semakin cantik hari ini.

"Baik Ra, its oke, aku juga baru datang kok, ga lama."

Ka Egha salah satu make up artis yang biasa bekerja sama denganku, jika ada pemotretan atau saat syuting iklan. Dia sangat baik, riasannya sangat cocok dengan seleraku, yang lebih suka make up minimalis.

"Acaranya setelah dzuhur kan ? Kita mulai sekarang aja ya." ucap Ka Egha sudah bersiap dengan 'alat tempurnya'. Aku menuruti saja, lalu duduk di depan cermin yang sudah di sediakan.

"Ra, mama keluar dulu ya cek yang belum beres."
"Iya mah, maaf ya mah jadi ngerepotin."
"Engga dong Ra, ga ngerepotin sama sekali. Sebentar ya sayang." aku hanya tersenyum tanpa menjawab. Lalu mama keluar kamar. Ka Riri terlihat sedang mengobrol dengan saudara yang lain.

Drrrrtttt....drrrrtttt...

Ponselku bergetar, vidio call dari Iqmal ternyata. Aku segera menjawabnya, kemudian meletakan ponselku dekat cermin agar tidak mengganggu Ka Egha yang sedang sibuk mencorat-coret wajahku.

"Assalamualaikum." sapa Iqmal dengan mata yang masih saja terpejam.

"Waalaikumsalam, ya ampun Mal baru bangun. Udah siang ini." gerutu ku kesal dengan Iqmal yang memang susah sekali di bangunkan kalau sudah tidur.

"Tenang Ra, aku kan cepet siap-siapnya, ga mesti di dandanin kaya kamu."

"Mal Mal, ayo bangun.ya ampun cape aku Mal bulak balik bangunin kamu daritadi." dari belakang terdengar seseorang membuka pintu kamar Iqmal sambil menggerutu, ternyata itu suara teh Ocha.

"Iya ini udah bangun. Bawel" jawab Iqmal menanggapi. Aku hanya bisa tertawa melihat teh Ocha yang kewalahan menghadapi adik satu-satunya itu. Kini wajah teh Ocha sudah terlihat dari layar ponselku.

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang