Bag 6

1.1K 74 7
                                    

Subuh-subuh kami sudah bangun, siap-siap untuk acara wisuda Iqmal hari ini. Aku mulai berdandan dengan teteh, memakai kebaya yang sudah aku bawa dari Jakarta.

Jam 7.30 aku dan teteh sudah beres. Aku keluar kamar duluan karena teteh masih sibuk mengurus Naya.

Aku lihat Iqmal ada di balkon, aku berjalan perlahan berniat mau mengagetkan. Tapi langkahku terhenti, karena aku mendengar dan melihat Iqmal sedang facetime dengan Ziya. Aku membalikan badanku, menunggu saja di ruang tamu. Takut meganggu.

Tak lama ayah dan bunda keluar dari kamar sudah rapih, teteh juga sudah siap dan Naya sudah cantik.

"Sini Naya sma aunti. Kita foto dulu." Nayapun menghampiriku dan kami mulai berfoto.

"Udah siap semua ? Yuk berangkat." Iqmal datang memecah keseruan kami yang sedang foto-foto.

Kamipun bergegas menuju tempat acara wisuda Iqmal.

Sampai di sana sudah ramai, Iqmal bergabung dengan teman-temannya dan aku dengan keluarganya. Tak lama Iqmal menghampir kami, teman-temannya menyalami kami dan ada yang tanya apakah aku pacarnya Iqmal ? Iqmal hanya nyengir dan aku juga. Tapi ayah,bunda dan teteh mengaminkan. Huhu terharu aku, tapi aku hanya bisa tersenyum melihat semua itu. Haruskah aku aminkan juga ? Ayok bantu aminkan teman-teman. Hehe

Kamipun berfoto, Iqmal dengan ayah, bunda, teteh dan Naya. Lalu Iqmal dengan bunda dan ayah. Ganti lagi dengan teteh . Lalu akupun berfoto dengan Iqmal. Teteh yang sibuk mengambil gambar kami. Senangnya, biarpun ga bisa di posting lumayan untuk koleksi pribadi.

Serangkaian acara sudah di lewati. Dan acarapun selesai. Ayah, bunda dan teteh langsung kembali ke apartement karena Naya tidur. Aku dan Iqmal masih berjalan-jalan sekitaran tempat acara.

...

Aku dan Iqmal duduk di bangku taman sekitaran tempat acara. Hari sudah mulai sore, udara juga sudah mulai dingin. Iqmal membelikan minum untukku juga beberapa cemilan.

"Acara beres nih, udah mau cerita sekarang ?" Iqmal nyengir menagih janji.

"Sebelumnya ini dulu deh." ucapku seraya memberikan kotak kecil berwarna hitam kepadanya. "Hadiah kelulusan. Selametnya Mal."

"Ah kamu mah Ra, kasih hadiah lagi. Pasti ga jd lagi deh nih ceritanya. Tapi makasih, dari kemaren dapet hadiah mulu. Suka." Iqmal segera membuka kotak kecil itu "wih gelang, thanks ya Ra." Iqmal tersenyum lalu memakai gelang itu di tangan kirinya.

"Iya sama-sama Mal."

"Trus?"

"Iya ini mau cerita."

"Oke aku dengerin."

...

Aku menarik nafas, mencoba menyusun kata dan memikirkan mau memulai darimana.

"Aku kesini mau nyampein 1 hal sama kamu yang udah aku simpen selama 7 tahun ini." aku bicara sangat hati-hati, perlahan. Bahkan menunduk aku tidak berani menatap Iqmal.

"Sebelumnya, aku ga minta kamu jawab atau balas apapun dari apa yang aku ucapin ini." Iqmal hanya mengangguk, mengerti. "Dari 7 tahun lalu rasa ini tetap sama, Mal. Aku udah mencoba membuka hati untuk yang lain tapi fikiran dan hatiku cuma ke kamu. Seperti yang aku bilang tadi, aku ga minta kamu jawab atau balas apa yang aku rasain. Aku cuma pengen kamu tau." lega, sedih, malu, senang, campur aduk rasanya. Iqmal hanya diam, kaget, menatapku yang masih menunduk tak berani menatapnya.

"Waktu tau kamu mau wisuda aku langsung hubungin teteh, setelah sekian lama ga pernah kontekan sama keluarga kamu, akhirnya aku ketemu lagi sama teteh, dan jelasin semua ke teteh. Saat teteh bilang mau bantu aku langsung minta tolong Ka Rima agar aku bisa kosongin jadwal untuk kesini. Semesta selalu berpihak sama aku kayanya, semua serasa di permudah, tiket oke, mama oke, ka riri oke, dan teteh bilang Ziya juga ga bisa ikut karena sedang ujian. Senang bisa ada di sini."

Iqmal masih terus diam, tidak berani memotong ucapanku sedikitpun. Sepertinya dia mencoba mencerna baik-baik yang sedang aku jelaskan.

"Aku sayang kamu Mal." ucapku sangat berani. "Aku ga minta kamu balas apa yang aku rasain. Aku cuma pengen kamu tau, dan setelah pulang dari sini aku akan benar-benar mencoba melepas kamu. Aku ga cape, aku sangat menikmati semua perasaan ini. Perasaan senang karena bisa liat kamu meskipun cuma lewat instagram, perasaan bangga bisa liat kamu sukses dan lulus kuliah, perasaan senang bisa lihat kamu senang dengan apapun yang kamu punya sekarang."

"Aku cuma belum benar-benar move on aja dari kamu. Mungkin aku yg kurang berusaha, nah setelah ini aku akan berusaha sungguh-sungguh. Aku janji."

"Terima kasih ya Mal selama 7 tahun ini selalu nemenin aku. Aku sangat bersyukur pernah sayang sama orang seperti kamu."

"Aku doain setelah ini kamu semakin sukses dalam hal apapun yang kamu lakuin, jadi orang hebat, bisa bikin ayah sama bunda bangga. Aku doain juga kamu bahagia terus sama Ziya."

Iqmal masih terdiam. Aku rasa sudah cukup, dan aku merasa sangat lega sekarang. Semoga Iqmal paham dari apa yang aku sampaikan tadi.

Sepanjang aku hidup, mungkin ini hal tergila yang pernah aku lakuin. Segampang itu,  walaupun sesungguhnya sulit, ngungkapin perasaanku sama seseorang. Dan hanya Iqmal yang bisa bikin aku seberani ini. Aku benar-benar tidak peduli kamu akan berfikir apa tentang aku. Aku hanya ingin Iqmal tahu dan setelah ini bisa menjalani hidupku tanpa perasaan ini.

"Yuk ah pulang. Udah mau malem." aku bangun, memecah lamunan Iqmal.

"Oke ayo pulang." Iqmal mengikuti dari belakang.

Semoga kamu mengerti.

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang