BAB 5

9.5K 1.3K 24
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 5
PERMINTAAN MAAF YANG BELUM TERBALAS

Aku takut kalau saat kembali nanti, Allah justru menghalangi jalanku karena permintaan maafku belum diterima olehmu
Jadi, akan aku perjuangkan
~Carlista Rona~


Dengan kasarnya, seorang siswa berseragam SMA menghempaskan tangan seorang siswi yang tengah mencekal tangan siswa itu. Wajahnya merah padam, rahangnya mengeras, mata yang biasa terlihat teduh, kini menatap gadis itu dengan tajam, seolah ingin mengulitinya. Terlihat kilat amarah yang begitu jelas dari kedua bola matanya. Kedua tangannya mengepal kuat, dia sangat marah, tapi dia berusaha menahan agar emosinya tidak meledak.

"Pergi, Ta!" usirnya.

"Jangan pernah temuin aku lagi!"

Siswi yang dipanggil 'Ta' itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Enggak Zal, tolong maafin aku dulu."

"Sampai kapanpun aku nggak akan pernah maafin kamu!" jawab laki-laki itu penuh penekanan.

Siswi itu menggeleng lagi, tidak peduli dengan air matanya yang semakin mengalir deras. Dia berusaha menggapai tangan siswa itu lagi, namun langsung ditepis olehnya. Laki-laki itu pun pergi meninggalkannya seorang diri di tengah lapangan yang rumputnya tidak tumbuh merata.

Tangisan siswi itu semakin kencang. Lututnya bahkan terasa lemas hingga dia tidak mampu berdiri lagi. Tubuhnya pun meluruh ke tanah yang sedikit becek. Seragamnya yang kotor karena duduk di sana tidak dia pedulikan. Saat ini dia sangat sedih, dia putus asa. Harus bagaimana lagi dia minta maaf padanya.

Banyak siswa-siswi yang tengah memperhatikannya. Ada yang merasa iba, ada pula yang mengejeknya. Tapi siswi itu tetap tidak peduli. Bahunya bergetar hebat. Tangisannya semakin kencang. Semua memang salahnya, pantas saja jika laki-laki itu marah dan tidak mau memaafkannya.

"Ta!"

"Bangun, Ta!"

"Ta! Lista!!"

Panggilan yang semakin kencang itu membuat Lista langsung terbangun dari tidurnya yang tidak tenang. Lista mendudukkan dirinya di ranjang dengan kondisi terisak. Gadis itu memandang ke sekitarnya, ternyata dia tengah berada di rumah sakit.

Bukannya membalas ucapan Chanan yang baru saja membangunkannya, gadis itu justru melanjutkan tangisannya. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Mimpi itu datang lagi. Masalah yang dialami di masa lalunya, kini menghantui dirinya lagi.

Rizal, laki-laki itu pasti belum memaafkannya. Haruskah dia mengucapkan permintaan maafnya lagi? Tapi Lista takut akan ditolak mentah-mentah olehnya. Sakit, hatinya tidak kuat. Lista masih mencintai Rizal, dia tidak kuat menghadapi amarah yang sangat jarang dikeluarkan oleh laki-laki yang dulu sangat lembut terhadapnya.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang