BAB 12

8.2K 1.3K 95
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk menghargai karya penulis.

Setidaknya untuk menghargai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 12
STATUS BARU

Tidak papa jika cintaku sudah tidak terbalas
Kamu mengakui sebagai suamiku saja aku sudah bahagia
~Carlista Rona~

Setelah kepergian Rizal, Lista hanya menundukkan kepalanya. Menutupi air mata yang tidak mau berhenti menetes. Walaupun dia ikhlas menerima penolakan Rizal, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Dia sedih, hatinya sakit. Laki-laki yang dulu sangat menginginkannya, kini tidak sepenuhnya menginginkan dia lagi.

"Jangan nangis, Ta. Ingat, kamu belum pulih." Lisa mengangguk saat mendengar bisikan di telinganya. Dia tahu siapa yang baru saja berbisik, siapa lagi kalau bukan Chanan.

Sedari tadi mata Chanan tidak pernah lepas dari Lista. Dia takut terjadi apa-apa dengannya, karena Lista memaksa keluar dari rumah sakit sebelum waktunya. Apalagi waktu Lista terus meneteskan air matanya, ingin sekali dia segera mengingatkan gadis itu. Namun, dia tidak bisa, ada Rizal di sebelahnya.

Rizal akhirnya kembali setelah dibujuk oleh Bunda Haya. Proses pernikahan mereka belum selesai. Buku nikah belum ditandatangani oleh keduanya. Rizal juga belum mengucapkan janjinya kepada penghulu sebagai suami Lista.

Rizal duduk lagi dan langsung menandatangani buku nikahnya. Dia sama sekali tidak melirik Lista yang masih meneteskan air mata. Namun, gadis itu segera menghapusnya ketika penghulu menyuruh dia untuk tanda tangan. Setelah Lista tanda tangan, terdengarlah janji yang Rizal ucapkan sebagai suami. Lista lagi-lagi hanya menunduk. Menumpahkan air matanya di sana. Suara laki-laki itu terdengar berat saat mengucapkan janjinya, terdengar belum ikhlas. Harapan Lista hanya satu, semoga Rizal menepati janjinya dan laki-laki itu masih berstatus sebagai suaminya saat Malaikat Izrail mencabut nyawanya nanti.

Setelah semua proses selesai, Rizal meninggalkan Lista lagi. Bunda Haya pun menuntun Lista menuju kamar anaknya. Tiba-tiba Bunda Haya menghentikan langkahnya di tangga. Dia menatap Lista lekat.

"Kamu sakit?"

Lista gelagapan. Dia memang belum sepenuhnya membaik. "Enggak kok, Bun."

Bunda Haya meletakkan punggung tangannya di dahi Lista, matanya langsung membola. "Iya, kamu sakit, Lista."

Bunda Haya pun segera menuntun Lista ke kamar Rizal. Saat pintu terbuka, terlihatlah Rizal yang sedang tiduran di kasur dengan mata menatap langit-langit kamarnya.

"Kamu gimana sih, Zal? Masa isterinya ditinggal!" Rizal melirik bundanya sekilas, dia tidak ada niatan membalas omelannya. Laki-laki itu justru memejamkan matanya.

Lista dituntun hingga kasur, bahkan Bunda Haya membantunya berbaring. "Sekarang kamu istirahat. Nanti Bunda panggilkan dokter."

Lista menggeleng cepat. "Panggilkan bi Yuli aja, Bun. Obat Lista ada sama bi Yuli."

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang