BAB 11

8.9K 1.3K 37
                                        

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan comment.
Setidaknya untuk mengharfai karya penulis.

Setidaknya untuk mengharfai karya penulis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 11
TERCAPAINYA MIMPI DI MASA LALU

Tidak papa kalau mataku buta, aku masih bisa merasakan kasih sayang-Nya
Tapi kalau hatiku yang buta, aku tidak bisa membayangkan betapa kacaunya hidupku tanpa-Nya
~Carlista Rona~

Bunda Haya menghela napasnya panjang saat Lista dan bi Yuli sudah tidak kelihatan lagi di sekitar rumahnya. Dia pun masuk ke dalam rumah. Sekarang dia orang tua tunggal bagi anak-anaknya, suaminya sudah meninggal empat bulan yang lalu. Jadi dia harus mengambil keputusan yang tepat. Dia harus membujuk Rizal.

Ternyata Rizal masih terduduk di sofa sambil melamun. Dia tahu apa yang ada di pikiran anaknya sekarang. Bunda Haya pun mendudukkan dirinya di sebelah Rizal. Dia mengambil tangan kanan putranya, kemudian diusap dengan lembut, membuat Rizal tersadar dari lamunannya.

"Bunda mohon, nikahi Lista, ya?"

Rizal pun menoleh ke arahnya. "Kenapa harus Rizal?" tanyanya datar.

Bunda Haya menatap putranya dengan lekat. "Karena Bunda tahu, kamu masih cinta sama Lista."

Rizal terdiam, tapi kemudian terkekeh kecil. Dia melepas tangan bundanya. "Rizal masih cinta sama orang yang udah buat Raina pergi? Nggak mungkin lah, Bun." Rizal memalingkan wajahnya, menghindari tatapan bundanya yang menyelidik.

Bunda Haya mengambil tangan Rizal lagi. Dia menolehkan kepala Rizal agar menghadapnya. Ditataplah mata anaknya dengan lekat.

"Mulutmu bisa bilang begitu, tapi-" Bunda Haya mengetuk dada Rizal dengan tangan satunya. "tidak dengan hatimu, Rizal."

Rizal terdiam. Ucapan bundanya seperti menghipnotis dia untuk melihat hatinya dengan baik. Apakah masih ada nama Lista di dalam hatinya? Kalau pun ada, apakah itu cinta? Atau hanya ada rasa benci untuk gadis itu?

"Kamu setuju atau enggak, Bunda nggak peduli. Bunda akan segera urus pernikahan kalian," lanjut Bunda Haya.

Tatapan Rizal mulai melembut. "Tapi apa alasan lainnya, Bun? Kenapa Rizal harus nikah sama dia?"

"Suatu hari kamu akan tahu sendiri."

Bunda Haya berdiri dari duduknya, dia meninggalkan Rizal di ruang tamu. Rizal pasti butuh waktu sendiri untuk mempertimbangkan permintaannya. Bunda Haya juga harus segera mengurus pernikahan mereka, sebelum bulan Ramadan datang.

Rizal menyandarkan punggungnya di sofa. Kepalanya mendongak ke atas, mencoba menerka-nerka alasan bundanya memaksa dia untuk menikahi Lisa.

Rizal menghembuskan napasnya panjang. Dia tidak yakin dengan jawaban yang diberikan oleh otaknya. Tidak mungkin itu alasannya.

Ramadan Untuk CarlistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang