Kami berangkat kerumah mama setelah beres shalat isya dan makan malam. Untung ada Iqmal, yang lumayan banyak membantu aku mengurus Mesta dan Kala yang kadang susah sekali di kasih tahu. Iqmal terlihat sangat sabar menghadapi dua anak beranjak remaja itu. Anggap saja latihan ya. Hihi
"Ini udah semua bawaannya.?" tanya Iqmal sambil memasukan beberapa tasku, juga tas Mesta dan Kala.
"Udah kayanya sih, Ka Riri cuma minta di bawain itu aja."
"Nah, udah beres. Mesta sama Kalanya mana.?"
"Bentar ya aku panggil lagi." aku kembali ke dalam rumah, memanggil Mesta dan Kala yang masih belum keluar rumah juga. "Mesta, Kala, ayok. Keburu malem nih."
Tak Lama dua kesayanganku itu sudah muncul, dan bergegas menuju mobil. Kamipun berangkat menuju rumah mama.
Sepanjang jalan, Mesta dan Kala tidak berhenti mengganggu Iqmal dengan banyak pertanyaan yang selalu saja bisa Iqmal jawab. Di umur mereka saat ini, banyak hal yang mereka ingin tahu, tidak sedikit pertanyaan-pertanyaan aneh yang di lontarkan. Aku hanya tertawa saja melihat Iqmal sibuk meladeni mereka.
...
Kami sampai rumah mama sekitar pukul 9.20, mendengar suara mobil masuk mama langsung keluar menyambut kami. Mesta dan Kala berhamburan memeluk mama lalu masuk meninggal kan kami yang masih sibuk mengeluarkan barang bawaan.
"Malem banget Ra baru sampe." aku segera menyalami mama, dan memeluknya.
"Tadi nunggu isya dulu mah, makan dulu juga. Jadi lama."
"Assalamualaikum mah." sapa Iqmal lalu menyalami mama.
"Loh kok di anter Iqmal.? Mama kira sama supir Ra. Apa kabar,nak.?"
"Alhamdulillah baik mah. Aku yang paksa nganter kok mah." jawab Iqmal nyengir.
"Yasudah kalo gitu, ayo masuk dulu. Papa juga belum tidur."
Kami bergegas mengeluarkan barang-barang dari bagasi. Lalu segera masuk.
"Assalamualaikum." ucapku dan Iqmal berbarengan.
"Waalaikumsalam. Akhirnya yang di tungguin datang juga. Mama kamu udah ngomong terus daritadi. Loh, ada Iqmal juga.?" Om Adnan menyapaku dan Iqmal, aku dan Iqmal segera menyalaminya bergantian.
"Iya pah, maaf ya kemaleman." ucapku sambil memeluknya.
"Iya Pah, apa kabar.?" tanya Iqmal kemudian.
"Alhamdulillah baik, Mal. Ayo duduk."
Om Adnan meski bukan papa kandungku tapi dia sangat baik. Terima kasih ya Allah, sudah memberi Om Adnan untuk menemani mama.
Kamipun mengobrol, tentang banyak hal. Seru sekali sampai lupa waktu. Mama sampai kaget ketika melihat jam sudah menunjukan pukul 12 tengah malam.
"Ya ampun, ngobrol sampai lupa waktu."
Aku, Iqmal dan Om Adnan dengan kompak langsung melihat ke arah jam dinding.
"Aduh. Iya saking serunya ngobrol."
"Kalo gitu Iqmal pamit ya Mah, pah." ucap Iqmal lalu bangkit dari duduknya.
"Kamu nginep aja Mal. Dari sini ke rumah kamu kan lumayan jauh." usul Om Adnan. Aku dan Iqmal saling bertatapan, bingung.
"Iy bener, udah malem banget ini Mal. Mama juga khawatir kalo kamu sendirian di jalan. Nanti biar mama yang telpon bunda." ucap mama menambahkan.
Aku tidak bicara apa-apa, meski inginnya Iqmal tidak pulang tapi kan aku tidak bisa memaksa, biar saja Iqmal yang putuskan. Iqmal melirikku seperti minta pendapat, aku hanya mengangkat bahuku mengisyaratkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terpendam
FantasyTerinspirasi dari Alesha (Iqbaal dan Vanesha) dan semua ini real hanya khayalan, tapi doakan endingnya menjadi kenyataan untuk kehidupan Alesha. Nama sengaja di bedakan. selamat membaca