Bag 20

1K 56 6
                                    

Hari ini aku ada janji untuk fitting kebaya yang akan aku pakai saat wisuda nanti. Aku sudah menunggu Iqmal hampir 2 jam, tapi dia tidak datang juga. Di telpon pun tidak ada jawaban. Bahkan aku menanyakan pada Ka Omer belum di balas.

Padahal tadi pagi dia bilang akan mengantarku. Aku tahu dia memang sedang ada pekerjaan, aku sudah bilang padanya jika tidak sempat tidak usah memaksakan, tapi dia tetap bilang mau mengantar. Kalau sudah begini aku jadi kesal sendiri, jika aku berangkat, aku takut dia datang, tapi ini sudah lewat 2 jam, aku tidak enak sudah janji sama orang.

"Aku berangkat sendiri aja deh ka." ucapku pada Ka Riri lalu mengambil kunci mobil.

"Ga tunggu Iqmal dulu de?"
"Mau nungggu berapa lama lagi ka, ini udah hampir 2 jam aku nunggu, dia juga ga ngabarin." ucapku sangat kesal.

"Yaudah sabar, mungkin masih ada kerjaan."

Aku tidak menjawab. Mencoba meredakan emosiku, aku tidak suka di buat menunggu begini. Jika tidak bisa ya beri kabar, aku juga tidak memaksanya agar selalu bisa mengantarku kemana-mana.

"Berangkat." lalu bergegas keluar.
"Hati-hati ya de, jangan ngebut."

Aku berangkat dengan perasaan sangat kesal. Baru kali ini aku sekesal ini pada Iqmal. Aku mematikan ponsel ku, jadi dia tidak perlu repot-repot ingin tahu keadaanku lagi.

Sampai di sana, aku langsung mencoba beberapa kebaya yang sudah di siapkan. Aku meminta maaf berkali-kali atas keterlambatanku, untung saja ini butik langgananku, jadi dia memakluminya.

Mencoba beberapa kebaya cantik membuat moodku sedikit membaik. Aku sampai bingung harus memilih warna apa, karena hampir semuanya aku suka. Sedangkan aku hanya perlu satu saja kan, tidak harus di beli semua.

Aku menelpon Ka Riri, vidiocall, untuk minta pendapat mana yang cocok untukku, tak perlu waktu lama pilihan aku dan Kakak jatuh pada kebaya berwarna peach yang terlihat begitu pas padaku.

Akupun bergegas pulang lagi, karena tujuannya hanya ke tempat itu saja, lagipula aku juga sedang malas untuk keluar rumah.

Sampai di rumah Ka Riri sedang di kamar sepertinya, aku langsung saja masuk ke kamar, merapihkan kebaya yang tadi aku beli. Tidak ingin menyalakan ponselku sama sekali, aku hanya ingin tidur, agar lupa pada hal menyebalkan yang Iqmal lakukan hari ini.

....

Tok tok tok..

Ada seseorang mengetuk pintu, membuatku terbangun dari tidurku yang lumayan nyenyak.

"Siapa.?"

Tidak ada jawaban dari luar, perlahan ku buka mataku, duduk bangun, masih setengah sadar dan mengantuk, merapihkan rambutku yang sedikit berantakan, lalu berjalan menuju pintu, untuk melihat siapa yang mengganggu tidurku.

Ceklek...

Ku buka pintu perlahan, ternyata Iqmal yang datang. Aku segera menutupnya lagi, malas harus bertemu Iqmal hari ini, tapi dia menahannya.

"Ra aku minta maaf."
"Besok lagi aja Mal, aku cape."
"Maaf Ra, tadi ada meeting mendadak sama klien baru." ucap Iqmal mencoba menjelaskan. "Aku kira ga akan lama, makanya aku bilang bisa untuk meeting, ternyata banyak yang harus di bahas. Bahkan tadi syuting mendadak untuk iklannya. Maafin aku Ra."

Aku tidak menjawab, masih diam di balik pintu kamar yang terbuka sedikit.

"Tunggu di bawah, aku mandi dulu."

Iqmal tidak lagi menahan pintunya, wajahnya terlihat sedikit lega mendengar ucapanku. Aku lalu menutup pintunya bergegas untuk mandi. Kenapa tidak bisa lama-lama marah padanya, gerutuku dalam hati.

Terpendam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang