Jam 7 aku sudah sampai di bandara, mama hanya mengantarku lalu pergi lagi. Sambil menunggu bunda dan Teh Ocha aku memesan cokelat panas di salah satu restoran cepat saji di bandara.
Sambil menunggu aku mendengar lagu dari ponselku. Seperti relaksi, dan bikin mood selalu bagus setelah mendengarkan lagu-lagu di playlistku. Aku sudah mengabari Teh Ocha posisiku saat ini biar tidak repot mencari-cari.
Tak lama dari kejauhan aku melihat bunda, ayah, teh Ocha, mas Adi dan Naya berjalan kearahku. Akupun bergegas bangun menghampiri. Kusalami semuanya, tak lupa ku peluk bunda, Teh Ocha dan Naya.
"Maaf ya nak lama, biasalah rombongan repot." ucap bunda sedikit terengah karena capek.
"Ga apa-apa bunda,aku juga baru datang kok ga lama."
"Bunda sudah denger semuanya dari teh Ocha, maafkan Iqmal Ra, bikin repot kamu."
"Loh kenapa minta maaf bunda.? Ini mau aku kok, dan aku senang ngelakuinnya." jelasku langsung kembali memeluk bunda. Ah benar-benar rindu.
"Baiklah kalau begitu, semoga semuanya berjalan lancar ya Ra." ucap ayah menambahkan.
"Makasih ayah. Makasih ya semuanya udah mau bantuin aku."
"Sama-sama cantik, yuk ah kita berangkat, ud panggilan tuh." ajak Teh Ocha.
Kamipun pamit ke Mas Adi, karena Mas Adi tidak ikut ada urusan pekerjaan. Lalu kamipun bergegas masuk ke pesawat. Doakan kami sampai dengan selamat ya.
...
Setelah menempuh perjalan kurang lebih 6 jam 30 menit kami sampai. Melbourne pagi ini sangat sejuk. Ya, kami sampai di Australia, di Melbourne tempat Iqmal kuliah. Ini 'hal gila' yang ku maksud.
Ya sangat gila rasanya, aku akan hadir di wisudanya Iqmal, seperti membayar janji beberapa tahun lalu yang tidak pernah aku tepati. Saat itu, nazar ku kalau film kami sampai 7 juta penonton aku akan datang ke wisudanya Iqmal di US, nyatanya tidak kesampaian karena film kami hanya bisa sampai di angka 6 juta lebih, dan kami sangat bersyukur akan hal itu.
Entah dapat ilham atau kesambet apa aku sampai senekat ini. Yang pasti aku ingin menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. Nanti aku akan cerita apa tujuanku, nanti ya sabar setelah aku ketemu Iqmal. Hehe...
Di Melbourne sudah pukul 8 pagi, di bandara kami sarapan dulu karena lumayan lapar setelah tidur di pesawat. Lalu bergegas menuju apartement Iqmal. Bunda sengaja tidak menyuruh Iqmal jemput di bandara, karena Iqmal tidak tahu kalau aku ikut.
"Bun, di depan aku turun dulu boleh mau ada perlu.?" ucapku meminta izin pada bunda.
"Di anter teteh ya ? Masa kamu jalan sendiri." bunda merasa sedikit cemas.
"Ga apa-apa kok bun. Aku lumayan tau daerah sini. Dulu waktu ikut kelas pendek aku kan di daerah sini juga. Lagian ga terlalu jauh kok dari apartemen Iqmal."
"Beneran?" aku hanya mengangguk mengiyakan. "Yasudah kalau begitu. Kabari bunda ya nak."
Aku pun turun di salah satu toko tidak jauh dari apartementnya Iqmal. Mengambil sesuatu yang sudah aku pesan dari masih di jakarta. Ternyata pesananku masih belum beres, dan aku harus menunggu sekitar 15 menit. Yasudah tinggal di tunggu saja, toh cuma 15 menit, bertahun-tahun juga aku bisa kok nunggu seseorang. Hehe
Setelah 15 menit, barang yang aku pesanpun beres. Dan aku bergegas menuju apartement Iqmal.
Di perjalanan kok aku merasa nervous, tidak seperti saat masih di Jakarta, semakin dekat aku semakin ragu-ragu. Ah mungkin hanya deg-degan biasa karena sudah bertahun-tahun tidak ketemu Iqmal. Sambil terus berjalan dan berdoa dalam hati, semoga semua ini berjalan lancar.
Akhirnya aku sampai di depan pintu apartement Iqmal. Sesuai alamat yang Teh Ocha kasih pas aku lagi di toko tadi. Dari luar terdengar suara Iqmal yang sedang mengobrol dan bercanda dengan Naya.
Makin dekat, perasaanku makin tidak karuan. Dengan ragu ku ketuk pintu apartement Iqmal. Dan seseorang membukanya.
"Hai Mal." sapaku sambil tersenyum canggung. Iqmal terlihat kaget, dan masih mematung d balik pintu yang terbuka sedikit.
"Ajak masuk de Raranya." teriak Teh Ocha dari dalam, memecah lamunan Iqmal.
"Rara, kok bisa ada di sini ?" tanyanya heran, aku bisa jamin kalau dia benar-benar kaget.
"Udah de nanti ajah ngobrolnya, kasian Rara capek." kemudian ayah berteriak dari dalam.
"Eh, yaudah ayok masuk Ra." ajak Iqmal kemudian membukakan pintu mempersilahkan masuk. Akupun lalu duduk di samping bunda. Iqmal masih kebingungan atas kedatanganku.
"Udah de nanti aja ya kamu nanya-nanyanya langsung sama Rara. Kita mau rebahan dulu di kamar. Masih jetlag." ucap bunda lalu beranjak membawa tas bawaannya dan masuk ke kamar lalu ayah mengikuti.
"Iyah teteh juga masih pengen tidur, kasian Naya juga cape tuh .ayo Nay, kita tidur lagi." Teh Ocha juga pergi sambil mengajak Naya ke kamar.
Tinggallah aku dan Iqmal di ruang tamu. Iqmal yang masih bingung dan aku yang daritadi bersusah payah menyembunyikan detak jantungku yang berdetak lebih hebat dari biasanya, semoga Iqmal tidak dengar.
"Ke balkon yu. " ajak ku, mencoba mencairkan suasana. Lalu bergegas menuju balkon dan duduk disana. Iqmal menikuti dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpendam
FantasyTerinspirasi dari Alesha (Iqbaal dan Vanesha) dan semua ini real hanya khayalan, tapi doakan endingnya menjadi kenyataan untuk kehidupan Alesha. Nama sengaja di bedakan. selamat membaca