19.SIUMAN

193 71 45
                                    

Happy reading❤

*****

Malam hari tiba, kini mereka semua tengah berkumpul didalam ruangan dimana Gilsha dirawat.

Sampai malam ini masih belum ada tanda tanda dari gilsha akan sadar.

"Laper gue. Dit, yok temenin gue ke kantin rumah sakit." ajak Bara kepada Adhitya.

"Males gue." sahut Adhitya.

"Ah elah, gitu bangat loh ama gue." lirih Bara.

Tiba tiba Adhitya melempar bantal yang ada dipangkuannya kearah Ardhian. "Ayok deh!"

Ardhian tersentak saat bantal itu mengenai wajahnya. "Sialan loh!"

Adhitya menoleh kearah Adhitya. "Eh, sorry Yan. Gak liat gue." ucapnya seraya menyunggingkan cengiran kuda.

"Gak liat, buta loh!" kesal Ardhian.

"Udah woi udah, gue laper. Ayok, Dit." ajak Bara lagi lalu ia dan Adhitya pun melangkah pergi keluar ruangan.

Gabriell mendudukki tempat kosong yang tadi dipakai oleh Adhitya dan tepat berada disebelah Ardhian.

"Bubu." panggil Gabriell kepada Ardhian seraya menyenderkan kepalanya dibahu Ardhian.

"Kenapa bunny?" sahut Ardhian.

"Gilsha kapan sadarnya ya?" tanya Gabriell.

"Aku gak tau bunny, ya semoga aja dia bisa secepatnya sadar." jawab Ardhian.

"Aamiin." balas Gabriell.

Abriella yang ada disana merasa ingin muntah melihat kebucinan Ardhian dan Gabriell yang dilihatnya barusan olehnya.

"Alay banget sih loh berdua." tegur Abriella.

"Biarin, iri aja loh." balas Gabriell.

"Makanya, El. Balikan aja sama siAdit." ujar Ardhian.

"Ih ogah banget." tukas Abriella.

"Gue setuju sama Ardhian, lagian bukannya waktu itu loh bilang kalo loh itu masih suka ya sama Adit?" tanya Gabriell.

"K-kapan gue bilang kayak gitu?" elak Abriella.

"Kapan ya?" Gabriell mengingat ingat kapan saja Abriella mengucapkan kalau ia masih suka sama Adhitya. "Sering lah pokoknya." lanjutnya.

"Serius bunny?" tanya Ardhian.

"Ya seriuslah bubu." jawab Gabriell.

"Berarti perasaan loh sama dong kayak siAdit, dia juga masih suka sama loh." ucap Ardhian.

"Wih, ternyata perasaan loh gak bertepuk sebelah tangan, El." timpal Gabriell.

"Udah udah gak usah dibahas, jadi gue yang kena gini kan." tukas Abriella.

"Hahaha." tawa Gabriell dan Ardhian.

Setelah itu keheningan pun terjadi karna mereka masing masing sibuk dengan bermain ponselnya.

Sedangkan Alex, ia masih setia menunggu Gilsha sadar disamping brankar. Ia terus menerus memandangi wajah polos Gilsha, tercipta perasaan damai daat memandang wajahnya, tetapi pemilik wajah itu sampai sekarang masih belum menyadarkan dirinya.

Tiba tiba ia menggenggam tangan kecil Gilsha yang disana tertempel jarum infus.

Ia refleks, karna dengan tiba tiba tangan Gilsha yang ia genggam itu bergerak jari jemarinya dan beberapa detik kemudian Gilsha membuka matanya dengan perlahan.

ALEXANDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang